|It would be nice to see your name on my notification♡|
.
.
."Aku denger kemarin abis ada yang main ke Dufan kayaknya."
Di tengah jam istirahat kantor, Irene menyempatkan diri untuk duduk satu meja dengan Zanna di kantin. Sebuah nampan alumunium yang berisi nasi, sayur sawi, irisan daging sapi, satu buah apel, dan satu kotak susu sudah bertengger manis di depan Zanna.
"Eh, Kak Irene." Zanna bergegas berdiri untuk memberi salam formal namun bahunya ditahan oleh tangan Irene.
"Gimana kemarin liburannya? Seru?"
Zanna merona mengingat kenangannya bersama Johnny kemarin di taman bermain.
"Ya ... seru mah pasti. Namanya juga ke tempat main, Kak," jawab Zanna seadanya.
"Johnny gimana tuh? Berhasil main wahana ekstrem?"
"Haha ..." Tawa Zanna lepas begitu saja ketika Irene menanyakan perihal Johnny kemarin. Pasalnya ingatan akan Johnny yang keringat dingin di wahana kora-kora sungguh membuatnya ingin tertawa terbahak-bahak.
"Loh, kok malah ketawa?"
"Eh, maaf, Kak." Zanna meletakkan kotak susu stroberinya yang sudah tinggal setengah. "Dia ketakuan, Kak. Aku kira badan segeda gitu bakal berani main wahana ekstrem. Taunya, jadi tukang jagain barang aja sama foto-foto."
Irene tersenyum mendengar cerita Zanna. Sesekali ia ikut tertawa saat Zanna menceritakan kejadian konyol Johnny yang penakut.
Hingga keduanya larut dalam suasana, sampai lupa jika waktu bekerja sudah kembali tiba.
Suasana kantor hari ini bisa dibilang cukup sibuk. Mengingat perayaan ulang tahun perusahaan yang akan datang sekitar 2 minggu lagi yang mengharuskan pekerjaan seluruh pegawai bertambah 2 kali lipat beratnya.
Hingga tanpa mereka sadari matahari perlahan mulai melemahkan sinarnya. Bersiap untuk berganti posisi dengan rembulan untuk memberi cahaya ketenangan.
Zanna tengah merapikan meja kerjanya. Ada dua buah buku kecil, satu buah pulpen, dan satu pouch alat make up yang ia masukkan ke dalam sling bag hitamnya. Beberapa rekan satu ruangannya sudah ada yang pulang terlebih dahulu karena mereka sudah berumah tangga dan harus mengurus keluarga. Berbeda dengan Zanna yang belum ada tanggung jawab untuk segera pulang ke rumah.
"Zanna."
Yang dipanggil menoleh. Ia kemudian tersenyum mendapati Irene yang masih cantiknya seperti tadi siang tengah berdiri di depan pintu ruangan.
"Ya, Kak?"
"Pulang bareng, yuk? Kita udah lama gak ngobrol nih. Padahal satu kantor."
Zanna tidak menggubris ajakan Irene. Toh apa yang dikatakan wanita itu benar adanya. Mereka kini berada di satu tempat kerja. Namun karena posisi dan padatnya pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka, kedua gadis ini jarang berinteraksi.
Tanpa ada satu patah kata pun yang dilontarkan Zanna, keduanya kini sudah sampai di lantai dasar kantor. Mereka tampak begitu akrab satu sama lain. Saking dekatnya mereka, bahkan ada beberapa pegawai yang memperhatikan mereka.
"Johnny?"
Langkah Irene terhenti saat mendapati sosok Johnny yang tengah bersandar di salah satu dinding kantor. Wajah Irene mendadak bingung dan ada sedikit kekhawatiran di sana. Zanna yang saat itu sedang sibuk mengambil ponsel dari dalam tasnya hampir saja terjatuh karena menabrak punggung Irene yang tiba-tiba berhenti. Efek tabrakan itu cukup kuat ternyata karena Zanna harus memejamkan matanya sesekali untuk mendapatkan fokusnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mr. John | Johnny Suh ✔
Fiksi PenggemarZanna hanya mengenal Johnny sebagai dosennya. Sebaliknya, Johnny mengenal Zanna jauh lebih dari yang ia kira. Ada apa antara Johnny dan Zanna? A story by © fungxrlll, 2019. Start: 31 Oktober 2019 End: 28 September 2020