07 | Colic

6.3K 1K 59
                                    

Malam gemerlap penuh kilap menghiasi langit ibukota hari ini. Momen pergantian tahun yang paling ditunggu oleh kaum muda mudi untuk menikmati dinginnya angin malam.

Sama halnya dengan Johnny sekarang. Ia sedang berada di balkon kamarnya. Menyesap satu gelas americano kesukannya. Menatap langit yang mendadak penuh bintang. Sambil tersenyum ia tertawa. "Lucu juga ya," katanya geli. Membayangkan hal menarik yang terjadi beberapa waktu ke belakang.

Saat dirinya tengah larut menikmati sejuknya malam, sebuah bunyi dari ponselnya memecah keheningan dan lamunannya. Johnny mendesah karena hal yang paling ia sukai harus terpecah oleh bunyi ponsel yang berkali-kali berdering. Ingin sekali ia mematikan benda digital-nya itu dan kembali melanjutkan lamunannya.

Namun itu semua tidak mungkin ketika dirinya melihat siapa pelaku yang merusak damainya malam seorang Johnny.

"Ada apa?" tanyanya datar.

"Malam tahun baru. Kita keluar yuk?"

"Ke?"

"Ya... keliling aja dulu. Siapa tau nemu tempat bagus buat foto-foto."

Si penelpon tahu sekali apa kelemahan Johnny. Tanpa harus membujuknya, Johnny akan luluh jika ada iming-iming bagus untuk objek foto. Bagi pecinta fotografi, menemukan objek foto baru itu bagaikan mangsa yang menggiurkan. Atau bisa dibilang bagaikan content creator yang haus akan content baru.

Tanpa mengganti pakaiannya, Johnny segera melesat mengambil kamera andalannya dan mengendarai mobil pribadinya. Membawa laju mesin berjalan itu menuju lokasi yang sudah ditentukan.

"Hai."

"Hmm."

"Makan dulu, mau ga?"

"Boleh."

Jujur saja, jika tidak ada pelarian untuk mencari objek foto Johnny akan memilih untuk menggulung badannya di dalam selimut. Lalu menutup telinganya dengan airpod yang memutarkan playlist andalannya.

Setelah menemukan tempat makan yang cocok, kedua insan tersebut memesan makanan.

"Kamu mau di sini?"

"Kamu aja. Biar aku yang di sini."

Sekiranya itu percakapan kecil antara Johnny dan lawan bicaranya ketika ada pelanggan lain yang tidak asing untuknya.

---

"Zan, lo gak apa-apa?" tanya Yasminne khawatir. Pasalnya Zanna terlihat tidak baik hari ini.

"Gak apa-apa," jawabnya lemas.

"Gue telfon Nata ya?" Zanna hanya diam. Saat ini ia tidak bergairah untuk banyak bicara.

Selang 10 menit, Nata datang dengan membawa sebotol air mineral dan satu bungkus nasi dari warteg. Ia tempatkan bokongnya di sebelah kanan Zanna. Ia tatap lekat-lekat wajah Zanna yang pucat dan sedikit berkeringat.

"Sakit."

"Apaan sih?" elak Zanna.

"Loh? Emang bener lo sakit. Nih ya badan lo panas." Nata memegang dahi Zanna. "Ayo pulang."

"Gak."

"Udah lo kasih apa nih anak?" tanya Nata pada Yasminne.

"Tadi kebetulan gue bawa kue cokelat. Jadi dia mau makan."

"Bagus." Nata mengambil tas Zanna, "buru pulang. Gue gak mau ya kalo harus gotong-gotong badan lo."

Zanna masih diam.

Dear Mr. John | Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang