Bagi sebagian orang, makan malam di pinggir jalan sambil menikmati keramaian kota sudah paling poll untuk menghilangkan penat. Sama halnya untuk Johnny. Malam ini, dia sedang duduk di sebuah tenda sate padang untuk mengisi perutnya yang keroncongan.
Hari ini Johnny tidak ada jadwal mengajar di kampus. Namun bukan berarti Johnny hanya diam di rumah dan tidak melakukan apa-apa. Selain mengajar, Johnny pun memiliki pekerjaan sebagai seorang fotografer. Pekerjaannya yang sebagai tukang foto sudah lebih dulu Ia tekuni sebelum dirinya terjun ke dalam dunia pendidikan.
Menjadi seorang dosen pun sebenarnya bukan keinginan atau cita-cita Johnny. Ini semua berkat permintaan Pak Edward selaku paman dari ayahnya Johnny. Meski dengan segala permohonan yang diajukan, akhirnya Johnny luluh pada pamannya itu.
"Ini mas satenya, silakan dinikmati."
Suara dari seorang pelayan memecah keheningan dan konsentrasi Johnny yang tengah melihat hasil karyanya setelah satu hari ini berkeliling. Jika tidak ada panggilan dari kantor, Johnny biasanya keliling kota untuk mencari objek dan hasilnya akan Ia pajang di rumah. Bahkan terkadang beberapa hasil fotonya dibeli oleh para pecinta seni fotografi.
"Uda, satenya satu ya kayak biasa."
"Porsi besar kan?"
"Betul sekali!"
Johnny terdiam saat sedang menikmati hidangannya. Ia merasa tidak asing dengan suara yang didengarnya. Ingin menoleh namun hatinya berkata jangan, tunggu sampai si pemilik suara duduk di dekatnya.
Hampir 5 menit Johnny diam tidak melanjutkan makannya dan bertanya-tanya kenapa orang yang Ia dengar tidak kunjung duduk setelah memesan makanannya.
"Uda, itu ada daging satu tusuk nyempil," kata si gadis menunjuk ke arah sate yang tengah dibakar.
"Gak apa-apa, biar jadi bonus sajo untuk kakak."
"Ya kalo bonus mah atuh jangan satu tusuk aja, Uda," ledek Zanna. Si Uda tertawa.
"Yasudah, ini Uda tambah lagi satenya," katanya sambil mengambil beberapa tusuk sate lagi.
"Eh jangan!" cegahnya, "saya bercanda Uda.. jangan baper dong," ledeknya.
"Indak apo, kakak kan sudah lama jadi pelanggan kami. Sekali-sekali berbagi kebahagiaan tidak buat kami rugi."
"Udaa, serius loh ini saya bercanda aja."
Si pemilik warung sate hanya diam tidak menggubris perkataannya.
"Zanna?" Zanna menoleh ketika ada suara yang memanggil namanya.
"Loh?!" Mata Zanna membesar melihat sosok dosen yang 'menyebalkan' berdiri tepat di sampingnya.
"Malam pak," kata Zanna menundukan sedikit kepalanya.
"Malam," jawab Johnny.
"Maaf kak, ini satenya sudah matang."
"Eh iya Uda, sini biar saya bawa sendiri." Zanna menerima seporsi piring satenya dan duduk di salah satu kursi yang tersedia.
Mata Johnny mengikuti arah gerak-gerik Zanna. Zanna yang meras jika dirinya tengah diperhatikan oleh Johnny menjadi bingung harus duduk dimana.
"Sini, duduk sama saya aja." Zanna diam, dia hanya melirik Johnny sekilas dan duduk di meja sebelah kanan Johnny.
"Maaf pak, saya gak bisa fokus kalo ada orang lain." Zanna mengeluarkan beberapa tumpuk buku, laptop dan juga kamus besar yang diminta oleh Johnny saat awal kuliah.
Mata Johnny membesar saat melihat meja yang Zanna tempati penuh dengan buku-buku dan kamus yang pernah Ia pinta.
"Loh kamu mau ngerjain tugas?" tanya Johnny. Zanna hanya mengangguk karena mulutnya tengah penuh dengan 6 potong jantung sapi yang telah dibakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mr. John | Johnny Suh ✔
FanfictionZanna hanya mengenal Johnny sebagai dosennya. Sebaliknya, Johnny mengenal Zanna jauh lebih dari yang ia kira. Ada apa antara Johnny dan Zanna? A story by © fungxrlll, 2019. Start: 31 Oktober 2019 End: 28 September 2020