32. Sebagai pelajaran.

569 22 0
                                    

Siang hari yang cerah pada bulan Februari. Semilir angin yang sejuk menerpa kota Jakarta di siang itu.

Mobil berlalu lalang tanpa henti di jalan raya ibu kota. Memadat dan saling silih berganti melewati dengan dua arus yang memisahkan.

Di hari minggu, padatnya jalan membuat kemacetan yang setiap hari sudah menjadi pemandangan yang tak terlewati.

Hari libur itu semakin membuat jalan terpenuh, dengan jutaan penduduk ibu kota yang menjalankan aktifitas mereka di hari libur.

Angga menatap jalanan yang macet di depannya. Ia menghela napas dan menatap kesamping dimana istri dan putranya berada.

"Apa lihat lihat!!." Semburan pedas dari sang istri membuat Angga menciut.

"Maaf Yang."

Selin mengacuhkannya dan lebih memilih menunduk mengelus rambut putranya yang kini tertidur dalam pangkuannya setelah menangis tanpa henti beberapa jam yang lalu.

Sekali lagi Selin mengecup kepala putranya dengan lembut. Ia menyentuh pelan perban dikening putranya yang masih baru.

Angga melajukan mobilnya membelah jalanan kota setelah kemacetan menyurut.

***

Sebuah surat dari rumah sakit di baca Angga lalu ia menghela napas untuk kesekian kalinya.

Ia benar benar merasa sangat bersalah.

Pintu kamar terbuka membuatnya menoleh mendapati istrinya masuk sembari membawa botol susu.

Angga duduk di samping putranya berbaring. Selin duduk di tepi ranjang setelah menaruh dot Baby Rev diatas nakas.

Selin mengelus kaki Putranya. Ia menghela napas berat. "Hampir mati rasa aku, ngelihat Kening Rev bercucuran darah sebanyak itu." Ucapnya pelan.

Angga menunduk. "Maaf Yang, Aku lalai."

Selin berdecak. "Sudahlah, lagian ini juga udah terjadi. Ini kita buat sebagai pelajaran biar nggak lalai lagi dalam menjaga anak."

"Lagian ini juga salahku, malah ninggalin Baby Rev sama kamu ke rumah Alena selama itu. Hufftt." Lanjut Selin.

Angga menatap Selin. "Jangan salahin diri kamu Yang, ini jelas jelas salah aku yang ninggalin Baby Rev di ruang televisi sama si kembar."

Selin melirik. "Hmm."

Ibu muda itu menatap putranya dengan sayu dan menciumi wajah putra gembulnya itu.

Ia mengingat kembali kejadian beberapa jam yang lalu.

Flashback on

"ASTAGA!!! ANAKKU!!!."

Dengan sekuat tenaga Selin berlari kearah Baby Rev yang nyungsep dibelakang sofa besar yang menghadap televisi.

Tangisan kencang Baby Rev yang kala itu tengkurap dengan lemas diatas lantai dengan darah melumuri keningnya.

Tangisan dan jeritan Selin membuat si Kembar, Khael dan Khel ikut menangis.

Selin segera memangku Putranya. Air Matanya mengalir melihat darah segar yang lumayan banyak dikening putranya. Badannya bergerar takut.

"Mmaa Hwaaaa hiks kit mmma." Celoteh Baby Rev dengan suara serak.

Selin menatap penjuru ruangan tak mendapati suaminya malah mendapati si kembar.

"MAS!!! MAS ANGGA!!!." Jerit Selin lagi dilanda ketakutan.

ANTIMEANSTREAM WEDDING (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang