24

4.4K 310 42
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Selamat membaca

Jangan lupa pencet ⭐ ya kakak

Follow juga dong ya 😊

***

Dua hari berlalu, Amora masih tinggal di rumah mertuanya, tidak ada alasan yang pasti karna setiap Amora menanyakan pada Axel kenapa mereka tidak pulang ke Apartment, Axel hanya mengatakan kalau dia rindu dengan suasana rumahnya.

Bukan alasan sebenarnya, Amora yakin itu, karna beberapa hari ini Axel bisa dibilang sangat sebentar di rumah, pergi pagi dan pulang amat larut.

Beberapa hari ini juga, saat Amora akan keluar rumah, akan selalu ada lelaki berseragam tentara yang mengikuti dan merangkap sebagai sopirnya. Awalnya Amora menolak, merasa tidak nyaman, tapi saat mendengar Axel mengatakan itu semua demi keamanannya sendiri akhirnya Amora menurut, tidak bisa membantah karna sudah takut duluan melihat raut wajah Axel yang tidak ingin dibantah.

"Mau ke mana, Buk?" tanya Beni, lelaki yang diminta Axel menjadi penjaganya beberapa hari yang lalu. Masih muda dari Amora, mungkin tentara baru atau apalah itu Amora juga kurang paham.

"Ke kampus dulu, ya Ben."

"Baik buk," kata Beni sambil membukakan pintu  mobil untuk Amora.

Amora tak bergerak, memilih bertahan berdiri di tempatnya.

"Udah Saya bilang kan, panggil Mbak atau kakak aja, ngak usah panggil Ibuk," kata Amora menahan kesal. Sudah sering dia mengatakan hal yang sama pada Beni tapi tentara muda itu seoalah tak paham dengan apa yang dia katakan.

Menggeleng pelan sambil tersenyum, Beni berdiri menatap Amora denga segan. "Saya tidak bisa, Buk. Kapten Axel atasan saya, jadi saya harus hormat termasuk sama istrinya."

Alasan yang sama!

Akhirnya Amora memutuskan untuk masuk ke dalam mobil. Menghadap ke arah jendela saat mobil mulai berjalan.

Kamu sedang Apa? Semuanya baik-baik aja kan?

Mengalihkan pandangannya, menatap ke arah ponsel yang sedari tadi ditunggu-tunggunya berbunyi, tapi ternyata nihil. Axel belum juga membalas pesan yang dikirim Amora beberapa saat yang lalu.

Amora menghembuskan napasnya. Beni yang mendengar itu meliriknya dari kaca, Beni paham betul dengan perasaan istri kaptennya itu, terlebih dikondisi sekarang.

"Kapten mungkin lagi rapat, Buk," kata Beni memecah keheningan.

Amora membalas tatapan Beni melalui kaca, kemudian mengangguk pelan.

"Semoga beneran rapat ya, Ben. Bukan karna hal yang lain. Karna jujur, beberapa hari ini perasaan saya ngak enak."

Ragu-ragu Beni mengangguk pelan.

Amora yang melihat itu mengerutkan keningnya. "Kamu tahu sesuatu, Ben? Bisa kasih tahu saya? Apa semuanya baik-baik saja?" cerca Amora.

Beni bungkam, memilih diam. Takut salah berbicara yang membuat kondisi semakin sulit.

"Beni!"

"Saya ngak tahu, Buk. Dan itu juga bukan kuasa Saya buat menjelaskannya. Ibuk bisa tanya sendiri sama Kapten."

Amora menghembuskan kembali napas beratnya, menyandarkan kepalanya kebelakang sambil menatap jalanan yang mereka lalui.

"Kalau dia mau ngomong, saya juga ngak bakalan nanya kamu. Axel terlalu misterius dengan pekerjaanya dan itu membuat saya cemas," guman Amora pelan, tapi masih bisa di dengar oleh Beni.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang