07. Awal Mula

40 11 0
                                    

3 tahun berlalu...

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah baik untuk murid baru ataupun murid kelas 2 dan 3 SMA. Dan tanpa terasa seorang Anindira Pratista sudah menginjak kelas 3 SMA.

"Kok adek kelas kita pada cakep-cakep semua ya. Huft, coba lihat angkatan kita, mana ada yang ganteng blas!" omel salah satu siswi dari antara genk mereka

Jev mencoba melihat murid-murid baru yang mulai berkeliaran—dia diam-diam mengupingnya—dan mengakui kalau angkatan terbaru ini kebanyakan tampan dan manis. Tapi baginya masih belum bisa mengalahkan ketampanan wujud manusianya. Hoho, kalau aku sih sudah mirip cowok korea

Setelah memuji ketampanannya, dia baru menyadari kalau Anin tidak ada disampingnya. Loh, mana Anin?

Jev menoleh kanan, kiri, depan, belakang. Saat melihat ke belakang ia mendapati Anin yang sedang membenarkan tali sepatunya dan memasang earphone. Setelahnya berjalan seperti biasanya. Terasa dingin

Saat Anin melewati Jev begitu saja, dia sudah bisa merasakan aura es batu—oke, ini berlebihan, tapi begitulah adanya. Saat gadis itu berlalu, dirinya bisa merasa bahwa gadis itu bukan bocah cengeng lagi seperti dulu. Bukan lagi bocah yang menutup kupingnya didalam kamar sendiri. Tapi sekarang dia seperti tidak tersentuh

"Wah.." Laki-laki itu jadi heran sendiri. "Bagaimana bisa dia melewati masa-masa SMA dengan sifatnya yang seperti itu?"

Selagi dia sedang berpikir, tiba-tiba ada celetuk dari salah satu murid laki-laki didekatnya, "Wah, dia cantik ya? Tipeku tuh."

Jev langsung menoleh sambil melotot. Siapa orang yang berani ngomong begitu ke gadisku!?

Rupanya didekatnya ada 2 siswa. Kelihatannya yang berkomentar tadi adalah siswa yang wajahnya biasa-biasa saja tapi manis, sedangkan yang diam tapi sangat memperhatikan Anin hingga anak itu hilang cukup tampan. Tidak, sangat tampan daripada temannya itu. Kelihatannya dia blasteran.

Ah iya, jika dipikir-pikir lagi, Anin bisa melewati masa SMA nya dengan baik karena gadis itu cantik. Apalagi sifat dingin sangat terkenal di kalangan remaja akibat novel sejenis begituan. Padahal gadis itu melalui keluarga yang suram, tapi kebanyakan murid disini menjadikannya the most wanted apalah itu

"Dia juga pintar, apalagi kekurangan anak itu? Ah, aku mendadak bangga menjadi Penjaga—" Sepertinya Jev melupakan sesuatu. "AH, KEMANA ANIN? Aku harus menyusulnya."

Karena Jev tidak tahu kelas baru Anin dimana, dia rela kembali ke papan pengumuman didepan sekolah dan mencari nama Anin. Setelah menemukannya, dia langsung menyusul gadis itu. Dan seperti dugaannya, saat dia tiba dia sudah mendapati Anin duduk anteng di meja tengah barisan kedua dari depan. Tempat favoritnya dari kelas 1 SMA, tidak terlalu depan tapi tidak terlalu belakang juga

"Sepertinya dia baik-baik saja seperti biasanya. Ya sudah, aku pergi dulu. Dah Anin." Meskipun tahu Anin tidak akan mendengarnya, Jev tetap melakukannya

Sekarang kemana dia akan pergi? Bukannya dia punya tugas abadi, yakni mengawasi Anin setiap saat?

Laki-laki itu berjalan menuju toilet dan mencari bilik kosong. Dia memadatkan dirinya dan muncul dengan jas rapi. Setelahnya dia pergi ke ruang kantornya, ruang guru.

"Selamat pagi semuanya," sapa Jev dengan senyuman manis dan kepalanya sedikit dimiringkan. Hal itu membuat guru-guru lain tidak bisa mengelak sapaan dan auranya.

Di mejanya sudah terdapat buku paket Bahasa Inggris kelas 12, laptop, beserta keperluan lainnya. Iya, dia menjadi guru Bahasa Inggris

"Ah, anak muda, bukannya kamu terlalu rapi dengan jas itu?" komentar guru Fisika kelas... Ntahlah, Jev lupa, toh tidak penting dia mengingat semua orang.

With My Way (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang