31. Sudah waktunya

13 4 0
                                    

[Sebelum Ending]

"Kak! Congrats ya akhirnya lulus juga." Artha mengucapkan dengan penuh ketulusan. Senyuman di wajahnya juga tidak luntur saat melihat Anin dengan balutan kebayanya dan make-up naturalnya. Anin membalasnya dengan pelukan singkat, ntah apa yang gadis itu pikirkan, tapi yang pasti sekarang Artha mematung.

Hari ini adalah hari kelulusan anak kelas 12. Hari dimana mereka melepaskan seragam abu-abunya secara resmi. Semua anak termasuk Anin terlihat bahagia. Rupanya Anin sudah mendapatkan ekspresi yang selama ini hilang, tidak ada ekspresi gugup atau kaku di wajahnya. Justru Jev yang menampilkan ekspresi itu.

"Mr? Mr kok gugup banget haha," canda Anin. Lihat, hanya dengan dua bulan sejak kejadian itu, Anin sibuk dengan persiapan ujian dan justru itu membuatnya mudah melupakan sejenak beberapa hal yang sebelumnya terjadi.

Begitu melihat Anin yang sudah berada di dekatnya, akhirnya sebuah lengkungan bibir juga ikut muncul di wajah Jev. Dia mengelus kepala Anin walau tampak getir. "Mr kenapa? Are you sick?"

"No, I'm not," jawabnya singkat. Meski begitu, Jev sedang mempersiapkan jiwanya untuk mengatakan perpisahan. "Keluargamu datang?"

Kepalanya terangguk dan kemudian disusul dengan tangannya yang menunjuk keberadaan keluarganya. "Di situ."

Tidak hanya 3 orang yang ditunjuk oleh Anin, tetapi ada 5 orang. Andre, Mila, Deva, satu perempuan dan seorang bocah yang pernah mereka temui di taman hiburan. Jev tebak kalau itu adalah keluarga baru papanya. Sepertinya Mila benar-benar memaafkan walaupun tidak berniat kembali bersama. Syukurlah, tidak ada drama lagi di antara keluarga itu. 

"Anin, acaranya sudah mau dimulai, kembalilah ke tempatmu." Anin menuruti perkataannya. Dia berbalik berjalan ke balik pintu untuk berbaris. Laki-laki itu sendiri juga menduduki tempat yang dikhususkan untuk para guru.

Acara berjalan seperti semestinya. Setelah ucapan dari beberapa orang berlalu, tiba sedikit penampilan, kemudian para wisudawan dipanggil satu per satu untuk kelulusannya disahkan. Kemudian setelahnya masih ada penampilan terakhir dari wisudawan itu sebagai murid SMA. 

Di tengah-tengah penampilan, Anin melangkah maju dengan percaya diri. Tangannya sudah berada di tangan kanannya. Begitu dirinya menghela nafas, dia mengangkat tangannya dan mulai mengucapkan kata-kata yang sudah diucapkan. "Firstly, I want to give for all people who is taking the time to come to this graduation. Selain itu, saya juga mau berterima kasih dengan para orangtua yang telah memenuhi beberapa hal hingga kami akhirnya lulus SMA. Saya tidak terbiasa ngomong banyak, jadi saya akan langsung menujukan rasa bersyukur kepada guru-guru yang telah mengajar. Baik dari kelas 10 hingga kelas 12. Berkat mereka, kami mengambil materi-materi yang tersampaikan dengan baik.

"Guru kami, orang tua kedua kami yang harus mengurusi banyak hal mengenai masalah kami, memastikan muridnya tetap di jalan yang benr, walaupun tetap ada yang bandel. Maafkan kami untuk itu." Senyuman bangga terus terpancar di wajahnya.

"Terlebih lagi, secara personal saya ingin banyak berterimakasih pada guru terganteng yang pernah kami miliki, Mr. Jev." Begitu tatapan Anin terjatuh pada Jev, semua orang ikut melirik Jev. Beberapa orang tua terpesona dengan wajah Jev, sedangkan murid dan beberapa guru cekikikan mencoba menahan tawa. Jev berdeham untuk mengusir kegugupan yang datang mendadak. Buat apa coba dia bawa namaku segala?

"Beliau adalah guru yang terbaik menurut saya dan beberapa orang. Terlebih lagi, dia yang mengulurkan bantuan ketika saya tidak memohon. Ketika saya tidak peduli, dia tetap bersikeras ingin membantu. Semua perkataannya lah yang saya coba turuti dengan harapan bahwa itu akan merubah kehidupan saya. Dan apa yang beliau katakan benar terjadi. Sesuatu yang indah sudah terjadi bagi saya, dan semua itu berkat bantuan beliau. Thank you Mr. Jev, I'm sorry if I'm ever mad at you."

With My Way (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang