Akhir tahun sudah berada di ujung waktu. Tahun baru akan datang dengan hitungan waktu dalam beberapa jam ke depan. Zanna menyendiri di dalam kamarnya. Hanya ditemani pesan-pesan suara yang sudah ia kumpulkan menjadi satu playlist podcast.
Menyedihkan.
Pasalnya, Nata yang selama ini selalu nomor satu dalam hal kesendirian Zanna tengah asik berduaan menikmati indahnya malam pergantian tahun dengan pacar barunya.
Jahat. Tidak juga bagi Zanna, karena ia sudah paham betul jika Nata memang membutuhkan seorang pendamping di usia yang sudah dibilang cukup itu. Satu hal lain adalah Zanna sebenarnya sedikit risih dengan keberadaan Nata yang terkadang suka lupa waktu dan tempat. Boleh saja untuk menemani Zanna kemana pun ia pergi, tapi tidak jika Zanna tengah ada urusan penting yang tidak sembarang orang tahu.
Merasa bosan akhirnya kedua kaki Zanna berjalan membawa tubuh ringan itu ke dapur. Ia buka perlahan pintu lemari pendingin dengan tenaga seadanya demi menemukan apakah ada camilan yang bisa ia makan atau tidak.
Kosong.
Hanya ada satu kaleng sarden dan satu kotak susu fullcream yang tersisa. Sebenarnya bisa saja Zanna memanaskan sarden yang ada, hanya saja ia sedang tidak ingin membuang-buang gas yang ada hanya untuk memasak sekaleng sarden.
Tidak menemukan pengganjal perut yang pas, Zanna berinisiatif untuk membuka aplikasi layanan pesan antar makanan. Siapa tahu di pengujung tahun ini banyak promo bertebaran yang bisa ia manfaatkan.
Setelah hampir 10 menit menentukan menu apa yang akan ia pesan, Zanna buru-buru mengklik pesanannya. Namun, sepertinya langit malam ini memang tidak mengizinkan Zanna untuk menikmati malam indah seorang diri di dalam rumah. Saldo uang elektronik yang ada di aplikasi tersebut ternyata tidak cukup untuk dijadikan metode pembayaran makanannya.
Namun bukan Zanna namanya jika tidak banyak akal. Ia langsung mengubah metode pembayaran dengan uang tunai. Nol koma nol satu detik sebelum memencet tombol pesan, Zanna baru saja teringat jika uang tunai di dompetnya pun tidak cukup. Jadilah ia duduk terkulai lemas di atas kasurnya.
Tidur. Satu kata yang terlintas di benak Zanna sekarang. Biasanya ini adalah cara terakhir yang cukup ampuh bagi Zanna untuk menahan laparnya. Ia baringkan badannya ke atas kasur. Kakinya memeluk erat guling bersarung putih polos. Lengkap dengan tangan kanan memeluk boneka Mickey Mouse nya. Sambil berucap "semoga bisa tidur."
Perlahan mata Zanna terpejam. Ia usahakan dirinya untuk setenang mungkin agar otaknya bisa segera istirahat dan tertidur.
Selang 5 menit kemudian, matanya kembali terbuka. Zanna kesal bukan main. Perutnya tiba-tiba berbunyi. Cacing-cacing yang ada di perut bersorak meminta asupan. Sedangkan Zanna sedang sudah hilang nafsu untuk makan.
"Tidur aja ya?" katanya berbicara pada perutnya. Seakan-akan ia tengah berbicara pada bayi yang ada dalam kandungannya.
Jika tarik napas dan menghilangkan seluruh pikiran dari otak tidak berhasil untuk membuat Zanna tidur, ia masih ada cara lain yang sedikit lebih ampuh.
Berpura-pura membayangkan jika ia sedang pingsan.
Aneh memang. Hanya memang ini hal yang paling sering Zanna lakukan jika ia ingin istirahat namun otak menolak. Perlahan ia pejamkan kembali matanya. Lalu ia mencoba untuk berandai-andai dirinya ada di tengah kerumunan orang. Dadanya sedikit terasa sesak. Kepalanya perlahan terasa pusing. Matanya berat. Kedua kakinya pun lemas tidak bisa menahan berat tubuhnya. Jika tersenggol dan oleng sedikit, Zanna akan jatuh.
"HAH?!!"
Zanna bangkit dari tidurnya. Napasnya memburu. Kakinya terasa kaku dan sedikit sakit. Tangan gemetaran.
"Kenapa itu orang yang nongol deh? Ganggu banget Ya Tuhan. Padahal tinggal dikit lagi tidur." kesalnya.
"Ah sialan. Beneran ini gue gak tidur malem ini."
Zanna keluar dari kamarnya. Terasa panas dan gerah, ia akhirnya memutuskan untuk keluar rumah. Sekedar melihat letusan-letusan kembang api yang mulai bertebaran di langit.
Cukup lama ia berdiam diri di depan pintu rumah sampai cacing-cacing yang ada di perutnya masih bersikeras untuk meminta amunisi malam tahun baru.
"Iya iya. Ayo makan," katanya kesal.
Sungguh Zanna seperti memelihara puluhan bahkan ratusan cacing dalam perutnya yang bisa ia ajak bicara. Zanna kembali ke dalam rumah. Berjalan menuju kamarnya dan mengambil sebuah jaket berwarna merah marun dan tas selempang. Kemudian ia kunci kamarnya dan tidak lupa pintu rumahnya.
Malam tahun baru seperti ini sebenarnya tidak sulit bagi Zanna untuk menemukan tempat makan. Seperti yang sudah-sudah, di jalan depan masih banyak orang berjejer menjual makanan mereka di malam tahun baru seperti ini.
"Sini Zan, mampir," kata bu Dewi tetangga sebelah rumah. Ia dan keluarganya tengah membakar ikan dan ada beberapa sosis.
"Makasih bu," jawab Zanna sambil jalan.
Hingga kedua kaki Zanna sudah membawanya sampai ujung jalan. Ia menoleh ke kanan dan kiri untuk menemukan makanan yang pas.
Malam tahun baru yang sejuk sepertinya pas jika makan semangkuk soto mie. Zanna akhirnya belok kanan menuju warung soto mie terdekat.
"Pak, soto mienya satu ya." Zanna memilih tempat duduknya.
Warung ini cukup sepi. Hanya ada Zanna seorang diri dan si bapak penjual soto.Ya momen tahun baru memang lebih nikmat jika dirayakan bersama keluarga. Mengingat momen spesial apa saja yang sudah dilalui bersama sampai momen buruk apa saja yang terjadi. Lalu bersama membuat planning liburan dan acara bersama keluarga.
Sayangnya itu semua tidak bisa Zanna rasakan lagi.
"Kamu mau di sini?"
"Kamu aja. Biar aku yang di sini."
"Pak, soto mienya 2 ya."
Sayup-sayup tapi pasti, Zanna bisa mendengar ada 2 orang lain yang datang. Beruntung lah, ia tidak benar-benar sendiri menikmati semangkuk soto mie di tengah keramaian kota.
"Ini mbak sotonya." Si penjual menyajikan soto pesanan Zanna.
"Makasih pak," katanya.
Zanna mengaduk sotonya dengan campuran 3 sendok sambal lengkap dengan perasan jeruk limau. Wangi khas bumbu soto menyeruak ke rongga hidung Zanna yang berujung pada aksi para demonstran semakin brutal.
"Mbanya mau minum apa?" tanya si penjual kembali ke meja Zanna.
"Teh tawar panas aja pak."
"Baik mba."
Sambil menikmati sotonya, sesekali tangan Zanna membuka aplikasi chat atau aplikasi berbagi foto di ponselnya. Beberapa temannya ada yang pergi liburan ke luar kota maupun luar negeri. Zanna bisa tahu itu semua dari postingan teman-temannya melalui instastory mereka.
"3... 2... 1... SELAMAT TAHUN BARU!" teriak orang-orang di luar. Tidak lama kemudian ledakan demi ledakan kembang api terdengar. Saking ramai dan kerasnya suara ledakan, jantung Zanna terasa sedikit berdebar.
Ting.
Sebuah notifikasi pesan masuk. Zanna buka dan ternyata itu dari Nata.
Nata
|dimana lu? Rumah kosongZanna menahan tawanya. Apa-apan Nata ini. Katanya menghabiskan malam tahun baru bersama kekasih. Tapi nyatanya tetap saja mendekati jam 12 tepat ia kembali pada Zanna.
"Selamat tahun baru sayang."
"Hmm.. selamat tahun baru juga."
.
.
.
.To be continued
Selamat datang 2020 hari ke-13!
Semoga bahagia selalu untuk kita semua. Salam, fungxrlll♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mr. John | Johnny Suh ✔
FanfictionZanna hanya mengenal Johnny sebagai dosennya. Sebaliknya, Johnny mengenal Zanna jauh lebih dari yang ia kira. Ada apa antara Johnny dan Zanna? A story by © fungxrlll, 2019. Start: 31 Oktober 2019 End: 28 September 2020