21. Hurt

15 4 1
                                    

Hal yang paling menyenangkan adalah ketika seorang anak kecil mau bermain dengan kita. Setidaknya begitu menurut Anin. Melihat Ale yang tidak masalah untuk bermain bersamanya membuat kesenangan tersendiri.

Begini-begini dia suka anak kecil, lho.

Sesaat setelah berkenalan, seekor kucing datang ke mereka dengan tatapan yang tidak kalah melasnya seperti cara Ale menatapnya. "Meow."

Dan mereka berakhir asik bermain dengan kucing alih-alih menikmati wahana yang ada.

Jev sih sebagai orang yang mendatangkan kucing hanya menikmati pemandangan tersebut.

"Mama papa kamu mana?" tanya Anin dengan mata yang menatap lurus Ale dan tangannya yang tidak berhenti mengelus hewan imut itu.

Ale berhenti mengelus dan celingak-celinguk seakan baru menyadari kalau orang tuanya menghilang. "Nggak tahu.."

Gerak-gerik yang Ale tunjukkan tidak seperti anak kecil yang tersesat. Justru dia cenderung santai meskipun nada kalimatnya terdengar khawatir. Hal ini bikin Anin tidak tahu mau berkata apa. "Kamu nggak takut sendirian?"

Ale menggeleng, sedetik kemudian mengangguk. Tapi kembali menggeleng. Khas bocah labil. "Kan ada kakak disini.."

Satu kalimat itu berhasil membuat Anin diam. Kalimat itu terdengar tulus apa adanya. "Beneran? Kan kita baru kenal lima belas menit yang lalu."

Mata Ale mengunci matanya saat saling menatap. Setelah tatap-tatapan sekitar semenit, Ale menyudahi acara tatapan mata mereka dan kembali asik dengan kucing.

"Ale!" Suara perempuan tengah baya agak menggema dan terdengar dekat. Saat Anin menoleh ke sumber suara, ia memang mendapati seorang perempuan tengah baya, tapi di sampingnya ada lelaki yang mengikutinya.

Dan lelaki itu adalah papanya.

Ale yang juga menoleh langsung menghampiri mereka. Anak itu langsung terjatuh di pelukan mamanya, sedangkan sang papa terdiam menatap Anin.

"Nin.." panggil Andre.

"Siapa, Dre?" Perempuan itu ikut terlihat saat menyadari kehadiran Anin. Sedangkan Ale hanya menatap bingung kedua orang tuanya yang mendadak terdiam.

"Sudah berapa kali kubilang!? Aku tidak menghubungi wanita itu!"

"Memangnya teman kerjamu terlalu sedikit buat diajak makan siang? Kenapa harus sama 'sahabat' mu melulu?"

"KAMU SELINGKUH, KAN!? DASAR BAJING-"

Cukup. Semua bayang-bayang masa lalu yang pernah ia dengar dan lihat... Itu terlalu menyakitkan untuk diingat.

"Anin." Akhirnya perempuan di sebelah papanya angkat suara juga. "Kamu sendirian aja? Mau bareng kita nggak?"

Niatnya baik, tapi untuk saat ini tidak. "Nggak."

Tatapan Anin kembali berubah menjadi tatapan yang terlihat menyakitkan-setidaknya bagi Andre sebelum Anin memalingkan wajahnya. Anak itu benar-benar membuat hati lelaki itu hancur hanya dengan tatapan itu. Tatapan menghakimi dan selalu menghindar dari dirinya.

Jev jalan menghampiri Anin sambil membawa es krimnya. "Nin, mau pulang?"

Anin mengangguk dan menerima es krim yang Jev bawa. Sebelum benar-benar pergi, gadis itu memberanikan diri untuk melihat Andre sebentar.

"AKU NGGAK BAKAL SELINGKUH KALAU KAMU NGGAK BERULAH!"

Saat teriakan dari masa lalunya kembali terdengar, Anin berbalik dan langsung pergi dari tempat itu.

With My Way (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang