11. Apakah?

598 22 2
                                    

HAPPY READING
.
___________________

Dua hari lagi Angga akan pulang.

Selin senang tentu. Tapi tiga hari ini usai mereka video call pada malam Hari. Angga jarang memberi kabar kepadanya dan kalau bertukar kabar pun singkat singkat. Tidak seperti Angga sebelumnya.

Selin gelisah. Pikiran buruk bercabang kemana mana, Angga tidak pernah seperti ini selama mereka menikah. Bahkan dulu waktu ia ditinggal Angga keluar negeri pun tidak seperti ini.

Lain sisi Selin mengira ngira kalau suaminya itu lelah dan sibuk sehingga tidak sempat mengabarinya. Tapi bahkan kemarin seharian penuh tidak ada kabar dari Angga meski ia menghubungi suaminya berkali kali dan mengirim pesan yang hanya dibaca saja.

Sakit tau nggak sih.

Apalagi dirinya tengah Hamil dan sangatlah sensitif membuatnya menangis setiap harinya. Tapi ia tak menunjukkannya kecuali kepada Bi Wulan yang sudah ia anggap keluarga sendiri. Bahkan keluarganya tak ia kasih tau dan seolah tak terjadi apa apa.

Dibawah sinar terik Matahari yang tertutup awan hitam. Siang itu terjadi hujan lebat yang cukup Lama membuat Selin berdiam diri di kamar sebelum Mama mertuanya dan Ana yang tiba tiba kerumahnya di tengah hujan begini.

Katanya Lea merasa tak enak hati entah karena apa. Bahkan mereka sebatas menantu dan mertua memiliki ikatan batin seperti seorang ibu dan anak.

Kini mereka bertiga duduk sambil berbincang diruang televisi. Membicarakan Angga yang juga tak ada kabar ke Mama mertuanya. Mungkin juga Lea cemas akan hal itu.

"Gimana?" Tanya Lea kepada putrinya yang mencoba menghubungi Angga.

Selin beringsut ke Mertuanya. Ia berusaha baik baik saja meski ia ingin sekali menangis detik itu juga.

Ana menggeleng menatap kesal ponselnya. "Lihat aja kalo Abang ngangkat telepon nanti. Bakal Ana sembur dia."

"Coba lagi deh." Ucap Ana dan menelpon lagi.

Tapi tak bisa.

Lalu Selin menyarankan dia yang kini menghubungi suaminya itu dengan tangan bergetar.

Panggilan tersambung. Selin menyalakan spiker membuat mereka bertiga dapat mendengar dengungan panjang ponsel.

"Halo."

Mereka melotot saling berpandangan.

"Suara Perempuan?" Bisik Ana dan Lea berbarengan lalu menatap Selin.

Selin menunduk lalu menatap kedua wanita di depannya. Ia berucap lirih. "Mungkin teman."

Tapi Ana menggeleng tak percaya.

"Halo siapa yah? Ada perlu apa sama Mas Angga."

Hati Selin mencelos mendengar panggilan wanita di sebrang sana.

"Kalo udah tau nama Kakak Selin diponsel Abang kenapa nanya coba?" Desis Ana Pelan.

"Hal-."

"Siapa Ren?" Itu suara Angga membuat mereka semakin merapat.

Jantung Selin berdetak sangat kencang.

"Nggak tau. Tiba tiba ada panggilan dari nomor nggak kenal."

Nggak kenal? Berarti Nomonya nggak si save Angga. Mata Selin sudah berkaca kaca.

Lea siap menyembur tapi ditahan Selin. Ia ingin tau sejauh mana perkiraanya.

"Udah biarin aja. Nggak penting."

Hahaha Selin rasanya ingin tertawa.

Kedua orang disana berbincang tanpa mengetahui kalau panggilan masih tersambung dan dapat di dengar oleh tiga wanita yang hatinya sama sama remuk.

ANTIMEANSTREAM WEDDING (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang