28 | Aneh

3.5K 536 10
                                    

Dear Mr. John

.
.
.

Tidak terasa perjalanan yang ditempuh Johnny dan Zanna berakhir tepat di depan sebuah rumah kecil bernuansa alam yang tenang. Sebuah rumah yang hanya dikelilingi oleh pepohonan tinggi dan diiringi dengan nyanyian merdu dari burung-burung yang tengah bercengkrama dengan keluarga mereka. Meskipun malam, namun tidak menyurutkan suasan sejuk dan manis yang diberikan kepada sepasang insan manusia itu.

Zanna terpesona. Sudah pasti. Tempat ini adalah pusat kebahagiaannya. Bukan karena rumah ini memiliki sejarah penting dalam hidup Zanna. Melainkan suasan alam yang begitu kental yang menarik perhatian Zanna. Bahkan saking terpikatnya ia dengan suasana alam di sana, Johnny ia tinggalkan begitu saja. Beruntung pria jangkung itu tidak mempermasalahkannya.

Memasuki area rumah, kedua pasang mata Zanna dimanjakan dengan serangkaian furnitur yang terbuat dari alam. Ada kursi beserta meja yang terbuat dari kayu jati nan kokoh. Ada sebuah bingkai cermin yang terbuat dari batu. Semua benar-benar memanfaatkan alam yang tersedia. Berjalan semakin dalam, kedua telingan Zanna mendengar suara gemericik air dari bagian belakang rumah tersebut. Dengan rasa penasaran yang tinggi, kedua kakinya membawa tubuh kurus Zanna ke area taman belakang. Sungguh betapa indahnya pemandangan yang ia lihat sekarang. Ada sebuah sungai kecil yang mengalir begitu tenang. Di bagian hulunya ada sebuah mata air buatan. Di dalam kegelapan malam Zanna bisa mengetahui jika air itu pasti sangat jernih.

"Gimana? Suka?"

Suara Johnny memecah antusiasme Zanna pada rumah alam itu. Wajah lusuhnya tersenyum puas. Menandakan bahwa dirinya sangat bahagia sekarang.

"Mandi dulu sana. Saya udah siapin air hangat sama baju. Abis itu kita makan," titah Johnny. Gadis itu tidak banyak berbicara. Ia begitu saja meninggalkan Johnny dengan patuhnya.

Selang beberapa menit, akitifitas mandi dan makan malam telah usai. Kini waktunya bagi Johnny dan Zanna menikmati waktu istirahat mereka ditemani dinginnya angin malam dan damainya suara aliran sungai.

"Makasih." Suara Zanna terlontar begitu saja. Dirinya masih terpaku memandangi sungai kecil yang ada di depannya. Tidak sekali pun ia berani menatap Johnny yang duduk agak menyerong di sebelah kanannya.

"Makasih udah selamatin aku. Makasih udah bawa aku ke sini. Makasih udah bikin aku aman," sambungnya.

Johnny yang mendengar kalimat demi kalimat Zanna bisa mengetahui betul bahwa gadis itu tengah mengutarakan isi hatinya. Ia pun paham jika Zanna mengalami hari yang berat selama berada di dalam kurungan Irene.

"Gak perlu berterima kasih sama saya. Ini udah jadi kewajiban saya untuk mastiin kalo kamu aman."

Zanna diam tidak menjawab.

Kemudian keheningan terjadi lagi di antara keduanya. Hanya menatap apa yang ada di depan mereka masing-masing. Larut dalam pesona alam yang kini tengah mereka rasakan dalam-dalam menuju jiwa mereka. Mencoba mencari ketenangan darinya.

"Kak."

Yang dipanggil lantas menoleh. Dua maniknya menangkap tatapan Zanna. Ada guratan khawatir namun penasaran di sana.

"Aku boleh tanya sesuatu?" katanya lagi.

"Silakan."

"Waktu di dalem mobil, aku gak sengaja kakak sebut nama Valo. Kakak kenal sama orang yang namanya Valo?"

Deg. Johnny membelakakan matanya terkejut. Ia tidak menyangka jika saat itu Zanna ternyata masih sadar dan belum terlelap ke alam bawah sadarnya.

"Halo?"

Dear Mr. John | Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang