13. Harus baca Al quran setiap hari?

286 43 9
                                    


^^^

Jam pelajaran pertama telah usai, para Siswa mulai berkeluaran dari kelasnya. Merasa penat dengan materi atau praktek-praktek yang mereka pelajari.

Tangan munyil itu mencoba mengeluarkan sesuatu di dalam tas berwarna orange dengan gantelan koala. Ia mendapatinya, lalu membuka, dan membacanya secara khusu, Al Qur'an.

Seorang Gadis dengan kacamata tebal yang sedang duduk disampingnya, merasa terhanyut oleh lantunan Ayat-Ayat suci yang ia bacakan.

"Ki, lo lagi baca apa sih?" Tanya Zani, penasaran. Pasalnya ia sering melihat Kiya membaca kitab tersebut (Al Qur'an), seperti malam kemarin contohnya.

"Shodaqollahul 'adziim." Kiya mengakhiri bacaannya dan mencium kitab suci tersebut.

"Mmm ini adalah kitab suci orang Islam. Ketika kita membaca ayat-ayat-Nya ini, akan begitu banyak kedahsyatannya.seperti obat penenang jiwa, petunjuk bagi kita dan ini merupakan Kalam -alam yang Allah turunkan" Jelas Kiya pada Zani.

Zani memang bukanlah orang islam. Ia terlahir dari keluarga non Muslim. Ayahnya pernah terkasus korupsi dan di penjara, saat di dalam tahanan Ayahnya meninggal dunia karena serangan jantung. Dan akhirnya ia hanya memiliki seorang Ibu, Zanipun termasuk orang yang berada meski Ayahnya sudah tiada. Ibunya adalah seorang wanita berkarir. Namun, ada orang-orang yang menganggap Ibunya adalah wanita malam (pelacur).

Sehingga itulah kenapa Zani selalu di bully oleh teman-temannya.
Kiya, tahu itu karena Zani yang menceritakannya. Mereka saling tukar cerita tentang latar belakang kehidupan mereka.

"Oh, gitu. Orang Islam harus baca Al Qur'an setiap hari? Tapi ko gue jarang lihat temen-temen yang Islam baca Al Qur'an ini setiap harinya?"

entahlah, Zani merasa penasaran dengan Al Qur'an, ralat Islam. Semenjak ia berteman dengan Kiya.

"Tentu, Zan. Seorang muslim haruslah membaca Al Qur'an ini kapan pun. Karena dengan itu hidup kita akan terarah. Juga, dapat menjadi obat ketika kita sedang merasa tidak baik, begitu ucap Ibuku di kampung." Jelas Kiya yang di angguki Zani.

Ya, saat ini Kiya hanya bisa mendoakan sahabatnya agar cepat dibukakan hatinya untuk memeluk agama islam. Kiya ingin persahabatannya juga sampai di Syurga.

Kiya tak bermasalah walau dia berteman dengan siapapun, apapun itu latar belakangnya, yang ia tahu berteman haruslah saling bertoleransi, menghargai, tanpa membeda-bedakan status sosial dan agamanya.

"Uhmmm yayaya gue paham, eh Ki, ke kantin yu perut gue keroncongan nih pen beli nasgor mba Inten!" Zani mengajak Kiya.

Tangannya kini sedang membereskan alat-alat melukisnya, juga Al Qurannya ia simpan di tas kesayangannya.

"hmmm ayo, tapi aku mau ke toilet bentar ya. kebelet pipis. Kamu duluan aja."
Ucap Kiya yang menahan rasa ingin kencing.

"Ish, ya udah cepet. Keburu ngompol di celana kan gak lucu. Harus gue anter ?!"

"Gak usah, Zani pesenin makanan yang sama kaya Zani pesen aja yah!" Ucap Kiya sebari lari menuju toilet.

Tepat ketika Zani membuka pintu toilet putri,a da Felysia dan kedua temannya itu.

Hallmana Atadzkiya || TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang