"Besok bisa temanin saya ketemu teman?"
"Oke, Mr."
"Ini temennya Mr?" bisik Anin. Jev mengangguk. Wow. Anin rasa Jev bukan orang biasa saja. Ternyata relasi Jev memang lumayan. Teman yang ditemui lelaki itu sekarang adalah reporter yang sedang terkenal sekarang, Diana Swara.
"Halo, Din. Dia muridku," kenal Jev. Anin segera bersalaman dengan Diana. Aura Diana saat bersalaman menurut Anin lumayan terpancar.
"Anin."
"Diana."
Dari apa yang Anin ingat tentang perempuan itu adalah, dia mendadak terkenal karena pembawaannya saat menyampaikan berita ke presenter serta mewawancarai orang benar-benar terlihat profesional. Tentu saja selain itu Diana juga cantik. Itu penyebab utama perempuan tersebut mendadak booming.
"Mau pesan apa, Na?" tanya Jev dengan gentle.
Omong-omong jangan tanya kenapa Jev bisa berteman dengan orang yang sedang terkenal sekarang. Berkat kemampuan ajaibnya, dia membuat beberapa ingatan Diana berubah seakan-akan mereka memang sudah berteman dari dulu. Agak licik sih, tapi mau gimana lagi.
"Ice cappucino aja," jawab Diana.
"Kalau kamu?"
"Sama, Ice cappucino juga."
"Oke." Jev pergi menuju kasir untuk memesan minumannya. "Dua es Cappucino sama satu Americano."
Lelaki itu kembali dengan pesanannya dan mendapati Diana mengobrol kecil dengan Anin. "Minumannya sudah datang, nih."
"Makasih ya, Jev." Diana langsung menyeruput minumannya.
"Thanks.." ucap Anin. Tapi saking kecilnya suaranya, Jev nyaris tidak mendengar.
Lelaki itu mulai menyiapkan suara dengan meminum kopinya terlebih dahulu. Setelah meminum 3 tegukan sekaligus, barulah Jev berbicara. "Na, sudah geluti bidang jurnalis dari SMA, kan?"
Pertanyaan itu dibalas dengan anggukan kepala.
"Kelas 3 SMA kan pas itu? Aku inget banget kamu sama sekali gak tahu apa-apa tentang wawancara, terus tiba-tiba disuruh wawancara orang. Eh, ketagihan," pancing Jev. Bedasarkan dari informasi yang Jev dapat, Diana adalah tipe orang yang gampang terpancing. Sekali dipancing akan ngomong panjang kali lebar kali tinggi. "Kondisinya bakal sama kayak kamu nih, Nin."
Mata Diana mulai antusias. "Anin juga nih? Wah, nasib kita bakal sama, dong. Pokoknya semua tergantung kamu. Dulu aku nggak ada kepikiran jadi jurnalis sama sekali, tapi kelas 12 aku terpaksa jadi jurnalis kecil-kecilannya sekolah. Tapi aku nggak ada basic sama sekali dan pas itu lagi sibuk-sibuknya belajar."
Anin mulai tertarik dengan bahasan ini. Sepertinya dia bisa memetik beberapa pelajaran dari pengalaman sehabis ini. "Aku sempet mikir 'wah, aku bisa nggak ya?'. 'Keknya aku nggak bisa, nih.'. Tapii.. aku coba ubah pikiranku. Coba pikir positif dan coba mengatur ulang jadwalku. Jadi misalnya nih, habis pulang sekolah biasanya aku bakal lanjut belajar ujian, biasanya cuma sampai jam 7, sisanya aku coba melatih omonganku didepan cermin."
"Wawancara pertama mbak gimana? Masih ingat, nggak?"
Diana menarik memorinya sebentar. "Masih kok. Kalau dibandingin sama aku yang sekarang, pasti kalian bakal ketawa. Pertama kali objek wawancaraku itu guru. Pas itu aku keringat dingin sendiri, padahal aku sering ketemu sama guru itu. Eh, Jev, kamu inget nggak sih kejadian itu? Kalo nggak salah kamu nontonin behind the scene nya kok. Retake bolak balik kok itu."
Jev mengiyakan sambil menyesap Americano nya lagi. Sebenarnya dia tidak tahu apa yang Diana bicarakan. Dia hanya mengatur agar terdapat dirinya didalam ingatan manusia itu. Jev sendiri tidak peduli bagaimana kejadian yang terbentuk. Diana kembali bercerita dengan begitu cerewetnya. Tidak masalah, selama Anin terlihat tidak mengantuk mendengarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
With My Way (✓)
Novela Juvenil"Ada tugas baru buat kamu. Tolong jagakan perempuan ini di kehidupan akhirnya." --- Melchiah Aitan, atau Jev sebagai nama manusia adalah seorang Penjaga Manusia dan ditugaskan untuk menjaga Anindira Pratista dan memastikan agar perempuan itu bahagia...