20 | Confession

4.7K 627 74
                                    

|Terima kasih atas dukungannya♡|

.
.
.

Mengetahui rahasia atas perasaan yang dimiliki seseorang terhadap diri kita ternyata bisa membawa dampak yang luar biasa. Rasanya seperti tengah berada di dua alam yang berbeda. Hati gundah gulana jika mengetahui kenyataan bahwa orang itu menaruh hati pada kita. Namun di lain sisi, ada sedikit kekhawatiran yang menghantui pikiran. Apakah benar ia orang yang tepat?

Hal itu kini juga tengah berlaku pada diri Zanna. Semenjak Matahari yang 'membocorkan' semua benda confidential milik Johnny, gadis itu direlung gelisah. Hatinya tidak bisa menolak jika ia juga merasa nyaman setiap kali berada di dekat Johnny. Dirinya merasa terlindungi karena Johnny selalu ada ketika ia sedang dalam keadaan yang tidak baik.

Tapi hati kecilnya berkata lain. Di mana ia harus melihat kenyataan bahwa dirinya dan Johnny bertemu karena status mereka sebagai dosen dan mahasiswa. Hanya sebuah kebetulan mereka dekat karena beberapa hal yang tidak disengaja.

"Takdir itu gak ada yang bisa ditebak, Zan. Lo emang ngira gak mungkin Pak Johnny bakal suka sama lo. Tapi kalo emang nyatanya begitu, lo bisa apa?" celetuk Yasminne di tengah-tengah sesi konsultasi Zanna.

"Gini deh," timpal Daniya sembari membaringkan tubuh di atas kasur queen size Yasminne. "Lo jangan egois mikirin ego lo aja. Di luar sana yang kebanyak jodoh itu justru berawal dari hal yang gak dikira-kira. So, please lah coba buka hati sedikit aja."

Zanna semakin bungkam. Bukannya memberi solusi, teman-temannya ini justru meminta Zanna untuk bersikap realistis. Ini menurut Zanna tentunya.

"Zan, coba jalanin aja dulu. Toh pak Johnny juga belum confess kan ke lo soal perasaannya? Ya ... pretend you know nothing aja biar lo nyaman."

"Nah! Betul tuh kata Yasminne. Lo bersikap seakan-akan lo gak tau perasaan dia. Toh justru dia bakal curiga kalo ada perubahan dari sikap lo." Daniya menyetujui saran Yasminne.

"T-tapi ... ."

"Udah, gak usah ada tapi-tapian. Lo jalanin aja dulu. Tunggu sampe waktu yang menjawab. Gampang, 'kan?"

Gadis berkaos merah itu diam tidak menjawab apa-apa. Yang ada di otaknya itu bukan lah bagaimana ia harus bersikap. Sebuah saran yang sebenarnya tidak terlalu banyak membantu. Tetapi setidaknya kini ia merasa sedikit lega karena bisa meceritakan apa yang terjadi di antara dirinya dan Johnny.

"Yas, Dan," panggil Zanna. Tiba-tiba dirinya bangkit dari tempat tidur. Membawa kakinya menuju meja belajar Yasminne yang ada di sudut kamar. Lalu tangannya menuangkan es jeruk dari jar ke gelas. Sedangkan dua orang yang dipanggil menoleh memperhatikan wajah sahabatnya yang berubah menjadi serius.

"Nanti malem pak Johnny ngajak makan malem."

Tidak ada tanggapan dari mulut Yasminne dan Daniya. Kedua sahabat itu justru saling melemparkan pandangan dan berusaha untuk menahan tawa mereka. Bahagia mendengar kini Zanna sudah mulai membuka diri dengan pria.

"Kayaknya bakal ada yang lepas status nih," goda Yasminne. Tangannya menyiku tangan Daniya yang sudah susah payah menahan senyumnya.

Zanna yang masih duduk di kursi sebrang hanya diam. Munafik jika ia tidak ikut tersenyum dan bahagia.

"Mau kita make-over gak?"

--- Dear Mr. John ---

Suasana malam ini sedikit berbeda dari malam-malam sebelumnya. Jika biasanya Zanna dengan santai makan sesuka hati dengan lahapnya tanpa mempedulikan keberadaan Johnny di depannya. Kini ia justru lebih banyak diam.

Dear Mr. John | Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang