Keyakinan, adalah rumus tuk mencapai sebuah impian.
~ Hallmana Atadzkiya
^^^
Setelah kejadian yang menimpanya tadi, Gitar segera melaju untuk pulang ke rumahnya. Dengan keadaan mabuk dan wajahnya yang sudah babak belur, Gitar yakin orang tuanya akan marah dan mengomelinya. Gitar tak menghiraukan nya sama sekali, ia sudah terbiasa dengan itu.
Hingga Gitar tiba di rumah mewahnya, bak sebuah Istana kerajaan, memiliki beberapa juru ruangan luas, namun sayang rumah mewah itu hanya berpenghuni 3 orang saja, itu pun jika Arsenio dan Anggi ada disana. Biasanya mereka ke luar kota untuk mengurus pekerjaannya. Seperti saat ini jam menunjukan pukul 12.00 malam, rumahnya itu sudah sepi dan gelap. Karena itu Gitar yakin orang tuanya sudah tidur.
Gitar lalu melangkah pada anak tangga menuju kamarnya. Hari ini begitu melelahkan baginya. Orang tuanya yang selalu ribut membuat dirinya menjadi pemberontak, dan ditambah hari ini dia di tuding mencuri.
"Aish, hari yang sial." Tangannya mencari sebuah kotak P3K, bagaimana tidak wajahnya yang tampan itu menjadi lecet penuh babak belur.
"Aaaw," Gitar meringis sakit saat ia mengoles salep pada bagian wajahnya yang luka.
Setelah itu, Gitar mematikan lampu kamar yang membuat dirinya sepi dalam gelap, ia pun menjatuhkan badan pada kasur, melihat pada langit kamarnya.
"Uhm, gue kesepian. Gue mau kalian datang dan merangkul gue dan berbisik 'gitar kita ada buat kamu' huft."
Gitar hanya bisa tersenyum miris dan tanpa sadar air matanya itu jatuh. Ya, Gitar menangis. Begitu lemah bukan? karena memang itu kelemahannya.
Hingga perlahan matanya itu menutup. Jiwanya sudah dibawa oleh mimpi sepinya itu.
***
Di jam yang sama, Kiya masih ada di jalanan tadi. Kiya sangat khawatir karena Sekolah yang ia cari tak kunjung ia temui. Ini sudah larut malam, ia benar-benar bingung harus bagaimana.
"Uhm, maaf namamu siapa, Nak?"
Suara paruh baya itu menyadarkan pada lamunannya."Eh iya, nama saya Hallmana Atadzkiya." Kiya menjawab dengan ramah.
"Ouh, perkenalkan nama saya Diana. Sungguh saya sangat berterima kasih pada mu, Nak." wanita paruh baya itu bernama Diana.
"Kalo boleh tahu memangnya kamu mau kemana? sepertinya kamu baru pertama kali datang ke Jakarta." Tanya Diana
Kiya tersenyum kikuk, memang nyatanya dia sedang kebingungan ralat tersesat. Lalu Kiya pun menceritakan awal dia sampai ke Jakarta hingga saat ini.
"Oh, jadi kamu tersesat. Bagaimana jika kamu menginap dulu di rumah saya, tidak terlalu jauh dari sini. Ini sudah larut malam, tidak aman jika gadis masih ada di luar."
Kiya memikirkan lagi ajakan Diana itu, sepertinya ia ada benarnya juga. Tak aman jika Kiya ada di jalanan larut malam sendirian. Memikirnya saja sudah membuatnya bergedik.
"Baik lah, Kiya akan menginap dulu untuk semalam ini. Itu pun jika ibu Diana tidak keberatan."
"Sangat tidak, di rumah saya sendirian. Anggap saja ini tanda terima kasih saya padamu." ucap Diana sangat ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallmana Atadzkiya || Tamat
Teen FictionBismillah.. Kelam! Suram! Ah, kurasa itu duniaku, sebenarnya untuk apa aku di lahirkan di muka bumi ini, bagai tak ada tujuan tuk ku hidup. Sudah, menyerah, ya aku menyerah dengan ini. Lalu, bagaimana dengan semua impian ku? Haruskah aku menguburk...