"Ada tugas baru buat kamu. Tolong jagakan perempuan ini di kehidupan akhirnya."
---
Melchiah Aitan, atau Jev sebagai nama manusia adalah seorang Penjaga Manusia dan ditugaskan untuk menjaga Anindira Pratista dan memastikan agar perempuan itu bahagia...
Kalau Anin hanya bisa menyebutkan 1 kata untuk mendeskripsikan kehidupannya, maka kata itu adalah berantakan.
Dibalik prestasinya dan sifatnya yang lumayan tertutup, ada luka yang tidak ia ceritakan. Ada luka yang tidak terlihat, namun ada dan sesekali membuat perih. Dan ketika Anin kembali mengungkitnya, rasanya seperti melepas Hansaplast dari luka yang belum kering. Agak perih dan sedikit basah.
"Any feeling better?" tanya Jev setelah Anin menceritakan semua masa lalunya dan unek-unek hatinya. Setelahnya Anin menangis selama 5 menit lebih sebelum akhirnya mereda.
Sepertinya sesakit itu hatinya sejak penceraian orang tuanya.
Kini Anin bisa tersenyum mengiyakan pertanyaan Jev. "Thanks a lot, Mr."
Lelaki itu menepuk pundak Anin untuk kesekian kali. "Sekarang kalau kamu ada masalah, bisa cerita ke saya. Oke?"
Anggukan kepala Anin membuat Jev tersenyum lebar. Dia sudah mulai berhasil membuat Anin percaya kepadanya. Hal ini akan mempermudah rencana kedepannya.
Mereka berdua keluar sebentar dari mobil untuk berpindah ke kursi depan. Oh iya, Jev memutuskan untuk duduk di belakang karena baginya Anin akan lebih leluasa dalam cerita. Dan mungkin dia bisa meminjamkan pelukannya kalau dibutuhkan—nyatanya tidak, yang Jev bisa lakukan cuma menepuk pundak gadis itu.
Jev mulai menyalakan mesin mobilnya, sedangkan Anin memperhatikan layarnya yang menunjukkan sebuah kontak sedang meneleponnya. Mama.
Saat Anin mengangkat, suara kekhawatiran langsung menyerbu. "Nin, kamu di mana?"
"Tadinya di taman bermain, ma."
"Kamu.. ketemu papa, ya?" tanya mama akhirnya.
Lho, kok tahu? "Siapa yang kasih tahu mama?"
"Papamu sendiri.." suaranya menelan tidak meyakinkan. Rupanya mereka masih punya kontak satu sama lain. "Katanya kamu sama cowok. Emangnya siapa itu, Nin?"
"Guruku."
"Lho, kok bisa?" Didengar dari suaranya, mamanya sedang terkejut dan bingung. "Gurumu ngapain emangnya?"
"Ngerayain ulang tahunku."
"Oh.."
See? Kelihatannya mengucapkan yang tahun agak berat bagi mamanya. Anin sengaja diam untuk memberi waktu bagi mamanya untuk bilang happy birthday, tapi tidak ada respon selain 'oh' itu.
"Ma, aku tutup dulu, ya." Hampir saja Anin memutuskan telepon mereka kalau tidak tertahan dengan kalimat Mila, mamanya. "Selamat ulang tahun ya, nak. Maafin mama masih sibuk sama pekerjaan mama."
"Mama sudah di rumah?" Anin tidak merespon ucapan itu sama sekali.
"Sudah.."
"Aku pulang ya, ma." Perkataan itu terdengar seperti meminta ijin untuk pulang, padahal dia sudah perjalanan pulang. Saat Mila mengatakan iya, barulah telepon mereka berakhir.
Keheningan sempat menyerbu untuk beberapa menit sebelum akhirnya Anin kembali angkat suara. "Mr, kapan ya rumahku terasa seperti rumah lagi?"
Jev hanya membalas dengan senyuman, ia tidak sempat untuk menoleh karena harus fokus dengan jalanan. "Segera, Nin." Saya janji.
Ini tidak lagi sekedar tugas yang harus Jev lakukan sebagai Penjaga Manusia, tapi ini janji Jev kepada Anin sebagai guru sekolahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.