Bismillahirrahmanirrahim
Selamat membaca
Jangan lupa pencet ⭐ ya kakak, follow juga akunya. Tengkyuhh💕
***
Prof Radi :
Amora bagaimana kabarmu? Sudah baikan? Saya turut berdukacita atas kepergian Ibumu, jangan bersedih ya, masih banyak yang menyayangimu.Axel mendengus pelan membaca pesan yang baru saja dikirim oleh Dosen istrinya itu. Apa maksudnya coba? Oke, dia ikut berduka cita itu masih wajar tapi kalimat 'masih banyak orang yang menyayangimu' itu, Axel merasa sedikit janggal, apa maksudnya? Apa Dosennya itu masuk di dalamnya? Ah, tentu saja. Dosen itu bahkan secara terang-terangan mengakui punya perasaan pada Amora di depan matanya beberapa waktu yang lalu.
Meletakan ponsel Amora serampangan, Axel mendorong kursi yang didudukinya, berdiri lalu melangkah menuju kulkas, mengabaikan tatapan heran Amora. Dia butuh air dingin sekarang.
Axel bersandar pada lemari pendingin sambil meneguk lansung air dingin dari botolnya, tatapan matanya tak lepas dari Amora yang kembali sibuk dengan kegiatan memasak makan siang mereka.
"Ahhhhh." Axel sengaja mengeraskan suara lega karna berhasil melepas rasa hausnya. Bukan hanya haus tapi juga rasa panas yang tiba-tiba saja muncul di dadanya.
Amora yang mendengar itu kembali menatap ke arah Axel, mata mereka bertemu, melihat Axel tidak membuang mukanya kali ini, Amora kemudian mengecilkan api kompornya, mengaduk sekali lagi sup ayam yang hampir matang itu.
"Kamu kenapa?" tanya Amora, dia berjalan menghampiri Axel. Mereka sekarang berdiri berhadapan.
Axel diam memperhatikan lamat-lamat wajah Amora. Menelisik setiap inci yang ada di sana? Dalam hati dia bertanya-tanya kenapa bisa jatuh pada perempuan seperti Amora? Apa istimewanya wanita ini, dan kenapa banyak lelaki yang menginginkan istrinya. Mulai dari Profesor itu, Yoga, Andre, Daniel dan teman-temanya yang lain. Axel bukannya tidak tahu arti tatapan mereka, hanya saja beberapa dari mereka memilih mundur duluan saat tahu milik siapa wanita yang mereka puja itu.
"Kenapa sih? Demam?" Amora berjinjit berniat untuk meletakan punggung tangannya di kening Axel.
Axel menepisnya pelan, Amora kaget dengan reaksi Axel, tapi hanya sebentar karna dengan gerakan cepat tangan lelaki itu malah menarik tangannya yang menggantung di udara. Mereka berpelukan, Axel membenamkan kepalanya di ceruk leher Amora.
Amora diam, dengan kondisi kaki masih berjinjit, tangannya yang tadi menggantung akhirnya naik untuk membalas pelukan Axel.
"Ini sangat nyaman," guman Axel.
Amora bungkam, membiarkan Axel menikmatinya.
Cukup lama mereka berpelukan. Axel kemudian mengurainya, mengganti posisi mereka menjadi Amora yang berada di depan pintu kulkas, Axel menyandarkannya di sana, mengurung tubuh itu dengan tubuhnya yang besar, tangan kiri dan kanan Axel terulur di masing-masing sisi untuk mengunci agar istrinya itu tidak bisa kemana-mana.
"A Axel, nga ngapain?" tanya Amora gugup saat Axel merunduk menyamakan level mata mereka.
Axel tersenyum dalam hati melihat bagaimana reaksi Amora saat berdekatan dengannya, selalu seperti ini, gugup dengan wajah memerah, terlihat menggemasakan.
"Si Dosen itu masih sering hubungin kamu?"
Kening Amora mengernyit mendengar pertanyaan Axel. Maksud suaminya ini apa sih?
"Si dosen?" Alis Amora berkerut.
Axel berdecak pelan. "Emang berapa banyak Dosen yang suka sama kamu, nyampe bingung gitu?" Axel mulai sewot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
RomanceKesedihan, kesusahan dan penghianatan yang datang pada hidupmu jangan pernah disesali. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa yang akan datang, semuanya bisa saja berbalik menjadi kebahagian dengan cara yang berbeda dan tidak terduga. Saat...