05 | Antara Cokelat dan Kopi

7.5K 1.1K 17
                                    

Setelah dilanda kemarau berkepanjangan, akhirnya penduduk kota bisa menikmati sejuk dan dinginnya udara yang menusuk hingga ke tulang. Aroma air hujan yang membasahi tanah dan jalanan memberikan sensasi tersendiri bagi siapa saja yang menghirupnya. Ditambah merdunya suara guyuran air hujan yang menyirami atap rumah serta pepohonan.

Banyak pengendara sepeda motor yang menepi untuk berteduh karena tidak menduga jika hujan akan turun pada siang menjelang sore ini. Beberapa dari mereka ada yang mengeluarkan jas hujan dan langsung mereka kenakan agar bisa segera melanjutkan perjalanan. Ada juga yang sengaja berteduh sambil menikmati percikan-percikan air hujan dari pantulan sepeda motor yang mengenai wajah. Sungguh saat-saat yang dinantikan oleh banyak orang dalam 5 bulan terakhir.

Begitu juga dengan Johnny. Setelah menyelesaikan tugasnya di kampus, ia langsung melajukan mobilnya menuju arah pulang. Namun bukan Johnny namanya jika ia merasa suntuk tidak meneguk segelas kopi.

Baru 3 kilometer jalan setelah keluar dari area kampus, Johnny langsung memarkirkan mobilnya di depan sebuah kedai kopi. Tidak terlalu besar, namun terlihat sedikit ramai dari luar karena cuaca yang mendukung untuk menyantap segelas cappucino hangat ditemani potongan kue tiramisu.

Setelah memesan segelas cappucino dan satu piring kue tiramisu, Johnny mengambil tempat dekat jendela. Ia sengaja memilih tempat tersebut karena kursinya yang berupa sofa sehingga tidak membuat punggung sakit akibat duduk terlalu lama di kursi yang keras. Juga karena ia ingin menikmati suasana jalan yang sepi pengendara namun ramai dengan guyuran air hujan.

Slurp

Johnny menyesap cappucino-nya. Menahan sebentar kopi yang ia minum di langit-langit rongga mulutnya untuk mendapatkan sensasi kelembutan dari krim dan pahitnya kopi. Ada segurat senyum terlukis di wajahnya karena rasa yang diberikan oleh jari-jari handal si barista dalam mengolah cappucino itu mampu membawa Johnny pada indahnya aroma kopi di awal musim penghujan ini. Lalu tangannya yang berurat mengambil garpu yang ada di sebelah piringnya untuk memotong kue tiramisu berbalut krim dan bubuk cokelat sebagai pemanis.

Sambil menikmati kopi dan kuenya, Johnny tidak sengaja menangkap sesosok yang sungguh ia kenal setelah memutuskan untuk menjadi dosen pengganti di kampus ini. Sosok yang baru saja ia temui beberapa jam yang lalu karena hanya tugasnya lah yang melampaui standarnya.

"Mba, chocolate butterscotch cheese-nya satu ya."

"Yang cold kak?"

Zanna menggeleng, "yang hot aja mba. Lagi ujan masa minum dingin." Si kasir tersenyum.

"Ada tambahan lagi kak?"

"Hmm.. saya mau boba stroberinya deh buat topping."

"Baik kak, totalnya jadi dua puluh lima ribu rupiah."

Setelah membayar, Zanna mencari tempat yang kosong namun sepertinya akan mustahil. Mengingat hari ini sedang turun hujan deras dan banyak orang yang ingin menghangatkan tubuh mereka dengan segelas minuman hangat.

"Sini, ngobrol aja sama saya."

Mata Zanna membesar. Dahinya berkerut dan bibirnya berucap pelan "duh kenapa harus ketemu di sini sih?"

Dari kejauhan Johnny bisa melihat Zanna yang masih enggan untuk menghampiri dirinya. Namun ia tahu betul jika Zanna tidak memiliki alasan untuk menghindar.

"Mau di sana aja? Minum sambil berdiri?" Lagi, Johnny menggoyahkan pertahanan diri Zanna untuk menghindar.

Akhirnya dengan langkah berat Zanna mau tidak mau menuruti perkataan Johnny demi menutupi rasa malunya yang sudah terlanjur menjadi pusat perhatian dari para pengunjung kedai kopi.

Dear Mr. John | Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang