27.melepaskan

246 35 108
                                    

Mencintaimu sudah menjadi pilihan yang buruk bagiku,dan kamu memperparah keadaanku dengan menolak perasaanku.
#anonim

~Gitar Adya Arsenio

Gitar POV.

Setelah kejadian satu minggu yang lalu,saat Gue menyatakan perasaan yang tulus kepada Kiya dan saat itulah semua berubah.
Gue yakin sebenarnya,gadis itu juga memiliki perasaan yang sama.Tapi apalah daya,segala cara gue lakukan untuk meluluhkan hatinya,namun hasilnya nihil.Jika tidak siap di pelaminan,setidaknya siapkan hati untuk nama gue di sana.

Ini adalah penolakan pertama yang Gue alami,karena sebelumnya belum pernah menyatakan perasaan terhadap wanita.
Dan terlebih Gue memiliki rasa gengsi yang besar,itupun beribu-ribu keberanian gue kumpulkan saat mengungkapkannya di depan umun.Tapi apa yang gue dapatkan?
Penolakan.Ini terasa sangat menyakitkan,sedih,kecewa,marah tercampur.Apa yang lo rasakan ketika memiliki rasa cinta didalam hati,namun tidak dalam dekapan lo?

"Arghhhh!" Gue mengusap wajah kasar.

Apakah Kiya baik-baik saja? Apa dia sakit hati dengan apa yang tadi gue lontarkan?
Perkataan gue terlalu kasar kah? Ayolah Gitar,perbuatan Kiya memang tidak pantas untuk dikasihani,tapi tunggu! tadi gue lihat dia menjatuhkan air mata.Ya Tuhan,apa yang udah gue lakukan.Dia menangis dan gue penyebabnya?

"Nggak,Gitar.Lo udah berjanji ke diri lo sendiri,ketika gadis itu menolak tapi cinta lo masih tulus untuk dia,maka yang harus lo lakukan adalah menunggu,melepasnya.Tapi satu hal yang harus dia tahu,lo akan menjadi orang pertama yang menghapus air matanya kala dia tersakiti." Gue bergumam mengingatkan pada diri sendiri.

"Gue harus minta maaf sama,Kiya.Yang gue lakuin ini emang Salah."

Author POV.

Semilar angin menghembus hijab yang Kiya kenakan.Air matanya kembali terjun,kenapa sangat sakit ketika orang-orang yang ia amat sayangi mengukir luka di hatinya.Demi apapun,lebih baik di sakiti oleh orang lain dari pada oleh orang yang sangat dekat dengan nadi kita.

Kenapa Zani bisa melakukan itu kepadanya.
Hanya karena,Gitar.Dirinya tidak mengenali sahabatnya itu.Perkataannya,perlakuannya yang mengelabui,Gitar.Membuat sesak di dadanya,terlebih Gitar pun mempercayainya,dan bahkan melontarkan kata kasar terhadapnya.

"Huaah" Kiya menghela nafas panjang.

Mendongak ke atas,melihat langit sore.Tidak ada senja saat ini,awannya murung abu seolah paham apa yang tengah dirasakan Kiya.Air matanya kembali turun,biarlah ia dikata cengeng.Hatinya sedang tidak bersahabat,yang seharusnya senang karena akan pulang ke kampung halamannya kembali.

"Hallo senja,kenapa kamu tidak nampak?
Apa kamu merasakannya juga,hingga enggan bertemu dan menyapaku?"

Masih pada posisi yang sama,Kiya tengah menyapa pada senjanya yang tak hadir.
Biasanya senja itu selalu hadir kala hatinya tengah mekar,namun kini hatinya tengah redup.Senja-pun tahu akannya.

Butiran air mata turun berlomba-lomba.
Bibir bawahnya ia gigit menahan ngilu hatinya.Ia ingin bebas dari sesak ini.

"Hujan!" Kiya mengerjap karena hujan yang tiba-tiba turun dengan deras.Ia pergi dari kursi yang ia singgahi untuk meneduhkan diri,hendak berlari kakinya tersungkir batu hingga membuatnya terjatuh dengan hujan yang sudah menyentuh pada tanah.Sangat deras,awan semakin pekat,petir menyambar.Kiya membenci situasi ini!

Hallmana Atadzkiya || TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang