24 | Sebuah Titik Terang

4K 553 23
                                    

Dear Mr. John

Patah hati terbesar bukanlah di saat kita harus kehilangan pasangan karena memilih orang lain dibanding kita. Patah hati terbesar adalah ketika di mana kita tidak bisa menjaga dan melindungi orang yang kita sayangi. Melihatnya sengsara namun tidak ada yang bisa dilakukan.

Tepat di ruangan ber-AC. Ditemani alunan musik yang memekakkan telinga. Lengkap dengan aroma wine yang menusuk hidung serta riuhnya suara orang-orang yang tengah berdansa di lantai dansa. Johnny tengah mencoba untuk memulihkan pikirannya. Katakan lah Johnny sudah jatuh terlalu dalam pada Zanna hingga dirinya amat frustasi karena sampai sekarang dirinya belum juga menemukan titik terang tentang di mana keberadaan Zanna.

Di tempat ini, Johnny bukan ingin bermabuk-mabuk ria lalu bermain dengan gadis berpakian minim. Melainkan ia akan mememui seseorang yang dianggap bisa memberikan bantuan untuk menemukan di mana Zanna sekarang.

Johnny mengeluarkan ponsel pintarnya. Memasukkan beberapa digit nomor telfon lalu mengarahkan ponselnya ke telinga. Sebuah suara yang menunjukkan telfon telah tersambung terdengar melegakan.

"Gue udah di lokasi. Lokasi di mana sekarang?"

"Bentar lagi. Tunggu aja."

Pip.

Johnny memutuskan sambungan telfonnya. Tangannya mengambil sebuah gelas yang sudah terisi wine. Kemudian Johnny menyesap wine-nya. Membasahi tenggorokannya yang kering dengan guyuran air anggurnya.

Tap

Sebuah tepukan membuat Johnny menolehkan pandangannya. Terdapat seorang pria yang memiliki tubuh lebih mungil darinya dengan mengenakan jaket kulit hitam dan kacamatanya yang bertengger di hidung bangirnya. Pria itu tersenyum sesaat dan kemudian duduk di kursi seberang Johnny.

"Gimana, Ren?" tanya Johnny penuh antusias. Pria bernama Tarendra itu hanya tersenyum simpul sambil mengeluarkan laptopnya.

Beberapa hari yang lalu, Johnny sempat menghubungi salah satu rekannya yang memiliki kemahiran dalam bidang teknologi. Dikarenakan sudah putus asa mengenai keberadaan Zanna, akhirnya pria itu meminta bantuan sang rekan untuk melacak di mana keberadaan Zanna terakhir kali melalui GPS yang terpasang di ponsel Zanna.

"John, ini kalo gue liat berdasarkan map, terakhir titik Zanna itu ada di mall deket kawasan perumahan elite."

"Di mana tuh?"

"Kalo dari sini yang gue liat sih nama perumahannya Velvet Mansion. Entah deh bener apa gak." Rendra kembali menatap laptopnya. "Feeling gue sih Zanna ada di sekitaran perumahan itu atau ya dia ada di salah satu rumah itu malah."

"Lo bisa kan lacak daftar pemilik rumah di sana sekaligus alamatnya?"

Rendra diam. Ia menurunkan layar laptopnya setengah. Matanya menatap Johnny bimbang. "Bisa aja, tapi karena ini perumahan elite jadi gue butuh waktu lama buat akses data-data mereka. Security system mereka gak main-main soalnya."

Johnny mengangguk paham. Dirinya tidak bisa banyak meminta pada Rendra. Meskipun ia tahu jika dirinya menaruh harapan penuh pada kemampuan sobatnya itu. Mau tidak mau ia harus bersabar untuk mendapatkan informasi terbaru terkait keberadaan Zanna.

"Oke, gue tunggu kabar baik dari lo."

"Siap! ASAP gue bakal telfon lo lagi."

"Thanks, bro!"

"No prob!"

Setelah pertemuannya dengan Rendra, setidaknya kini Johnny mendapatkan secercah harapan untuk mengetahui di mana Zanna. Meskipun informasi yang ia terima belum rinci mengenai lokasi pasti Zanna. Informasi mengenai nama perumahan yang menjadi titik terakhir keberadaan Zanna langsung didatangi Johnny setelah bertemu dengan Rendra. Johnny tidak ingin terlalu lama larut dalam kepanikan dan kekhawatiran.

"Di mall deket perumahan Velvet Mansion."

Kalimat yang terlontar dari mulut Rendra adalah kunci pencariannya hari ini. Dengan penuh harap dan kepastian akan kabar Zanna membawa Johnny melesatkan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju lokasi yang sudah ditemukan. 

Butuh waktu sekitar 1 jam untuk Johnny agar bisa sampai di lokasi. Mengingat lokasi tersebut merupakan lokasi elite dan memiliki jarak yang cukup jauh dari pusat kota.

Sesampainya di mall tersebut Johnny segera menuju meja pusat informasi yang berada di depan pintu utama mall. Ia menunjukkan foto Zanna kepada petugas setempat dan meninta izin untuk bertemu dengan kepala pusat keamanan untuk mengecek video CCTV di sana. Beruntung petugas yang berjaga di pusat informasi menyetujui permintaan Johnny dan membawa Johnny menuju kantor CCTV.

Mata Johnny sungguh jeli melihat setiap detik dari video yang ditampilkan di layar. Ia bahkan memperhatikan satu demi satu setiap tampilan video kamera CCTV dari berbagai titik.

"Ganti lagi, Pak."

Petugas yang berjaga langsung mengubah tampilan video pada rekaman jam selanjutnya. Hari itu kondisi mall cukup ramai dan padat pengunjung. Sehingga terlalu banyak orang yang berlalu-lalang di depan pintu masuk mall. Bahkan sempat terlihat ada antrian cukup panjang di depan salah satu toko makanan yang baru buka.

Mata Johnny memicing saat ia mendapati postur tubuh wanita yang familiar baginya. Wanita tersebut mengenakan pakain sederhana berupa hoodie dan celana panjang dan memasuki salah satu area toko pakaian.

"Pak, bisa tolong zoom bagian yang ini?" Johnny menunjuk pada gambar wanita yang terlihat.

"Zanna," ucapnya saat melihat hoodie yang dikenakan Zanna adalah salah satu hoodie yang Johnny berikan sebagai hadiah ulangtahun Zanna.

Tangan Johnny mengepal seketika melihat Zanna yang keluar dari mall tersebut 20 menit setelah berbelanja di toko pakaian. Tidak lama setelahnya ada sebuah mobil yang berhenti tepat di depan Zanna dan salah satu pria menarik paksa Zanna dan membawa masuk gadis itu ke dalam mobil.

"Ren, tolong cek mobil van hitam plat R 2903 IB."

Johnny segera berlari menuju mobil ketika mendapati Zanna diculik dan dibawa oleh pria berbadan besar. Bahkan sebelum dibawa paksa masuk ke dalam mobil Zanna sempat disekap menggunakan sebuah sapu tangan kecil yang diduga sudah diberi obat bius agar Zanna tidak sadarkan diri. Beruntung Zanna bisa melawan sebelum akhirnya rambutnya ditarik dengan kencang oleh pria itu.

Johnny geram bukan main saat mengetahui Zanna dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Gadisnya kini tengah dalam bahaya. Ia harus menyelamatkan Zanna secepat mungkin agar tidak ada hal lebih bahaya terjadi pada Zanna. Matanya memerah. Urat tangannya bahkan mencuat ke permukaan kulit saat tangannya memegang kemudi dengan kuatnya. Bukti yang menandakan jika Johnny kini tengah menahan amarah yang luar biasa. Saat ini juga Johnny melesat menuju Velvet Mansion untuk mencari siapa pemilik mobil van hitam tersebut.

"Zan, tolong bertahan lebih lama lagi."


.
.
.

To be continued

Tarendra

Dear Mr. John | Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang