Bismillahirrahmanirrahim
Ada yang nungguin ?
Jangan lupa pencet ⭐ dan koment ya kakak,
Plisss jangan jadi sider!!
Selamat membaca🤗
***
"Gimana keadaan Abang, Kak?"
Pertanyaan tiba-tiba Caca membuat Amora tersentak, dia melamun. Mengalihkan pandangannya, Amora menatap ke arah Adik iparnya yang sekarang duduk tepat di sampingnya menghadap ke arah kolam berenang.
"Sudah lebih baik. Tadi setelah sarapan dia lansung tidur kembali," kata Amora sambil mengangkat sudut bibirnya sedikit.
Caca yang melihat ekspresi kakaknya itu merasa kasihan. Dia tahu betul bagaimana resenya kelakuan kakak lelakinya itu ketika sakit. Menganggap semuanya baik-baik saja, padahal orang lain sangat begitu mengkhawatirkannya. Belum lagi kalau ditanya sebabnya kenapa, dia bakalan diam, seolah tak mendengar.
Keduanya kembali diam, Amora kembali melamun menatap riak kecil di kolam karna tiupan angin. Pikirannya masih bercabang, ingin menayanyakan apa yang terjadi sebenarnya atau cukup dengan alasan Axel semalam, dia jatuh dan terkena luka tembak. Kepala Amora terasa mau pecah memikirkan itu semua.
"Kakak yang sabar ya, sama Abang. Dia emang gitu kalau lagi sakit, rese, pura-pura kuat." Caca kembali buka suara, diperhatikannya raut wajah Amora dari samping, Caca yakin kakak iparnya itu kurang tidur semalam, terlihat dari lingkar hitam di bawah matanya yang membayang.
Amora mencoba melemparnya senyumnya walaupun sedikit agak dipaksakan. "Ini lagi disabar-sabarin, Ca. Kamu benar, Abangmu rese kalau lagi sakit." ... Manja juga... lanjut Amora dalam hatinya.
Mengingat kejadian tadi pagi saat mereka akan sarapan. Axel mengatakan semalam kalau tangannya baik-baik saja, tapi saat tadi Amora menyuruhnya untuk menyuap sarapannya sendiri lelaki itu malah tidak mau, dia meminta Amora untuk membantunya..
Amora sebenarnya tidak tega, tapi dia hanya ingin melihat sejauh mana Axel bertahan dalam kepura-puraannya, dia hanya ingin lelaki itu jujur bagian mana saja dari tubuhnya yang terasa sakit. Tapi memang dasar keras kepala, dia tetap berkilah, meminta Amora menyuapkannya dengan alasan, Rindu. Ck. Padahal tinggal katakan tangganya nyeri atau sakit itu sudah cukup bagi Amora, setidaknya Amora merasa kalau lelaki itu sedang membagi rasa sakitnya. Amora dianggap ada.
"Abang emang gitu kak, dia ngak mau orang lain mengkhawatirkannya, terlebih itu kakak. Tadi pagi aja, pas aku liat dia waktu kakak bantu mama masak, dia kelihatan nahan nyeri. Dia bilang jangan kasih tahu kakak, dia ngak mau kakak nangis lagi," cerita Caca.
Amora tertegun tak mampu menjawab, memilih membenamkan wajahnya di tangan yang terlipat di atas meja. Pura-pura tertidur, memikmati hembusan angin padahal dalam diam dia sedang mencoba menahan tangis.
"Aku cuma mau dia membagi rasa sakitnya, aku istrinya, harusnya dia menceritakan semuanya. Dunia kerja Axel terlalu misteri dan itu membuatku takut," kata Amora terisak kecil.
Caca mengelus lembut punggung Amora berharap bisa menenangkan kegundahan hati kakak iparnya. Meskipun Caca tahu satu-satunya yang bisa membuat Amora tenang sekarang adalah sentuhan lembut tangan Abangnya.
***
Menjelang makan siang, Amora kembali ke kamarnya.
Membuka pintu secara perlahan, takut membangunkan Axel yang tadi ditinggalnya tengah terlelap tidur.
"Sudah lama bangunnya?" tanya Amora Saat melihat Axel sedang duduk menyandar di kepala ranjang sambil memainkan handphonenya.
Axel menggeleng pelan, meletakan kembali handphonenya di nakas, lalu menatap ke arah Amora yang sekarang tengah melihat ke arah lain. Axel tahu istrinya itu masih marah bukan lebih tepatnya kecewa, padanya. Terbukti dengan sebisa mungkin mata cantik itu selalu mengalihkan pandangannya saat mata mereka bersitatap.
![](https://img.wattpad.com/cover/206494570-288-k204625.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
RomanceKesedihan, kesusahan dan penghianatan yang datang pada hidupmu jangan pernah disesali. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa yang akan datang, semuanya bisa saja berbalik menjadi kebahagian dengan cara yang berbeda dan tidak terduga. Saat...