Bismillahirrahmanirrahim
Selamat membaca😉
"Seharusnya kamu sadar, semua yang mereka katakan itu belum tentu benar"
******
I got it
Batin Axel berteriak senang seperti orang yang menang undian, sesuatu yang menjadi perhatiannya sedari tadi sekarang berada dalam cekraman.
Membuka matanya, Axel bisa melihat wajah malu yang begitu kentara tercetak jelas di wajah mungil Amora, ingin meminta lebih tapi harus tertunda karna jawaban super polos yang keluar dari bibir mungil yang baru saja dia kecup manisnya.
"Jangan di sini. Dingin, malu juga kalau ada yang lihat,"
Lenyap sudah bayangan liarnya, tapi bukannya marah Axel malah tertawa kecil mendengar ucapan Amora, dia tidak tau kalau kata 'buka' yang dikatakannya tadi diartikan lain oleh otak Amora.
Axel tau tempat dan batasan, dia juga tidak mau orang lain menatap miliknya, apalagi melakukan hubungan yang lebih jauh lagi tanpa dasar apa-apa, Amora bukan perempuan biasa yang harus memberikan hak Axel hanya karna kewajiban semata, Amora pantas mendapatkan lebih, lengkap dengan rasa dan perasaan yang menyatu di dalamnya.
Axel memilih membawa Amora ke dalam pelukannya, mengusap lembut surai Amora dan menyandarkan pipi kanannya di kepala sebelah kanan Amora, meredam sesuatu yang sempat muncul dalam diri dan jiwanya. Aku menyuruhmu membuka mulut, bukan baju Mo.
*****
Tidak ada kemajuan yang berarti, tapi Amora cukup senang saat akan pulang dari rumah orang tuanya, Axel mau bersalaman dengan sang papa, walaupun setiba di rumah mereka, Axel meminta bayarannya dengan sebuah ciuman. Seperti perjanjian kecil mereka.
"Gimana rasanya jadi istri seorang Capten Axel, Mora?" Pertanyaan Sindy saat mereka sedang siap-siap untuk pulang setelah bekerja membuat Amora berfikir sejenak,
"Ya ngak gimana-mana Sin, kayak biasa aja. Bedanya sekarang ada yang harus aku urus dan layani,"
Setelah mengecek tasnya memastikan tidak ada barangnya yang tertinggal di loker, Amora melangkah beriringan bersama Sindy menuju pintu samping,
"Masa cuma itu aja?" Tanya Sindy tak percaya, "Tapi dia baikkan sama kamu?" Tambahnya.
"Amora mengangguk, "Axel baik kok, walaupun kadang-kadang cuek dan dingin. Tapi sejauh ini aku nyaman,"
Mengingat kata Dingin tiba-tiba saja Amora teringat perkataan Axel tempo hari, "Aku dingin aja kamu udah memerah begitu. Apalagi hangat, aku yakin kamu rela buka baju," Amora mengelengkan kepalanya, bagaimana bisa Axel mengatakan itu padanya. Dasar Kulkas.
"Kamu kenapa Mora?"
Amora mengeleng lalu tersenyum kecil, Sindy menatapnya seksama, "Tadi kenapa geleng-geleng, trus sekarang malah nyengir. Kamu ngak lagi mikiran yang iya-iya kan?"
Amora melotot tak percaya, "buk--"
"Astaga Amora, jangan bilang kamu udah dijebol, tadi mikirin itukan makanya geleng-geleng sambil senyum ngak jelas kayak tadi,"
Amora menutup mulut sahabatnya itu, menengok ke sekitarnya, beruntung tidak ada orang yang mendengar, "Apaan sih Sin, pikirannya jorok gitu," dumel Amora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
RomanceKesedihan, kesusahan dan penghianatan yang datang pada hidupmu jangan pernah disesali. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa yang akan datang, semuanya bisa saja berbalik menjadi kebahagian dengan cara yang berbeda dan tidak terduga. Saat...