15

3.8K 269 51
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Selamat membaca 😉

Amora membiarkan tubuhnya ditarik paksa oleh tangan besar yang baru saja menamparnya, rasa kaget melihat kedatangan orang itu membuatnya belum bisa menguasai diri sepenuhnya.

"Jadi yang tadi itu laki lo?" Amora hampir saja terjatuh saat orang itu menyentak tangannya.
Amora mengangkat wajahnya agar bisa melihat raut wajah lelaki yang sangat disayanginya itu,

"Bapak," guman Amora lirih, air matanya menetes, bukan karna rasa sakit akibat salam hangat tadi, tapi karna Rindu. Amora sangat merindukan lelaki ini, sebanyak apapun Bapak menyakitinya, Amora tidak pernah bisa membenci.

Rasa sakit yang dirasakannya tidak sebanding dengan apa yang sudah Bapak angkatnya itu lakukan, merawatnya dan membesarkannya, mejadikannya anak angkat walaupun sering disiksa, tapi setidaknya Amora tidak terlantar, ada rumah yang akan dia tuju kalau dia pulang.

"Bapak apa kabar, ibuk mana?" Tanya Amora setelah menghapus air matanya yang menetes, dia tidak boleh menangis, bapaknya benci saat melihat Amora menangis.

"Ngak usah banyak bacot lo, gue kesini cuma mau minta jatah gue, kenapa bulan ini belum lo kirim-kirim." Raut wajah Tono memerah menahan amarah, didorongnya tubuh Amora kedinding dan dicengkramnya dagu Amora dengan kasar,

Amora menggerakan wajahnya ke kiri dan kanan berharap tangan bapaknya bisa lepas, rasa sakit akibat kuku panjang Bapaknya yang menancap di pipi membuat air mata Amora jatuh, "Amora belum gajian pak, duitnya belum ada."

Tono melepaskan tangannya lalu berpindah menjambak rambut Amora, suasana yang sepi karna masih pagi membuat Tono leluasa melancarkan aksinya, "lo udah kawin kan? Minta duit sama laki lo, bilang buat bapak lo. Anggap aja itu sebagai bayaran buat gue karna udah gedein lo sampai segini." Air mata Amora kembali jatuh, bukan karna sakit di kepalanya tapi karna sakit hati mendengar ucapan Bapaknya. Mora bukan barang pak, kenapa bapak tega matok harga untuk diri Mora.

Amora menggeleng pelan, bulan ini dia memang terlambat mengirim uang untuk bapaknya, biasanya bapak akan menunggu tapi kali ini berbeda, Tono memilih untuk datang dan menemuinya,

"Mora janji nanti kalau gajian bakalan lansung kirim, sekarang duitnya lagi ngak ada pak." Amora mencoba memberi penjelasan, sambil berusaha melepaskan tangan Tono yang membuat wajahnya mendongak karna dijambak terlalu kuat.

Sebenarnya Amora bisa saja memakai uang yang diberikan Axel padanya, tapi Amora segan, dia seolah tak punya muka jika untuk orang tuanya masih menggunakan uang yang lelaki itu berikan, cukup kebutuhan dan yang kuliahnya saja Axel yang membayarkan. Terlebih jika uang itu digunakan untuk hal yang tidak benar, Amora bukannya tidak tahu untu apa uang yang Amora kirim selama ini digunakan, Judi dan minuman.

Plakkk

Satu tamparan kembali mendarat di pipi Amora, menyebabkan sudut bibir gadis itu berdarah, wajahnya seolah mati rasa, tapi Amora tetap diam, melawan disaat seperti ini sama saja menambah kemurkaan bapaknya, "gue datang ke sini buat minta duit, bukan mau dengar janji lo. Kalau lo ngak mau ngasih biar gue minta sendiri sama suami lo. Enak aja dia nikmatin lo yang udah gue gedein tapi ngak mau ngasih gue duit."

"Pak, hikks"

"Apa? Udah, gue ngak mau tahu pokonya besok uangnya harus ada, kalau ngak ibu lo gue siksa,"

Tono mendorong tubuh Amora yang membuatnya jatuh seketika, ancaman bapaknya membuat Amora ketakutan, dia tidak mau sang ibu menjadi korban kekerasan bapaknya, cukup dia saja, Amora saja.

Amora berdiri dan berlari mengejar Tono, tapi sayang bapaknya sudah pergi menjauh. Meneliti penampilannya yang terlihat berantakan, sepertinya Amora tidak bisa mengikuti bimbingan hari ini.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang