42. Selamat Jalan

300 37 37
                                    





Luka tidak memiliki suara, sebab

Air mata jatuh tanpa bicara

#anonim


~ Hallmana Atadzkiya





^^^



Mengalami kehilangan memang bukanlah hal yang mudah. Kesedihan akan menghampiri saat orang yang kita cintai pergi dari hidup kita. Orang-orang yang biasa bersama dan mengiringi kita tiba-tiba pergi meninggalkan kita.

Hilang+Ikhlas=Kembali. Jika kita merelakan dengan ikhlas sesuatu dengan ikhlas maka mereka akan kembali pada kita meski dalam cara dan wujud yang berbeda.

Tuhan menempatkan seseorang dihidupmu karena sebuah alasan. Dan jika kamu kehilangannya maka itu karena sebuah alasan yang lebih baik.
Karena semua akan ada gantinya.

Setelah pemakaman Zani, Gitar pergi untuk menjenguk Kiya yang direhabilitasi.

Kehilangan Zani, tentu begitu menyakitkan meski dirinya tidak mencintai wanita itu. Namun, ia sudah pernah terukir dalam cerita hidupnya, dan itu yang membuat Gitar merasa kehilangan. Terlebih anak yang di kandung Zani, juga sudah tiada.

Ikhlas dan sabar, yang Gitar terapkan dalam dirinya sekarang. Dengan tertatih Gitar menelusuri lorong tempat rehabilitasi dan menuju ruangan gadisnya.
Setelah Gitar mengetahui perasaan Kiya yang sebenarnya, kini ada sedikit cercak cahaya untuk bisa mendekapnya. Meski, akan lama penantiannya karena Kiya kini sedang sakit.

Gitar menghela napas panjang, hatinya masih terasa sesak. Namun, ia mengukir senyum dengan sebuket bunga yang digenggam.

"Kamu pasti bakal senang dengan ini, Kiya."

Langkahnya terhenti, kala melihat seorang Wanita berparuh baya menangis histeris.

"HUAAAAAAH, KIYA, ANAK KU. HIKS HIKS"

"KEMBALIKAN DIA, DOKTER!!!"

"Ibu tenang, jangan seperti ini." Abah menenangkan Bu Darwin yang memberontak pada Dokter Psikiater Kiya.

"Ada apa sebenarnya?" Gitar yang bingung akan situasinya.

Abah menghela napas panjang, air mata yang jarang terlihat namun kini Abah menjatuhkannya.

"Kiya-----" Abah menghentikan kalimatnya, terlalu sulit untuknya menerima ini.
Abah menjelaskan pada Gitar, dan betapa jatuhnya Pria itu dengan apa yang ia dengar.

Gitar berlari untuk ke ruangan Kiya, dan ternyata benar. Semua membisu, hening, hidupnya kembali gelap. Cercak cahaya itu kembali redup. Hatinya terombang dalam sebuah jurang.

"Ini tidak mungkin!" Gitar menggelengkan kepala tidak percaya. Matanya memanas dan sedetik kemudian buliran itu jatuh, pikirannya entah berlari kemana.

Buket bunga yang ia genggam terlepas, dan jatuh ke lantai. Hatinya menciut akan apa yang akan terjadi setelah ini.

"KIYAAA!!!"

Suara riuhan Gitar menggema di ruangan itu, kini dirinya harus berbuat apa. Karena cintanya kini telah pergi.

"Hiks hiks hiks"




^^^




2 tahun kemudian



Hallmana Atadzkiya || TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang