26

6K 384 76
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Selamat membaca

Jangan lupa pencet ⭐ ya kakak

Gimana puasanya kakak ? Lancar ?

***

Beberapa hari berlalu, kondisi Axel makin membaik. Dia sudah bisa berjalan tanpa bantuan walaupun masih sedikit lambat dan terpincang-pincang.

Selama sakit juga, Axel menjadi pribadi yang manja. Semuanya harus berdua dengan Amora, Axel bakalan kecarian kalau istri kecilnya itu tidak terlihat olehnya beberapa menit saja.

Berlebihan memang, tapi Amora menyukainya karna dia merasa Axel begitu bergantung padanya, dan Amora dianggap ada. Hanya saja, Amora merasa tidak enak dengan penghuni rumah, terkadang Axel manjanya tidak tahu tempat. Tak peduli di manapun, kalau manjanya sudah mode on. Maka Amora harus menuruti.

Seperti sekarang, saat Amora tengah sibuk berkutat di dapur menyiapkan menu makan malam mereka, tiba-tiba saja Amora merasakan seseorang memeluknya dari belakang, Amora terlonjak kaget, beruntung sekarang dia hanya menunggu makanan matang, kalau sedang mengiris atau memegang pisau, sudah dipastikan jarinya akan menjadi korban.

"Ngapain?" tanya Amora, dia menoleh sekilas ke arah Axel lalu kembali fokus membalik masakannya.

Axel diam, dia malah semakin mengeratkan pelukannya.

Mama Shita yang tengah mengiris bawang hanya bisa menggeleng melihat kelakuan anak bujangnya. Dia merasa kasihan pada Amora yang harus menghadapi bagaimana manjanya sikap anak bujangnya itu pada Amora kalau sedang sakit. Ingat, hanya pada Amora.

"Ditinggal aja, Mora, biar Mama yang lanjutin. Kamu temanin Axel aja."

Amora menggeleng pelan. Bagaimana mungkin dia membiarkan Ibu mertuanya memasak makan malam mereka sendirian. Amora merasa tidak enak.

"Ngak papa kok, Ma," jawab Amora, dia berusah melepasakan tangan Axel yang membelit perutnya, tapi tak bisa. Mengecilkan api, Amora berbalik menghadap Axel yang tinginya mau tak mau harus membuat Amora mendongak agar bola mata mereka bersitatap.

"Mau apa? Aku lagi bantuin Mama masak. Kamu duduk dulu ya, nanti kalau udah siap aku samperin."

Bukannya melakukan apa yang Amora katakan, Axel malah menarik tangan Amora. "Minta bantuan bibik aja ya, Ma. Amora, aku bawa dulu."

Amora melotot tak percaya melihat perangai Axel, berbanding terbaik dengan reaksi Mama mertuanya yang tersenyum hangat, seolah mendukung sikap anak bujangnya, yang sayangnya juga suaminya itu.

"Kebiasaan, deh. Main tarik-tarik aja, aku lagi bantuin Mama masak, Axel," kata Amora memberengut kesal saat sudah sampai di dalam kamar mereka.

Axel acuh mendorong pelan tubuh Amora yang membuat gadis itu terduduk di atas sofa. Lalu dengan cepat Axel menyusul berbaring dengan kepala berbantal paha Amora.

"Usap-usap," kata Axel sambil membawa tangan mungil Amora menuju kepalanya.

Amora menurut dengan wajah merengut, Axel yang melihat itu tertawa dalam diam, membenamkan wajahnya di depan perut rata Amora.

"Jangan dicium, geli. Aku juga belum mandi." Tolak Amora, terkikik geli dengan aktivitas Axel di depan perutnya.

Axel yang mendengar suara tawa itu mendongak menatap wajah Amora dari bawah.

"Kenapa?" tanya Amora salah tingkah karna Axel menatapnya lama.

Axel menggeleng pelan, membawa punggung tangan Amora ke depan bibirnya lalu mengecupnya berulang, sebelum kembali membenamkan wajahnya ke perut Amora.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang