13 | Bertemu Kembali #2

5K 798 13
                                    

"Tapi, aku lebih pilih dia."

Nyatanya, cinta memang tidak bisa ditebak. Mau sekeras apapun kita berusaha untuk mempertahankan hati seseorang. Semakin kuat juga hatinya untuk memilih yang terbaik.

Nyatanya, cinta memang tidak mengenal seberapa lama dua manusia bersama. Cinta lebih mengenal mana yang lebih saling menghargai dan setia. Maka di saat itu lah cinta akan menguat.

Meski dari jauh, terkadang di situ lah gejolak cinta sedang panas-panasnya. Cinta dari jauh. Memandang hanya melalui hati.

Samar-samar Zanna bisa mendengar isi percakapan antara pria yang ada di dekatnya dengan si lawan bicara. Dari yang Zanna dengar sepertinya hubungan mereka sedang dalam masa krisis. Jelas Zanna bisa mendengar jika si wanita yang sebagai lawan bicara memohon pada pria ini untuk tidak meninggalkan dirinya. Bahkan si wanita berkata ia akan rela untuk melakuka apapun yang diinginkan oleh prianya asalkan hubungan mereka tetap berlangsung.

"Maaf, Ren. Hati aku udah gak buat kamu lagi," tutup si pria di akhir perbincangannya. Meskipun Zanna tidak bisa melihat pria ini, tapi ia bisa merasakan jika ada gerakan gelisah dalam dirinya.

"Duh, ini Nata mana ya."

Zanna menaik-turunkan kakinya. Ia sedang gelisah-gelisahnya menunggu kabar dari Nata. Sejak sepuluh menit yang lalu Zanna berusaha untuk menelpon Nata namun tidak ada jawaban.

"Awas aja tuh anak sampe sini gue suruh kelarin TA gue."

Zanna semakin gencar untuk mencaci maki Nata setibanya ia di resto. Amarah Zanna sepertinya sudah mulai menghampiri tingkat tertinggi. Menunggu bukanlah hal yang paling Zanna sukai sejak dahulu dan ia yakin betul Nata sudah tahu kebiasaannya ini. Tapi kenapa Nata tidak memberikan kabar pada dirinya? Entahlah. Kini hanya Nata yang tahu jawabannya.

"Zanna?"

Zanna menoleh ketika seseorang memanggil namanya. Dirinya yang semula sedang menggigit ujung jarinya sembari mengirim pesan berantai yang berisi sumpah serapah untuk Nata kini harus mendongakkan kepala. Melihat siapa yang memanggilnya di keramaian seperti ini.

"Lah, Keanu? Lo ngapain di sini?" tanya Zanna kaget. Ia menengok ke kursi belakang sesaat dan tempat itu kosong. "Yang tadi telponan itu, lo?"

Keanu hanya mengangguk sambil tersenyum miris. Zanna mempersilakan temannya itu untuk duduk di depannya.

"Lagi nungguin Nata?"

"Ya lo tau sendiri lah." Keanu terkekeh melihat wajah Zanna yang sudah penuh dengan amarah.

"Sorry nih ya, gue tadi gak sengaja nguping pembicaraan lo di telfon. Tadi lo telfonan sama Iren?"

Keanu terdiam ketika nama gadis yang sudah bersamanya hampir 3 tahun ini disebut oleh Zanna. Ia tidak langsung menjawab pertanyaan Zanna. Tangannya justru mengambil gelas kopinya dan menyesap beberapa kali. Zanna tahu jika temannya ini sedang membutuhkan waktu untuk berpikir dan berbicara. Bahkan jika Keanu tidak menjawabnya, Zanna bisa memahaminya.

"Iya," jawab Keanu singkat. Ada raut wajah kecewa di sana.

"Iren yang pacar loㅡ"

"Calon mantan." Keanu memotong perkataan Zanna. Gadis berkuncir kuda itu diam seketika dan memilih mengulum bibirnya.

"Sorry, Ken."

"Gak apa-apa, Zan. Sorry juga udah motong pertanyaan lo."

"Gue gak bisa lama-lama, Zan. Ada yang harus gue selesain sekarang." Keanu bergegas kembali menuju mejanya dan mengambil barang bawaannya.

Dear Mr. John | Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang