28

5.7K 381 136
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Ada yang rindu ?

Jangan lupa pencet ⭐ dan kasih koment yang banyak ya kakak

Selamat membaca

Kehamilan Amora menjadi kabar bahagia untuk  keluarga Axel, semua sangat antusias dan bergembira mendengar kabar tersebut.

Tadi pagi setelah sarapan, dengan binar bahagia yang tak bisa disembunyikan, Axel memberi tahu keluarganya perihal kehamilan Amora.

Jangan ditanya bagaimana reaksi mereka, Mama mertua dan adik iparnya sampai melompat-lompat kecil saking senangnya, membuat senyum Amora tambah mengembang dari semalam, terlebih saat mendapat pelukan hangat dari Pak Adiyatma, membuat Amora merasa utuh.

Walaupun tak banyak ucapan, hanya ucapan selamat saja, tapi reaksi yang di timbulkan Pak Adiyatma saat mereka berpelukan begitu membuatnya bahagia. Dia merasa kalau kehadiran buah hatinya sangat diharapkan.

Menjelang siang, dengan ditemani Axel yang sedari tadi tidak pernah menjaga jarak kurang dari dua meter dengannya, mereka pergi ke rumah sakit. Memeriksa kembali kandunganya atas dasar kemauan sang Papa baru yang begitu semangat melihat lansung perkembangan sang cabang bayi.

Tangan Axel menggenggam erat tangan Amora, sesekali tangannya akan diremas perlahan saat sang dokter menjelaskan perkembangan anak mereka. Dari samping Amora bisa melihat bagaimana mata yang biasanya dengan mudah mengintimidasi orang itu berkaca-kaca, pandangannya tak lepas dari layar monitor hitam putih yang menampilkan buah cinta mereka.

"Suaminya bahagia banget kayaknya ya, Bun. Sampai nangis dan ngak bisa ngomong apa-apa, matanya fokus ke satu titik aja," kata dokter perempuan usia pertengahan.

Kali ini mereka sudah duduk berhadapan dengan Axel yang menunduk menatap foto USG terbaru anak mereka.

Amora tersenyum kecil. Mengiyakan ucapan sang Dokter, bahkan saking fokusnya Axel  memperhatikan anak mereka, dokter tersebut harus mengulang beberapa kali pertanyaan yang sama.

Seperti pasangan muda umumnya, banyak pertanyaan yang mereka ajukan, terlebih itu Axel. Dari A sampai Z semua dia tanyakan, Amora sampai mencubit pelan perut kotak itu saat Axel menanyakan sesuatu yang membuatnya malu. Namun, seolah tanpa dosa Axel hanya mengedikan bahunya dan menjawab, "ini perlu, Mo. Selain buat keamanan si Baby, ini juga penting buat kelansungan hidup aku."

Amora yang sudah malu bukan kepalang hanya bisa menurut, beruntung dokternya sudah terbiasa menghadapi jenis pasien seperti Axel, sehingga dengan senyum tertahan Dokter dengan name tag Miranda itu memberikan jawaban yang berhasil membuat senyum Axel tercetak sempurna.

"Boleh, asal ibunya nyaman dan senang. Dan satu lagi, jangan lupa ... pelan-pelan."

***

Usia kehamilan Amora yang masih muda membuat Axel memutuskan untuk tinggal di rumah orang tuanya sementara waktu. Selain karna kehamilan tentu saja keamanan Amora menjadi nomor satu, terlebih pekerjaannya akhir-akhir ini cukup padat membuat Axel tidak mau ambil resiko membiarkan Amora tinggal di Apartment mereka sendirian.

Tidak, sampai mereka semua tertangkap.

Sama seperti kehamilan pada umumnya, morning sickness menjadi hal yang harus Amora lalui setiap harinya. Awalnya mual biasa saja, yang lima menit kemudian akan berhenti dengan sendirinya, tapi tidak dengan tiga hari terakhir, Amora sampai berjongkok di kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya yang hanya air.

Seperti pagi ini, dengan rambut belum terikat sempurna, Amora lansung berlari ke kamar mandi dengan masih menggunakan rok mukenanya, Axel yang pagi ini shalat di rumah lansung menyusul istrinya tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang