25. Mungkinkah?

16 3 0
                                    

"Sekali lagi, pastikan para murid mengunduh aplikasi School's News. Tolong dukung aplikasi sekolah." Begitu kata speaker dari pusat sentral.

"Ya elah pak, kalau memori aku udah penuh gimana," keluh salah satu cowok.

"Kebanyakan install game sih!" sahut pacarnya.

Anak-anak mulai heboh dengan aplikasi terbaru sekolah, kata mereka sekolah ini ternyata canggih juga dan mereka bangga akan itu. Ada juga yang bilang sekolah males keluar uang untuk biaya cetak majalah, apalagi belum tentu murid-murid akan membeli majalahnya.

Anin hanya memperhatikan karena dia sudah mengunduh aplikasinya sebagai user beta. Kadang kalau sudah nggak tahu mau ngapain lagi, Anin iri dia tidak bisa mengajak ngobrol lainnya. Dia terlalu pendiam dan Anin menyesali sifat itu.

"Dan saya sekarang mau challenge kamu. Apa kamu bisa ngucapin tiga kata ajaib itu ke keluargamu? Termasuk papamu?"

Tunggu, kenapa dia jadi kepikiran itu sekarang?

"Huft.." Anin menghela nafas. Kira-kira aku bisa nggak ya?

Sudah seminggu lebih sejak percakapan itu dan Anin masih bimbang. Atmosfer di rumahnya sudah agak menghangat. Mamanya mulai meluangkan waktu sebisanya, tidak gila kerja seperti sebelumnya. Kakaknya masih suka keluar-keluar, katanya itu sudah jadi kebiasaannya. Seharusnya dia bisa saja mengatakan 3 kata itu ke mamanya duluan, tapi dia merasa harus mengatakan itu ke papanya.

Tapi kapan?:(

Drrtt!

Notif apalagi ini? Anin mendesah malas. Saat melihat kontak yang memberi pesan, mata Anin terbelalak.

Papa : sayang, papa minta maaf ya..
Papa : Papa nyesel kayak gitu ke kamu😓
Papa : Nanti papa jemput sepulang sekolah ini ya?

Tumben???

Untuk hal apa tiba-tiba papanya meminta maaf pada dirinya? Biasanya lelaki itu hanya menanyakan kabarnya kalau ingat. Itupun kalau dibalas Anin, papanya akan segera mengakhiri pembicaraan.

Dan sekarang tanpa sebab papanya meminta maaf?

Mungkin untuk sebagian orang, hal ini merupakan sesuatu yang biasa. Tapi untuk Anin jelas beda, jadi maaf saja kalau jadinya terkesan lebai.

"Nin? Kamu kenapa? Kok cosplay jadi patung haha," celetuk Eden. Anin langsung mengerjapkan matanya untuk kembali ke dunianya. Akhir-akhir ini sepertinya dirinya sangat gampang ketebak.

"Gapapa," jawab Anin dengan serius. Merasa tidak bisa diajak bercanda lebih, Eden hanya mengiyakan. "Oke.."

Setelah Eden berbalik badan, Anin kembali sibuk dengan pikirannya. Apakah ini waktunya untuk memaafkan dan meminta maaf? Toh papanya sudah meminta maaf duluan kan?

Kalau gitu, apa yang harus dia ketik sekarang?

[Aku juga minta maaf...]

Ayo teken send. Send. Send, perintah otaknya pada jarinya. Tapi kenapa nggak mau menekan sih? Mendadak jempolnya menjadi kaku.

Rasanya ada yang salah kalau dia mengirim itu. Duh, greget sendiri.

Ayo, Nin. Apalagi sih yang mau ditunggu? Sekarang waktunya maaf-maafan walau sekedar chat. Kamu pasti bisa.

Ibu jari Anin kembali bisa dikendalikan, dia nyaris menekan tombol itu.

Nyaris saja kalau papanya tidak menghapus chat itu.

Papa : Pesan ini telah dihapus
Papa : Pesan ini telah dihapus
Papa : Pesan ini telah dihapus

Loh??

With My Way (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang