12

3.8K 276 79
                                    

Bismillahirrahamanirrahim

Selamat membaca 😉

"Aku sangat menyedihkan bukan?" Pertanyaan dengan suara sumbang yang membuat sesuatu dalam dada Axel nyeri, tatapan sayu dan senyum paksaan yang sangat dibencinya sekarang menghiasi bibir mungil itu, ingin merengkuhnya ke dalam pelukan tapi seolah paham Amora sudah menolak lebih dulu, berdiri tegak sambil menyodorkan ponsel miliknya,

"Ini Hpmu, tidurlah, selamat malam." Lantas setelah setelah itu Axel hanya bisa melihat bahu ringkih itu bergetar dan hilang di balik pintu.

"Bego," maki Axel pada dirinya sendiri.

*****

M

enunggu sedikit lebih lama sambil mengumpati diri sendiri, Axel akhirnya keluar dari kamar untuk mencari keberadaan Amora. Gadis itu berbaring meringkuk seperti bayi di sofa depan Tv,

Axel memperhatikan wajah merah pertanda sehabis menangis itu, napasnya yang berhembus berat membuat Axel tahu kalau tadi Amora menangis cukup lama, diperhatikannya wajah itu lamat-lamat, ibu jarinya bergerak menghapus sisa air mata yang masih tersisa di pipi Amora,

"Aku minta maaf," guman Axel lirih,

Jarinya sekarang berpindah menyingkap rambut Amora ke belakang secara perlahan, di kecupnya kening sempit itu lama-lama, berharap rasa bersalahnya bisa berkurang,

Untaian kata-kata Amora yang membuatnya ingin menbenturkan kepalanya kembali berdenging di telinganya,

"Sikapmu benar-benar membuatku bingung, kadang kamu baik dan perhatian, mau mendengar semua keluh kesahku dan memperlakukan layaknya ratu, tapi dua hari ini kamu membuatku sadar sebagai apa aku di sini,"

Axel terdiam mendengar itu semua, dia ingin menjawab kalau Amora memang ratu untuknya tapi semua itu hanya tertahan di kerongkongannya,

"Kamu bertindak seperti seorang suami yang sedang cemburu, tapi melihat perlakuanmu selama dua hari ini membuatku sadar, kamu tidak mungkin merasakan itu untukku----

Aku cemburu Mo,

"Dan saat acara tadi. Aku fikir melihat sikapmu, senyummu, hubungan kita akan menjadi lebih baik, tapi lagi-lagi aku salah, harapanku terlalu tinggi tentang itu, setiba di rumah kamu kembali kembali seperti dua hari yang lalu, mengacuhkanku, mengabaikanku seolah aku ini pajangan dan patung---hiks hiks

Jangan menangis Mo,

"Harusnya kamu katakan kalau tadi kamu pura-pura agar aku tidak berharap banyak setelahnya, kamu hanya tidak ingin orang tuamu tahu kalau kita tidak sedang baik-baik saja kan?
Kamu takut malu dan namamu buruk karna keadaan kita kan? sekalian saja tidak usah membawaku agar tidak perlu pura-pura bersikap baik, karna aku tahu bagaimana rasanya bersikap baik saat semuanya tidak baik-baik saja!"

Rasanya Axel ingin sekali melumat habis bibir itu agar ucapan konyol itu tidak kembali keluar dari mulut Amora. Terlebih setelah mendengar kata-kata selanjutnya, dia benar-benar ingin menghampiri dinding setelahnya,

"Aku tau aku tidak bisa menyalahkanmu begitu saja, di sini aku juga yang salah, aku bohong sama kamu dan aku lupa dengan posisiku. Terimakasih karna sikapmu dua hari ini berhasil membuatku sadar. Aku memang istrimu, tapi aku seolah lupa bagaimana aku bisa mendapatkan gelar itu, mulai sekarang aku akan menempatkan diriku sebaik mungkin."

"Bagaimana bisa kamu berfikir seperti itu, hm? Aku bahkan hampir gila saat melihat foto kalian bersama? Apa kamu masih belum paham apa yang sekarang kurasa?" Axel berguman sambil mengelus pelan wajah Amora, matanya tak lepas dari wajah polos bak bayi tersebut,

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang