27 | Pelarian 2

3.5K 533 22
                                    

Dear Mr. John

.
.
.

Terjebak bersama gerombolan orang-orang yang tidak dikenal bagaikan terperangkap di dalam sebuah kandang hewan buas. Terlebih di saat diri sudah tidak memiliki daya untuk meloloskan diri dari serangan yang mematikan. Ingin rasanya berserah diri dan berpasrah pada keputusan semesta.

Zanna yang sedang berusah berjalan terseok-seok tertangkap basah oleh salah satu anak buah Irene. Dengan keadaan tidak mengetahui apapun tentang denah rumah megah itu, Zanna hanya bisa mengandalkan kemampuan berlarinya yang tidak seberapa. Menahan rasa sakit yang menyerang pergelangan kakinya akibat ikatan tali yang cukup kuat selama beberapa hari lamanya.

"Jangan lari kamu!" teriak si penjaga.

Zanna yang masih berlari sambil menyeret salah satu kakinya berusaha mengingat petunjuk arah yang disampaikan oleh Rendra. Melihat ke seluruh sisi taman dan mencari di mana letak kolam renang dan pepohonan yang dimaksud.

DOR!

Sebuah suara tembakan berhasil menghentikan langkah Zanna. Ia menoleh ke belakang, memastikan jika dirinya aman dari letusan senjata api barusan. Saat matanya melirik, sosok Rendra sudah berhasil melumpuhkan si penjaga. Buru-buru Rendra menghampiri Zanna dan membantunya sambil menuntun langkah lemah gadis itu menuju sebuah pintu besi berukuran sepundak pria dewasa dan membawa mereka keluar dari kandang buas. 

Zanna tidak kenal Rendra. Ini adalah pertemuan pertamanha dengan laki-laki berbadan kurus itu. Dengan kemampuan identifikasi orang yang dimilikinya, Zanna bisa menebak jika Rendra adalah orang yang jenius dalam berbagai bidang. Dari raut wajah yang sekarang sedang menatap gusar jam tangannya, Zanna juga bisa mengetahui bahwa Rendra adalah orang yang tulus.

"Jangan liat gue kayak gitu. Nanti lo naksir bisa bahaya gue," cecar Rendra. Ternyata ia bisa merasakan jika Zanna memperhatikannya sedari tadi.

Zanna yang mendengarnya ternyum malu dan menundukkan wajahnya. Ternyata Rendra cukup peka dengan dirinya.

"Kamu kenapa nolongin aku?" tanya Zanna. Gadis itu kini berjongkok di atas trotoar.

"Disuruh," jawan Rendra datar.

Zanna tidak menjawab lagi. Ia hanya diam dan berusaha untuk tidak mau tahu. Tapi perasaan ganjil yang ada di dalam hatinya terus mengusik. Siapa kah Rendra ini? Siapa yang menyuruhnya untuk datang ke sini dan rela membantunya untuk kabur dari rumah Irene?

"Eh, itu di sana ada mobil putih yang gue bilang. Lo buruan masuk ke sana sebelum bawahan Irene yang lain nangkep lo. Biar gue yang beresin urusan di sini," jelas Rendra pada Zanna. Gadis di depannya hanya diam mencoba mencerna semua perkataan Rendra untuk kesekian kalinya sebelum akhirnya ia berlari untuk menghampiri mobil putih yang ada di ujung jalan.

Dengan segudang tanda tanya Zanna masih saja mengikuti semua perintah yang diberikan. Seolah ada mantra yang terpancar kuat dari bibir Rendra sehingga Zanna bisa begitu patuh mengikuti semua perkataannya.

Mobil putih itu berhenti ketika sudah mendekati Zanna yang perlahan larinya mulai melambat. Si sopir yang duduk di balik setir beberapa kali membunyikan klakson mobil karena ia bisa melihat ada sebuah mobil van hitam tengah mengikutinya dari belakang.

Zanna yang sedikit hilang kendali justru terjatuh ke tanah karena terkejut. Merasa dirinya akan dihantam kuat oleh mobil itu. Melihat Zanna yang tergeletak lemah di jalan, sopir itu akhirnya turun dari mobil dan menggendong Zanna begitu saja kemudian membawanya ke dalam mobil.

"Kak Johnny?" ucap Zanna terkejut ketika melihat siapa yang ada di kursi kemudi. Sedangkan yang dipanggil hanya diam. Fokus menghadap jalanan dan membawa kendali mobil dengan kecepatan penuh demi menghindari kejaran van hitam.

"Udah, sekarang kamu duduk diam aja di tempat. Kalo mau tanya, nanti setelah ini semua selesai. Aku bakal ceritain semuanya sedetail mungkin."

"H-hmm ... oke."

"Fasten your seatbelt, Miss."

Kini sedan putih yang dikemudikan Johnny tengah berpacu kencang di jalan besar. Masih berusaha untuk menghindari kejaran van hitam yang perlahan kian mendekat. Zanna yang ada di samping Johnny hanya bisa diam. Tubuhnya yang masih terasa sakit menuntutnya untuk diam dan menikmati perjalanan yang sungguh memabukkan. Pasalnya mobil yang kini ditumpanginya berjalan cukup cepat dan beberapa kali berbelok mendadak. Membuat tubuhnya beberapa kali terhempas ke kanan dan kiri karena masih terlalu lemah untuk menahan semua tekanan yang ada. Entah ke mana Johnny akan membawanya pergi. Namun yang pasti kini Zanna merasa lebih aman saat mengetahui Johnny menjemputnya.

Jika diurutkan dari peristiwa sadarnya Zanna dan melihat Rendra membawakan makanan dan melepaskan ikatan talinya. Hingga datangnya Johnny tepat di depan rumah megah Irene membuat Zanna tersadar jika ini semua pasti adalah rencana Johnny. Lalu mengenai pertanyaan Zanna akan siapa sosok Rendra terjawab sudah ketika di tengah perjalanan Johnny menerima laporan bahwa semua penjaga yang ada di rumah Irene telah berhasil ia lumpuhkan. Johnny tersenyum penuh kemenangan setelahnya. Membuat hati Zanna jauh lebih tenang dari sebelumnya.

Perlahan laju mobil Johnny melambat. Kini kendaraan roda empat itu tengah berada di sebuah jalan bebas hambatan. Di mana tidak banyak mobil yang melintas mengingat ini hari kerja dan tidak banyak orang yang berlalu-lalang pada siang hari.

"Kak?" panggil Zanna hati-hati. Ada hal yang ingin ia pastikan. Namun ia pun masih takut karena Johnny terlihat masih enggan untuk membuka mulut.

"Ya?"

"Makasih."

Johnny tersenyum. Merasa kini dirinya telah berhasil menyelamatkan gadisnya. Membawanya kembali ke hidupnya.

"Udah, kamu tidur dulu aja, ya? Nanti kalo udah sampe aku bangunin." Johnny mengusap pelan surai hitam Zanna yang kasar.

Tanpa disadari ada perasaan marah yang memuncak dalam diri Johnny. Meskipun dirinya kini lega bisa melihat bahwa Zanna masih aman, tapi menerima fakta jika Zanna mendapat perlakuan yang tidak manusiawi dari Irene membuat pria itu geram. Wajah pucat, bibir kering, tubuh yang mengurus, hingga rambut yang kasar dan berantakan. Pria mana yang tidak marah dan sakit hati melihat gadisnya dalam kondisi seperi itu. Johnny sungguh bertekad akan membalas dendam pada Irene. Bukan hanya karena Zanna, tetapi juga atas nama Valo, sahabatnya.

"Val, sebentar lagi gue bakal tepatin janji. Tunggu sedikit lagi, Val," gumam Johnny.

"Val?"

.
.
.
.

To be continued

---

Hai-hai!

Selamat datang kembali di Dear Mr. John! Aku mau minta maaf yang sedalam-dalamnya untuk readers Dear Mr. John semua karena beberapa waktu ini aku jarang update. Aku mohon pengertian temen-temen semua karena start Juli kemarin aku dapat pekerjaan baru, alhamdulillah. Terus ditambah aku lagi ada program KKN. Jadilah fokusku semakin banyak di dunia rl :(
Aku masih berusaha untuk menamatkan cerita ini secepatnya meskipun perlahan-lahan. Semoga jalan cerita yang udah aku rancanh dari tahun kemarin bisa tertuang semua ke kalian. Jujur aja, aku takut banget jalan cerita ini bakal melenceng karena aku masih belum bisa fokus update.

Sekali lagi aku mohon maaf ke kalian semua dan berterima kasih untuk kalian yang masih stay dan mendukung karya aku. Semoga cerita yang aku berikan bisa memberi inspirasi untuk kalian semua, juga bisa membawa nilai untuk kalian semua.

Selamat siang, selamat beristirahat!

Dear Mr. John | Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang