20

4.4K 298 72
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Selamat membaca

Jangan lupa pencet ⭐ ya kakak

***

Kedatangan Axel beserta keluarga saat pemakaman Ibu Amora, menimbulkan banyak pertanyaan dari warga desa.

Mereka bertanya-tanya siapa gerangan keluarga Axel itu, apa hubungannya dengan Amora, kenapa dia bisa datang?

Jika hanya tanya seputar siapa dia, dan kenapa dia bisa hadir di sini Axel masih bisa memaklumi, sebab pernikahannya dengan Amora memang belum ada resepsi, mereka hanya melakukan Aqad dan itupun tidak di ekspos. Jadi tidak terlalu heran jika satu atau beberapa tetangga menyimpan tanya untuk Axel dan keluarga.

Semua itu menjadi tidak bisa dimaklumi lagi jika pertanyaan itu sudah menjurus ke hal-hal yang tidak benar dan berujung fitnah. Seperti yang Axel dengar tepat sehari setelah dia berada di desa ini.

"Ngak nyangka ya, si Amora pergaulannya di kota gitu, pulang-pulang udah bawa laki aja, jangan-jangan hamil duluan dia lagi. Dasar!"

"Ya, mau bagaimana lagi, yang mau ngajarin dia ngak ada, bapaknya preman, Ibunya juga dulu bekas wanita malam, jadi ya terima saja. Buahkan jatuh ngak jauh dari pohonnya.

Jika saja Mamanya tidak mencoba menyabarkan Axel saat sekumpulan ibu-ibu itu mencemooh Amora, sudah pasti Axel akan menjawab ucapan itu tidak kalah pedasnya. Cukup kesedihan ditinggal sang Ibu saja Amora-nya sekarang bersedih, jangan ditambah lagi dengan omongan sampah yang sudah pasti sangat salah itu.

Merasa jengah dengan gunjingan itu, hari itu juga Axel melapor pada ketua Rt di sana perihal statusnya dan Amora, dia tidak mau Amora mendengar gosip itu dan membuatnya semakin sedih. Pak Rt menyambutnya baik terlebih setelah tahu siapa dia dan Papanya.

Malam ke tiga kepergian Ibu, di rumah Amora diadakan pengajian, tidak banyak yang hadir, hanya mereka yang benar-benar peduli, bukan tak beralasan orang-orang itu tak datang, image bapak Amora sebagai preman yang sering meresahkan warga membuat mereka enggan. Hanya Pak Rt dan beberapa orang yang Axel ajak lansung ke rumah selepas dia shalat magrib berjamaah.

"Bapak kamu ke mana, Nak Mora?"

Amora yang sedari tadi menunduk menatap lantai di samping Axel menolehkan kepalanya, dia diam lalu menjawab setelah Pak jarwo selaku ketua Rt mengulang kembali pertanyaannya.

Amora menggeleng pelan. "Ndak tau Pak, tadi pagi pergi dan belum pulang." Amora meremas ujung Abaya yang digunakannya, "Ada apa, Pak? " tanyanya lagi.

Amora memang tidak tahu pasti kemana Bapaknya pergi, karna sejak kemarin, setelah ibunya terkubur Amora belum berbicara satu katapun dengan bapaknya.

"Begini ..." Pak Jarwo terlihat tidak enak saat memulai kata "Saya selaku ketua Rt cuma mau nyampaikan pesan beberapa warga, mereka sebenarnya ngak enak juga bicarain masalah ini saat kamu masih dalam keadaan berduka, tapi mau bagaimana lagi, kalau nanti kamu pergi mereka takut minta sama bapak kamu."

Pak jarwo mengeluarkan secarik kertas, Amora mengambilnya.

"Itu, Bon Ibu kamu di beberapa warung, mereka minta Bapak menyampaikan itu sama kamu."

Amora melihat angka yang tertera di kertas itu, ada tiga warung tempat Ibunya berhutang, dan jumlahnya cukup banyak.

"Kata mereka kebanyakan Ibu kamu ngambil rokok, makanya hutangnya banyak. Rokoknya juga rokok mahal."

Amora mengangguk paham, otaknya sedang berfikir dari mana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu, jika ditotal jumlahnya hampir sampai tiga jutaan.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang