33. Taman

742 27 2
                                    

Tangan kecil mungil dengan gempalan terentang dengan antusiasnya. Mencoba menggapai udara yang sampai lelah pun tidak akan bisa ia genggam.

Tawa ceria dengan mata yang agak menyipit tidak terbiasa bertabrakan dengan angin yang berlawanan tak membuat tawanya surut.

Kedua kalinya balita itu naik sepeda motor dengan Mama yang memegangi dirinya yang berdiri dan Papanya yang menyetir sesekali memegangi tangannya yang kadang terentang, kadang memeluk leher Papanya.

"Duduk Nak! Nanti Baby Rev masuk angin." Suara Selin yang agak berteriak.

"Kyaaaa bba bblaaa aaaaa."

Angga terkekeh saja sesekali menatap spion yang ia arahkan ke putra mereka.

"Aduhh anak siapa sih bandelnya." Gerutu Selin yang diacuhkan putranya.

Akhirnya Baby Rev duduk dengan sendirinya di pangkuan Mamanya yang langsung memeluknya.

Selin membenarkan rambut Putranya yang awut awutan tersapu angin tadi.

Tak lama mereka sampai di sebuah taman yang kala itu cukup ramai.

Selin segera turun dan menggendong putranya. "Lain kali jangan bawa N-Max deh Mas. Pegel ini duduknya."

Angga mencabut kunci motornya dan menghadap istrinya lalu membukakan helm Selin.

"Lalu pake apa? Mobil? Katanya pengen naek sepeda motor. Atau mau Ninja ku yang dulu? Apa kita perlu beli sepeda motor lagi?" Tanya Angga berturut turut.

Selin agak mendongak membiarkan suaminya melepas helm di kepalanya. "Jangan Ninja Ah nanti Baby Rev ditaruh di mana. Kita pinjem punya Pak Dani aja yang scoopy itu."

"Pak Dani satpam kita?"

"Iyalah siapa lagi."

Angga mengangguk ia mengambil Alih Baby Rev. "Aku beliin aja."

"Lagi nggak mau pemborosan." Ucap Selin berjalan lebih dulu.

Angga meringis menatap istrunya yang berlalu dan menatap putranya yang diam menatap sekitar. "Rev."

Baby Rev menoleh.

"Mama kamu itu..... Pelit banget." Cibir Angga.

"Llit?"

Angga mengangguk. "Hooh, Mama pelit. hemat terus. Lalu gimana sama uang Papa yang numpuk segudang itu? Dibuat sedekah ke mana pun juga masih utuh. Bisa bisa nyampe buat tujuh keturunan."

"Heran Papa. Mama kamu itu kek musiman, kalo mood belanja yah udah belanja kalo nggak yah pasti ngumpulin duit itu. Buat apaan coba!." Lanjut Angga mengoceh.

Baby Rev tak mengerti dan Tak peduli lalu memegangi leher Papanya.

"Mma mma."

"Eh? Mama kamu cepet banget ngilangnya." Angga segera menyusul memasuki taman.

Papa dengan satu anak itu menatap sekitar yang lumayan ramai di siang hari itu. Maklum tanggal merah.

Angga mendengus kesal kala mendapati istrinya berjongkok di depan penjual gorengan di sebrang sana.

"Dasar Mama kamu itu. Makanan aja terus yang di pikirannya, gitu gitu juga nggak ada gendutnya." Cerocos Angga mendekat.

Baby Rev menatap Papanya dari samping. Mungkin dia heran, kok bisa punya Papa bawel amat.

"Makasih buk." Ucap Selin lalu berdiri sambil mengunyah gorengan ditangannya.

Saat berbalik badan ia mendapati suaminya dan putranya berjalan mendekat.

ANTIMEANSTREAM WEDDING (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang