^^^
Di persegitiga malam seorang Gadis nampak terbangun dari tidurnya. Ia bergegas untuk mengambil wudhu dan melaksanakan salat tahajud. Begitu khusyu ia menjalani Ibadah sunnah itu setiap harinya.
Tak lupa ia memanjatkan do'a pada Illahi yang telah memberinya begitu banyak nikmat. Selepasnya ia membaca Ayat suci Al Qur'an.
Seorang gadis lain terbangun karena lantunan ayat sucinya."apa yang sedang Kiya lakukan?" Tanya batinnya.
Hingga terdengar lantunan adzan subuh.
"Allahuakbar Allahuakbar"
"Allahuakbar" Jawab Kiya pada lantunan azan.
Lalu ia mencoba membangunkan teman-teman kamarnya untuk melaksanakan salat subuh. Ada yang terbangun ada juga yang masih tetap tidur.
****
At.8:00
"Aduh, Ki ayo nanti gerbangnya bisa di tutup."
Ya, pagi ini Kiya terlambat masuk kelas. Karena selepas ia menunaikan salat subuh, Kiya hanya berniat tiduran saja, yang pada akhirnya malah tidur beneran.
"Zani juga, kenapa gak bangunin Kiya si malah ninggalin." Gadis itu masih mengomel-ngomel sambil berlari. Beruntung Sekolahnya itu bersebrangan dengan Asramanya.
Tiiiiiit
Suara klakson motor. Kiya hampir saja tertabrak karena ia ngengah tergesa-gesa. Beruntung ada seseorang yang menarik tangannya ke pinggir.
"Lo kalo mau nyebrang gak usah buru-buru. Lihat kanan kiri, hampir aja kan lo ketabrak." Pria tersebut masih menahan tangan gadis yang hampir tertabrak itu.
"Astaghfirullah, lepasin The, tangan aku."
Kiya terlihat masih syok, hampir ia tertabrak."Ya sorry, habisnya gimana cara gue nyelametin kalo gak narik tangan lo tadi." Gitar menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Iya si, maaf."
"Maaf ? Gak bilang ---" Mata Gitar berputar kesamping dan bicaranya langsung di lanjut Kiya.
"Makasih gitar." Kiya melihatkan jajaran giginya dengan senyum manis.
Deg deg deg
"Sial, oy Tung napa lo meronta-ronta disenyumin ni cewek?!" Ucap Gitar pada jantungnya.
Gitar berusaha menelan selafinya yang tiba-tiba serak.
"Oh iya, lo gak lupakan sama permintaan pertama gue?!" Tanya gitar memastikan.
"Pastinya aku inget" Lagi, ia memamerkan senyumannya itu. Senyuman yang terpaksa lebih tepatnya.
Buset ni cewek,untung gua gak punya riwayat penyakit jantung.
"Oh iya, ngapain coba kita malah ngobrol. Good, Tar gerbang!" Kiya menjeplak keningnya sendiri.
"Ya udah ayo keburu di tutup!"
Mereka pun bergegas masuk ke sekolah.g
Gerbang masih dibuka meski Pak Satpam hampir ingin menutupnya.Nihil, OSIS Keamanan masih menjaga bagi para Siswa yang terlambat datang. Dan yang pasti nya akan dapat sanksi.
Pada akhirnya mereka harus berdiri dan hormat di depan tiang bendera sampai pelajaran pertama berakhir. so pasti jadi pusat perhatian.
"Aduh pegel nih." Keluh Kiya, ia sudah merasa tak tahan. Dan perutnya juga belum sempat makan apa-apa.
"Lo masih kuat Ki? Muka lo udah pucat gitu."
"Masih ko, Tar," meski sebenarnya tubuh kiya sudah benar-benar lemas.
Penglihatan Kiya jadi buram, kepalanya benar-benar pusing. Ia mencoba menelan air ludahnya karena benar-benar kering dan sakit. dan yang paling menyakitkan, di bagian perutnya.
"Awwww" Hingga semua benar-benar gelap, Kiya pingsan. Ketika tubuhnya hendak jatuh, Gitar lebih dulu menahan tubuhnya.
Terlihat Gitar sangat panik. Ia akhirnya memangku Kiya menuju ke UKS. Setiap melalui koridor, Murid-Murid yang sedang belajar di dalam kelaspun beralih fokus pada Gitar yang sedang memangku Kiya.
"Uuuh gak rela gue, oppaku manggku cewek laen." Begitulah celotehan para fans Gitar.
Sesampainya di UKS pengurus PMR dengan sigap mengurus Kiya, nampak darah segar keluar dari hidungnya. Kiya masih tetap pingsan, wajahnya pun masih tetap pucat.
"Ya ampun, Ki. Ko lo jadi gini sih."
Zani, terlihat sangat khawatir pada sahabatnya itu. Ia sempat mendapat kabar jika Kiya pingsan dan Gitar memangkunya ke UKS, dengan sigap Zani meminta izin untuk menemani Kiya di UKS.Dan Gitar, Zani menyuruhnya untuk kembali ke kelasnya.
"Gitar, makasih yah udah bawa Kiya ke UKS, lo mending ke kelas aja. Biar gue yang jaga Kiya."
"Hmmmm, ya udah deh. Gue ke kelas aja, gak enak juga kalo gue terusan disini."
Gitar pamit untuk kembali ke kelasnya, yang langsung di angguki Zani.Saat di ujung pintu, langkah Gitar terhenti. Ia menoleh kembali melihat Gadis yang kini terbaring pingsan."Cepet sembuh, Ki" lirih Gitar. Ia kemudian berjalan kembali .
***
"Cari tahu dimana Putri dari Anjani itu berada sekarang!"
Seorang Pria berparuh baya tersebut menelfon pada anak buahnya untuk mencari tahu identitas seorang Gadis yang sudah bertahun-tahun ia cari.
"Dimana kamu Ajani, saya tidak akan membiarkanmu mengambil hak saya sebagai ayah dari putri saya sendiri." Pria tersebut mengepalkan tangan pendendaman, rahangnya mengeras. Ia ingin memulai pertarungan ini sejak lama.
***
"Awww." Kiya akhirnya bangun dari pingsan nya. Ia memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
"Ki, akhirnya lo sadar juga. Masih sakit ya. Jangan bangun dulu, tiduran aja nyampe benar-benar baikan. Mau gue pijitin? Atau mau minum? Ni, tadi gue beli roti, lo pasti pingsan gegara belum sarapan deh." Ucap Zani cerocos.
"Hehe." nyengir Kiya.
"Idih amit-amit yang sakit napa malah tawa."
"Abisnya, Zani segitu khawatirnya ke Kiya."
"Ya ampun, Ki. ya jelas lah gue khawatir. Ngerasa bersalah juga gue ninggalin lo tadi. Jadinya kan begini."
"Hmmmm, makasih udah di perhatiin."
"Alay deh."
"Oh iya Ki, gimana tuh rasanya di gotong sama cogan. uaaaah lo beruntung banget tahu." Zani memukul tangan Kiya sedikit keras
"Aww Zan, sakit!"
"Eh sorry sorry, kebablasan gua."
"Mmm, tadi kata kamu apa, digendong sama cogan? Emang siapa?" Bingung Kiya
"Gitar--"
"Haaaaah?" Ia menganga. lagi-lagi Pria itu sudah menyentuhnya, kemarin ia memegang tangannya + tadi pagi. Dan sekarang , ia menggendongnya?! Huft
^^^
_yeniindriani27
Salamanis🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallmana Atadzkiya || Tamat
TienerfictieBismillah.. Kelam! Suram! Ah, kurasa itu duniaku, sebenarnya untuk apa aku di lahirkan di muka bumi ini, bagai tak ada tujuan tuk ku hidup. Sudah, menyerah, ya aku menyerah dengan ini. Lalu, bagaimana dengan semua impian ku? Haruskah aku menguburk...