Bismillahirrahmanirrahim
Selamat membaca😉
Satu kata untuk menggambarkan bangunan besar yang ada di depan Amora sekarang adalah Mewah, semua sudutnya menjelaskan kalau pemiliknya bukanlah orang yang bisa dipandang sebelah mata, rumah dengan dua lantai itu beridiri kokoh di tengah rimbunnya pohon dan cantiknya bunga sebagai hiasan penyejuk mata.
"Ini istana," guman Amora, sambil sesekali mengetukan sepatunya ke lantai manunggu pintu terbuka, mendengar langkah kaki mendekat dan tanpa menunggu lama pintu jati dengan corak idah itupun terbuka, menampilan wanita paruh baya yang Amora tebak sebagai Bibik di rumah ini.
"Mau cari siapa neng?"
"Ituuu, saya mau cari Axel, apa dia ada di rumah?" Tanya Amora sedikit ragu, entah kemana semangatnya yang ingin datang mencakar wajah pria itu, tapi belum sempat wanita itu menjawab, suara gaduh yang terdengar dari dalam membuat Amora kaget, dia kenal betul jenis suara itu dan rasa sakit yang ditimbulkannya, Tamparan. Salam khas dari sang Bapak saat Amora masih tinggal bersama ke dua orang tua angkatnya.
Tanpa membuang waktu Amora lansung berlari masuk, mengabaikan Bibi yang berusaha melarangnya, ia tidak tahu mengapa ia melakukan ini, otaknya menolak karna tidak mau ikut campur, tapi hatinya memberontak untuk menolong Pria yang terduduk di lantai itu. Pandangan kosong, nafas tidak teratur, Amora paham perasaan itu, bukan masalah rasa sakit tamparannya, tapi hati. Hati yang sakit karna tidak menyangka orang yang disebut keluarga bisa tega melakukannya, Amora mengerti dan sudah khatam dengan rasa sakitnya.
Amora mendekat lalu membantu Axel berdiri, meminta pria itu kembali mengatakan apa yang tadi siang mereka bicarakan, tanpa menunggu lama Amora mengiyakannya, mengabaikan sesuatu yang akan terjadi nanti, Amora hanya merasa yang dilakukannya sekarang sudah benar.
"Kembalikan,"
Setelah mendudukan Axel di pinggir ranjang yang ada di kamar itu, Amora lansung mengulurkan tangannya, meminta sesuatu yang menjadi tujuannya datang ke sini.
Axel mendongak, memandang Amora yang berdiri tepat di depannya, rasa terkejutnya masih belum hilang menyadari kalau gadis itu sekarang ada di sini, di depannya.
"Sudah kubuang," Axel mengerti apa yang dimaksud Amora, mengembalikan kertas kecil yang menjadi tanggungan gadis itu, baginya cukup aneh di zaman sekarang masih ada orang yang mencatat hal begituan, apa dia tidak malu jika nanti kertas itu jatuh dan dibaca temannya, lalu apa gunanya note di Hp.
Amora menatap geram ke arah Axel, sejak pertama bertemu tidak ada satu halpun yang baik terjadi diantara mereka,
"Apa sikapmu memang seperti ini?" Axel bingung mendengar pertanyaan Amora, dia hanya diam dan mendengarkan, matanya tak pernah lepas dari mata caramel yang mulai berkaca-kaca itu, "Menganggap semuanya mudah dengan uangmu, mengirimi Bapakku uang, membayar tunggakan kosku, lalu nanti apa lagi, berniat membayar uang wisudaku juga?," Amora mengalihkan pandangannya ke samping berusaha menyembunyikan air matanya yang luruh, tapi terlambat Axel sudah melihatnya. "Sudah kubilangkan hidupku tidak sebecanda itu untuk terlibat dengan masalahmu, tapi kamu malah menarikku sampai sejauh ini, membuatku jatuh layaknya perempuan tak punya harga diri."
Axel tidak bisa berkata apa-apa, diam adalah pilihannya sambil mendengarkan semua jeritan hati seorang Amora, tapi satu hal yang pasti sebagai lelaki otaknya tidak selicik itu.
"Kuharap negara ini tidak menyesal punya prajurit sepertimu" Kata Amora di akhir kalimatnya, setelah itu Amorapun berlalu, berusaha menguatkan hati agar tidak mencakar wajah pria tak berhati itu.
Mendengar bunyi pintu kamarnya ditutup, Axel mengeluarkan kertas kecil yang ada dalam sakunya, "Kuharap kamu juga tidak menyesal memilikiku sebagai suami, aku menaruh harapan banyak padamu," guman Axel sambil mamandang tulisan yang cukup rapi itu. Emonticon senyum dibagian akhir pertanda betapa besarnya semangat untuk membayar itu semua. Dan Axel butuh asupan semangat itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/206494570-288-k204625.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
RomanceKesedihan, kesusahan dan penghianatan yang datang pada hidupmu jangan pernah disesali. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa yang akan datang, semuanya bisa saja berbalik menjadi kebahagian dengan cara yang berbeda dan tidak terduga. Saat...