Assalamualaikum,u all
Happy reading yea🐦
^^^
Mentari kian muncul, bersinar tanpa malu-malu. Memberi sebuah isyarat akan kebesaran Sang Pencipta. Udara yang melimpah ruah di alam ini adalah bukti kasih sayang Allah kepada kita. Sekumpulan udara tersebut Allah berikan secara cuma-cuma. Tak sepeserpun Allah meminta bayaran atas nikmat yang amat penting itu.
Oleh karenanya, sudah sepantasnya kita bersyukur kepada Pemberinya. Dia-lah Rabb yang mengurus dan memberi kita di Siang dan di malam hari.Sebagaimana firman Allah.
"Katakanlah:'siapakah yang dapat memeliharamu di waktu malam dan siang hari selain Allah yang Maha Pemurah?'..."
(QS.Al Anbiya '21:42)Sudah berapa lamakah kita hidup di bumi Allah ini? berapa besar rupiah jika kita harus membayar selama itu? Sungguh, betapa lemahnya makhluk bernama manusia. Tak sedikitpun pantas untuk berlalu SOMBONG. Jika pun manusia terkaya di muka bumi ini, tidaklah ia akan sanggup melunasi biaya napas hidup juga nikmat lainnya yang Allah berikan.
Jadi, masihkah kita enggan untuk bersyukur?
Tak sedikit manusia yang dengan mudah mengeluh dalam menghadali masalah. Bahkan tak sedikit yangengakhiri hidupnya hanya karena tak mampu melerai masalah yang dihadapinya.
Karena banyaknya masalah banyak di antara kita yang pada akhirnya futur alias kurang bersyukur (kufur nikmat).
Syukur nikmat memang tidak mudah, tapi tidaklah sesulit yang dibayangkan.
"Fucek, pagi-pagi gini emosi gua uda hadir aja dasar." Helaan Bryan si kribo.
"Napa emang si?" Tanya Luthfi"Itu si Bambang, masa tadi rebutan kolor ma gua, padahal tuh kolor punya gua yang di jemur di jendela kamar. Ngaku-ngaku punya dia, bikin emosi ajah nih."
"Kolor aja lo di rebutin, yang di rebutin tuh cewe mehong dungs." Jawab Reza yang sedang merapihkan rambut dengan jilatan di tangannya.
"Jorok amat sih lu, Za. Pake ludah buat rapihin rambut, ck" Ucap Pria rapih, Luthfi.
"Shut up your mouth, Like." Kasar Reza pada Luthfi yang anti akan jorok.
Gitar hanya menggelengkan kepalanya,
"Eh Bry, lo emang punya kolor berapa sih?" Tanya gitar."Gua punya kolor tiga biji, yang dua belum gue cuci, satu lagi ya yang tadi di ambil ma si Bambang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallmana Atadzkiya || Tamat
JugendliteraturBismillah.. Kelam! Suram! Ah, kurasa itu duniaku, sebenarnya untuk apa aku di lahirkan di muka bumi ini, bagai tak ada tujuan tuk ku hidup. Sudah, menyerah, ya aku menyerah dengan ini. Lalu, bagaimana dengan semua impian ku? Haruskah aku menguburk...