01 | First Impression

15K 1.4K 85
                                    

Bergelut dengan berbagai alat masak. Mengkombinasikan berbagai macam bumbu dapur dan menjadikannya sebuah hidangan yang cukup untuk mengganjal perut sampai jam makan siang tiba adalah hal yang lumrah untuk dilakukan oleh Zanna.

Bukan hanya menyiapkan sarapan, namun juga melakukan pekerjaan rumah yang lainnya. Zanna lah ahlinya. Jangan ragukan lagi kemampuan Zanna dalam bidang ini. Bahkan teman-temannya pun tidak jarang meminta Zanna untuk membantu mereka merapikan kamar.

Tok tok

Sayup-sayup terdengar pintu diketuk. Zanna yang sedang menyantap bubur oat nya berhenti sejenak untuk membukakan pintu.

"Hey yo, Zanna! Morning!" sapa si tamu.

Zanna yang sudah muak melihat sosok ini hanya berlalu meninggalkan si tamu yang tanpa sopan santun masuk rumah begitu saja.

"Kelas jam berapa sih kita?" tanya Zanna yang melanjutkan sarapannya.

"Jam 8," jawab si tamu santai sambil mengambil sebotol air isotonik dari dalam kulkas Zanna.

"Ayo," kata Zanna menarik tangan kawannya itu.

"Bentar, minum juga belum," kesalnya.

"Udah, dibawa aja." Zanna menarik paksa tangan kawannya.

Tidak ada yang spesial pagi ini karena hari ini adalah hari pertama di semester kelima bagi Zanna dan Nata. Tak heran jika mereka belum disibukkan dengan berbagai macam tugas.

Sesampainya di kelas, Zanna dan Nata memilih tempat duduk dekat dengan jendela. Keduanya menyukai suasana hangatnya sinar matahari pagi. Bagi mereka sinar matahari pagi bagus untuk stimulasi otak dan membantu menyegarkan tubuh.

"Matkul pertama siapa deh dosennya?" tanya Zanna pada Yasminne, salah satu teman kelasnya.

"Pak Edward," jawab Yasminne.

"Anjir. Pak Edward lagi?!" timpal Nata dengan wajah lemasnya. Yasminne mengangguk menjawab pertanyaan Nata.

"Udah, sabar aja." Sebuah tepukan mendarat di bahu Nata. Badan Nata terkulai lemas di atas meja. 

Zanna sih tidak ambil pusing siapa pun itu dosen yang akan mengajar di kelasnya. Toh bagi Zanna yang paling penting itu bagaimana dirinya menghadapi tugas dan mempelajari mata kuliah yang diajarkan. Mau dosennya yang bergelar killer pun jika dirinya rajin, maka dosen itu tidak akan menyeramkan di matanya.

Bertolak belakang dengan Nata yang selalu memandang sulit atau mudahnya sebuah mata kuliah berdasarkan siapa yang mengajar. Bukan dari bagaimana cara Ia belajar, dan ini alasan mengapa Nata selalu mengambil kelas dan jadwal yang bersamaan dengan Zanna. Jelas dengan tujuan untuk mendapat bantuan dalam mengerjakan tugas.

"Kok tumben ya Pak Edward telat," kata salah satu teman sekelas Zanna, Daniya.

"Lah iya ya," sambung yang lain.

Pak Edward adalah salah satu dosen yang cukup disegani di jurusan. Ia adalah orang yang memegang teguh pada kedisiplinan. Jika beliau mengatakan masuk pukul 8, ya Ia akan benar-benar masuk kelas pukul 8.

Kini hal yang aneh nan mencurigakan menyelimuti seluruh kelas. Ada yang harap-harap cemas, ada pula yang siap-siap jika Pak Edward tidak masuk pada hari pertama perkuliahan.

Ceklek

Pintu kelas terbuka. Sontak seluruh anak di kelas yang sibuk dengan ponsel mereka segera memasukannya ke dalam tas atau saku masing-masing.

Sesosok pria asing memasuki kelas mereka. Kompak satu kelas menghembuskan napas lega. Pasalnya jika ada orang asing masuk kelas mereka itu tandanya dia adalah anggota kelas lain atau kakak tingkat yang mengulang mata kuliah.

Dear Mr. John | Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang