3

4K 309 46
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Selamat membaca ya 😉

"Egoku meninggi dan menyuruh pergi tapi hanya karna saling tatap aku memilih menetap. Kamu, seberpengaruh itu."

"Baiklah. Kalau begitu sampaikan pada Papamu, jangan lupa mengirim undangan pernikahanmu padaku" kata Lelaki dengan name tag Nurdin itu sambil mengembalikan kartu nama Axel yang tadi dimintanya. Dan kau Nona Amora, "Kau gadis yang beruntung" tambahnya lagi, setelah itu beberapa orang yang dikomandoi oleh Nurdin lansung keluar dari ruangan, meninggalkan begitu banyak pertanyaan pada masing-masing mereka yang ada di sana. Termasuk Axel dan Amora.

Tidak ada kata beruntung jika berhungan dengan pria satu ini, dia bahkan merusak sepatuku dan itu membuatku rugi batin Amora.

"Bisa jelaskan apa yang yang sebenarnya terjadi?" Axel membuka suara setelah beberapa saat terdiam, berusaha mencerna situasi yang baru saja dia hadapi. Axel menatap satu persatu teman-temannya, semuanya tampak pucat melihat aura yang dikeluarkan Axel, mereka sadar yang di hadapan mereka sekarang bukan Axel, teman mereka. Tapi Mars (nama panggilan Axel di walkie talkie) kapten mereka.

Danial selaku wakil lansung bergerak maju,
"Mohon maaf atas kekacauan yang terjadi kapten---"

"Gue ngak nyuruh kalian semua sikap hormat!" potong Axel karna melihat teman-temannya lansung berbaris beraturan.

"Oke, sorry--" Danial melirik satu persatu teman-temannya agar bersikap biasa saja, "gue ngak tahu pasti kejadiannya gimana, tapi tadi pas lagi asik cerita, orang BNN tu masuk gitu aja, katanya mereka dapat laporan kalau d sekitar sini ada pesta Narkoba, jadi kita di cek satu-satu tadi dan hasilnya negativ, terus mereka minta mau nge cek di atas, dan liat lo sama cewek itu" terang Danial sambil melihat kearah Amora yang beridiri mematung di sebelah Sindy.

"GILA!!!" Umpat axel sambil mengacak rambutnya frustasi, matanya tidak sengaja beradu pandang dengan Amora yang ternyata juga sedang melihat ke arahnya, tapi ada yang salah dengan gadis itu, Axel dapat melihat tatapan mata itu kosong, tidak ada binar di sana.

"Apa kau masih ingin berdiri di sini?" Amora kaget saat jaraknya dengan lelaki itu menjadi dekat, Axel menunduk agar dapat melihat semua bagian dari wajah Amora, masih terdapat jejak lelehan air mata di pipi itu.

Amora mengedarkan padangannya, ternyata mereka hanya tinggal berdua di ruangan itu, teman-teman Axel dan Sindy entah kapan sudah berlalu, saat Axel hendak melangkah keluar Amora dengan cepat menahan tangannya "Bisa jelaskan maksud ucapanmu tadi?" Tanya Amora saat mereka berdiri berhadapan.

Axel diam lalu mengangkat sedikit sudut bibirnya, tidak percaya kalau Amora memikirkan ucapannya barusan.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan, itu hanya sebuah trik agar masalah ini tidak panjang" jawab Axel "Atau kau memang ingin kunikahi?" Tambahnya lagi.

Amora menatap dalam mata hitam itu, dalam hati dia mengumpat atas semua hal yang keluar dari mulut lelaki di depannya ini jangan lupakan pula senyuman sinis di bibir pria yang sayangnya kelewat sexy itu, tadi menghinanya dan sekarang membuat lelucon dengan melibatkan dirinya, siapa sebenarnya pria ini? Anak sultan?.

"Oke baiklah, kuharap semuanya memang benar-benar lelucon, jangan pernah temui aku jika kamu dapat masalah dengan leluconmu itu" setelah mengatakan itu Amora beranjak pergi.

Axel menatap punggung kecil yang perlahan hilang di balik tangga. Bagaimana bisa dia menganggap yang terjadi tadi adalah lelucon, saat si Nurdin itu membawa nama Papanya. Mulut bodoh umpat Axel.

*****


"Bukankah yang tadi itu anaknya jendral Adiyatma?" Tanya salah satu anak buah yang di bawa Nurdin dalam pengrebekan tadi.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang