31 | Malam Damai

3.6K 454 40
                                    

Dear Mr. John

.
.
.

Malam yang damai. Ditemani dengan embusan semilir angin malam yang menyejukkan. Ditemani suara dari jangkrik yang saling menyapa. Sambil menatap indahnya langit gelap yang bergelapan cahaya bintang-bintang.

Di bawah sebuah pohon rindang. Di tengah padang rumput yang menyegarkan. Di tengah damainya kesunyian. Duduk menepi. Mengasingkan diri dari hingar bingar dunia yang memuakkan. Merelaksasi semua pikiran yang menyerang. Berdamai demi ketenangan jiwa.

Sebuah senyum terlukis. Menandakan jika tujuannya kini perlahan tercapai. Menandakan bahwa apa yang selama ini dinanti beranjak berdatangan. Menikmati indahnya sisi lain dunia. Jari jemari lentiknya menari di atas rerumputan. Merasakan sensasi dingin, kasar, dan empuk di saat bersamaan. Kaki telanjangnya pun tidak tinggal diam. Sepasang telapaknya ikut berlonjak kegirangan menanti saat-saat yang dinantikan tiba.

Dari kejauhan, sebuah bayangan kian membesar. Perlahan terlihat sesosok pria berbadan tegap datang. Membawa sebuket bunga mawar. Dengan wajah sumringahnya ia mendekati si gadis yang masih memejamkan matanya eratㅡmenikmati damainya perpaduan alam dan malam.

Tidak ingin mengganggu, Johnny hanya bisa menatap kagum kecantikan yang terpancar dari wajah Zanna. Gadis cantik nan polos itu mengenakan gaun berwarna putih dengan renda aksen bunga warna-warni. Tepat di atas kepalanya tersemat rangkaian bunga-bunga yang menambah indah pesona dirinya. Sudah pasti Johnny luluh dengan gadisnya saat ini.

Sekarang pria itu mengikuti apa yang dilakukan Zanna. Memandang indahnya langit malam penuh bintang. Menghirup dalam-dalam udara segar. Menikmati dingin dan sejuknya angin malam. Tidak memikirkan apapun. Hanya ingin menikmati malam yang damai.

Waktu demi waktu berlalu. Tidak ada pembicaraan di antara kedua anak manusia ini. Keduanya benar-benar larut dibuat terpukau dengan keindahan semesta. Hingga Johnny tersadar jika ada sebuah cahaya yang datang dari arah timur. Sebuah cahaya yang sungguh menyilaukan. Membuatnya hampir tidak bisa membuka mata.

Sebuah tangan halus menyentuh permukaan kulit Johnny. Membelai dan mengusapnya lembut. Memberikan ketenangan serta kedamaian. Namun juga berhasil memberikan sebuah kekhawatiran.

Johnny menatap ke depan. Berusaha melihat sosok pemilik tangan yang masih menggenggam. Ia tatap lekat-lekat manik hitam gadis di depannya. Lalu semburat senyum terukir manis di wajah gadis itu. Sebuah senyum yang menandakan banyak makna.

"Hai," gadis itu menyapa. Membuka percakapan antara dirinya dengan Johnny.

"Z-Zanna..." balas Johnny gugup. Perasaan dalam hati kecilnya sungguh tidak baik. Namun ia masih berusaha untuk mencoba menahanannya.

"Hai, Pak Johnny. Boleh ya aku panggil 'Pak' sebentar? Anggap aja kita lagi nostalgia waktu pertama kali ketemu," kata Zanna lagi.

"Silakan."

"Hey, dear Mr. John. Aku mau berterima kasih sekali sama Tuhan karena udah dipertemukan dengan sosok laki-laki hebat luar biasa. Sosok laki-laki yang benar-benar menggantikan sosok kak Valo. Sosok laki-laki yang sabar juga perhatian. Aku mau berterima kasih sama Pak Johnny yang udah dengan murah hati bersedia untuk bimbing aku sampai akhir masa studiku. Bahkan Pak Johnny sampe jatuh hati sama aku." Gadis itu diam sebentar. Menahan tawa dan malu mengingat semua memori tentang mereka.

"Pak Johnny bener-bener sosok laki-laki yang paling bertanggung jawab yang pernah aku temuin. Bahkan sampe di keadaan aku sekarang, Bapak masih mau nungguin aku. I just had no idea how many time should i thank you. You're the real hero for me. Thank you for coming in my life. Thank you for being my savior. Thank you for always being here for me. Thank you for all your kindness." Zanna diam sejenak. Mencoba mengontrol air mata yang sudah mulai terasa keluar dari peraduannya.

"But, i also want to say sorry to you. Maaf aku belum bisa jawab perasaan Pak Johnny. Maaf aku masih belum bisa dewasa karena menghindar dari Bapak. Maaf karena aku selalu buat Bapak repot."

Isak tangis kini mewarnai suasana haru di antara Zanna dan Johnny. Zanna yang sudah mengeluarkan banyak isi hatinya pada Johnny kini hanya bisa diam. Mengeluarkan seluruh perasaannya tumpah bersama air mata yang keluar. Begitu juga dengan Johnny. Pria berbadan tegap itu ikut luluh mendengar semua perkataan yang dilontarkan Zanna. Johnny pun tidak bisa membalas ucapan terima kasih serta maaf yang diutarakan Zanna.

Keduanya saling berpegangan tangan. Erat. Seakan-akan tidak ingin saling terpisah satu sama lain. Mereka benar-benar saling membutuhkan saat ini. Si wanita yang merasa bersalah pada prianya hanya bisa menangis dan terus menangis. Sedangkan si pria yang merasa tidak ada yang harus dimaafkan hanya diam menatap iba gadisnya yang kini sudah mulai sesenggukan.

"Zanna," panggil Johnny. Namun gadis itu tidak membalasnya. Pun tidak juga melihat wajahnya. Tidak ingin Zanna merasakan sakit sendirian, tangan besar Johnny menarik tubuh mungil Zanna masuk ke dalam pelukannya. Mencoba ikut merasakan apa yang dirasakan gadisnya. Sembari menetralkan dan menenangkan si gadis, jemari Johnny mengusap surai panjang Zanna. Ia bahkan mengeratkan dekapannya agar Zanna bisa merasakan kehangatan yang sedang ia coba berikan. Tidak ada penolakan. Tidak ada juga perlawanan. Hanya mengikuti semua perlakuaan yang Johnny berikan.

"Saya sama sekali gak merasa kalo kamu melakukan sebuah kesalahan sama saya. Saya paham kalo cinta itu gak selamanya harus terbalas. Saya paham kalo cinta itu gak selamanya harus saling memiliki. Sejak saya kenal dan dekat sama kamu, saya paham kalo cinta sejatinya memberikan kebahagiaan setulus mungkin ke seseorang yang kita cinta. Bukan memaksan dia untuk balik jatuh cinta ke kita. Saya pun berterima kasih sama Tuhan karena sudah dipertemukan dengan gadis cerdas, mandiri, dan kuat kayak kamu. Gadis yang ternyata adalah adik dari sahabat saya sendiri. Saya cuma mau menjalankan amanah yang kakak kamu beri ke saya, untuk jaga terus adik kesayangannya. Tapi saya selalu gagal. Saya gagal pertama kali waktu saya suka sama kamu. Terus semua kembali terjadi beruntun sejak saya tahu kalo kamu kenal Irene.

Saya berterima kasih sama kamu udah mau bertahan sampai sejauh ini selama kamu disakiti sama Irene. Saya cuma berusaha sekuat mungkin supaya kejadian di masa lalu gak terjadi lagi di orang-orang terdekat saya. Saya cuma mau menjalankan amanah kakakmu dan jaga kamu, wanita yang saya sayangi."

"Kak, makasih udah mau berjuang sekuat tenaga kakak untuk jagain amanah kak Valo. Sekarang amanah kakak udah selesai. Kakak gak perlu lagi capek-capek jagain aku. Kakak gak perlu mikirin keadaan aku gimana. Sekarang kakak bisa fokus sama kehidupan kakak sekarang. Kakak bisa jalani hidup kakak secara normal lagi, sebelum adanya aku di kehidupan kakak. Sekarang aku harus pergi. Kak Valo udah nunggu aku di tempat yang indah. Makasih untuk semua perjuangan yang kakak kasih ke aku. Maaf aku gak bisa balas semua kebaikan Kakak. Tapi aku udah minta sama Tuhan buat bantu aku balas kebaikan Kakak. Thank you, dear Mr. John."

Genggaman tangan Zanna meregang. Perlahan ia lepas satu demi satu kaitan jemarinya dengan Johnny. Kemudian perlahan berjalan mundur menjauh dari posisi sebelumnya. Johnny yang masih tidak percaya bahwa Zanna akan meninggalkannya hanya diam terpaku di tempatnya. Tidak tahu harus berbuat apa karena sesungguhnya ia benar-benar tidak mampu. Tubuhnya seolah tidak bertulang.

Semakin jauh, semakin samar senyum terakhir yang terlukis dari wajah Zanna. Gadis itu kini mendekat ke sumber cahaya yang menyilaukan tadi. Sambil melambaikan tangan pada Johnny. Tubuhnya kemudian berputar balik memunggungi Johnny. Kemudian berlari kecil dan benar-benar menghilang tenggalam dalam kilauan cahaya.

Kini sosok gadis yang ia cintai telah hilang dari sisinya. Pergi jauh tanpa kepastian meninggalkannya seorang diri. Menyisakan kenangan yang belum banyak namun sungguh berarti bagi Johnny. Pria itu ambruk seketika. Tubuhnya terjatuh ke atas permukaan rumpur hijau yang segar. Merebahkan badannya tiba-tiba terasa sakit teramat. Mencoba memejamkan mata, menghapus semua memori yang baru saja terjadi. Berharap akan adanya sebuah keajaiban datang ketika ia membuka matanya.

.
.
.

To be continued

Dear Mr. John | Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang