22 | Tanpa Jejak

3.4K 553 27
                                    

Dear Mr. John

Jika seorang ibu akan menangis tersedu-sedu saat kehilangan anaknya, lain halnya dengan Johnny yang kehilangan kabar Zanna. Dirinya memang tidak menangis di luar. Tapi tidak ada satu orang pun yang tahu jika dirinya cukup hancur dan gelisah selama hampir 2 minggu ini.

Awalnya Johnny merasa wajar dan baik-baik saja saat Zanna tiba-tiba memutuskan untuk memberi jarak pada mereka. Terlebih ketika Johnny menyatakan perasaannya pada Zanna. Mereka hampir tidak pernah ada kontak lagi sama sekali. Jangankan bertemu, untuk sekadar menanyakan kabar saja tidak. Johnny sungguh menghargai keputusan Zanna.

Namun kali ini berbeda. Di ruang kerjanya Johnny sedari tadi sudah lima kali bolak-balik tanpa jeda. Persis seperti setrikaan yang sedang bekerja melicinkam pakaian. Bedanya Johnny kini sedang sibuk berputar di pikiran dan hatinya yang tidak tenang.

Tadi sekali, pukul setengah tujuh malam kurang lebih. Johnny mendapat sebuah kabar dari salah satu teman Zanna, Daniya jika ia sudah hilang kontak dengan Zanna sejak dua hari yang lalu. Awalnya Johnny biasa saja karena Daniya bisa menanyakan keberadaan Zanna ke kantor tempat ia bekerja. Namun keadaan berubah ketika Daniya memberikan pernyataan bahwa ia sudah 2x ke kantor Zanna dan temannya sedang ambil cuti.

"Kamu udah cek bener-bener Zanna di kantornya?"

"Udah, Pak. Bahkan saya sampe dibawa ke meja kerjanya gara-gara saya ngotot Zanna gak ambil cuti."

"Terus?"

"Ya kosong. Gak ada orangnya. Padahal waktu saya ke sana itu lagi jam kerja."

"Udah coba kamu telfon?"

"Jangankan telfon pak. Saya ke rumahnya langsung aja gak ada yang nyaut dari dalem."

"Udah tanya Irene?"

"Irene? Siapa, Pak?"

"Oh, kamu gak kenal."

"E-eh?"

"Gak apa-apa. Biar saya aja yang ngomong sama Irene."

Tidak ada kabar. Telfon tidak aktif. Rumah pun kosong. Di mana Zanna sekarang?

Saking sibuknya mencari keberadaan Zanna, Johnny bahkan sudah 3 hari ini tidak mengunjungi kedai kopinya. Biasanya dia yang paling pertama sampai di sana dan menyiapkan kedai. Matahari saja sampai harus menanyakan apakah Johnny baik-baik saja karena sang kakak sepupu sama sekali tidak memberi kabar padanya.

Tepat di jam makan siang Johnny mendatangi perusahaan yang dipimpin oleh Irene. Pria berkaki panjang itu langsung melangkah menuju ruang kerja Irene.

"Johnny?" Irene yang sedang fokus menandatangani beberapa surat terkejut melihat kedatangan Johnny di ruangannya.

Tanpa basa-basi Johnny langsung bertanya to the point mengenai ke beradaan Zanna pada Irene. "Di mana Zanna?"

Wanita yang masih duduk di depannya tersenyum seraya meletakkan kumpulan kertas di meja kerjanya. Ia putar kursi hitamnya dan beranjak dari duduknya.

"Kamu nanya Zanna ke aku? Salah kamu, John."

"Jangan bercanda!"

"Siapa juga yang bercanda. Aku serius."

Johnny geram. Tangannya mengepal ketika melihat wajah Irene yang menyepelekan kedatangannya.

"Kamu gak puas sama kejadian tujuh tahun lalu?"

Irene menghentikan langkahnya. Tangannya yang sedari tadi memainkan beberapa deretan buku di rak juga ikut berhenti. Matanya berputar malas. Ia mengatur napasnya yang tiba-tiba memburu saat Johnny menyebutkan hal yang paling ia benci di dunia ini.

Dear Mr. John | Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang