24. Challenge

19 4 0
                                    

"Gimana beritanya? Ini sudah hampir sebulan, lho. Bentar lagi aplikasi berita kita sudah siap diluncurkan," ingat Jev.

"Sudah aman, Mr. Berita-berita utama sudah dikumpulkan di tim editor. Berita kecil-kecilan juga sudah cukup," jawab Jose.

Jev mengangguk. "Sudah diperiksa semua, Fin, Ra?" tanyanya lagi ke tim editor.

"Hampir semuanya, sih. Kira-kira 3-4 berita lagi yang harus kita edit terus masukin ke draf aplikasinya."

Mendengar itu Jev bertepuk tangan dengan ekspresi puas. Ternyata semuanya berjalan dengan lancar tanpa perlu campur tangan dari Jev. "You have done well. Saya harap kerja kalian kayak gini terus ya. Ya sudah, saya keluar dulu untuk mengurus beberapa hal."

Semua anak mengangguk mengiyakan. "Oh, dan satu hal lagi sebelum benar-benar keluar, saya mau manggil Anin. Nin, bisa ikut saya?"

Ada apa lagi ini? Anin mulai memikirkan segala macam kemungkinannya. Apa mungkin tentang 3 kata itu?

Anin mengangguk semangat. Sepertinya tebakan terakhirnya benar dan itu membuatnya kembali bermanfaat. Ntah sejak kapan dia kembali merasa sesemangat ini. Anin hanya merasa bahwa Jev benar-benar bisa membantunya.

Kalau pakai kalimat melankolis, Jev itu seakan-akan adalah orang yang dikirim untuk membantu masalahnya. Mungkin orang yang akan membuatnya kembali tersenyum.

Sudah, Anin tahu itu lebay kok. Hal semacam itu tidak mungkin Anin akan ungkapkan langsung ke siapapun. "Kenapa, Mr?" tanya Anin setelah menjauh dari ruang klub.

"I just want to talk about those three magic words." Jev menjeda sebentar kalimatnya. "Tapi kamu masih ada kerjaan lagi habis  ini?"

Pertanyaan itu dibalas dengan gelengan kepala.

"Kalau gitu mau nongkrong di kafe nggak? Kalau disini terlalu... kaku." 

Oh, jadi ini tujuannya? Tahu begini sih dia langsung bawa tas dan laptopnya keluar, jadi tidak usah buang waktu begini. "Tunggu aku tiga menit, ya."

Dengan jalan cepatnya, Anin berhasil keluar masuk dari kelas selama 4 menit. "Ayo, Mr."

Mereka turun ke lantai 3 tempat ruang guru berada. Jev mengambil beberapa barangnya dan kembali turun bersama Anin.

Anin—lebih tepatnya mereka berdua sadar kalau mereka lagi menjadi objek pandangan murid-murid yang belum pulang.

"Psstt, akhir-akhir ini guru baru sama Anin mulu nggak, sih?" bisik siswi yang jaraknya sekitar 1 meter dari mereka. Tapi volume suara mereka cukup keras hingga Anin dan Jev bisa mendengar dengan jelas.

"Kalo di cerita Wattpad, biasanya mereka ada hubungan khusus tuh, wkwk."

Meh, imajinasi yang tidak mungkin terjadi, remeh Jev. Sebagai Penjaga Manusia yang sudah ada sejak zaman kejatuhan manusia, dia tidak pernah menemukan cerita semacam gitu. Kalau ada pun, itu hanyalah guru cabul.

Apalagi murid yang diam-diam sudah menikah dengan gurunya. Tidak mungkin!!

Untungnya Anin masih bisa menahan ekspresi judesnya. Dia tidak terlihat judes meskipun sebenarnya Anin pengen cepat-cepat sampai di mobil Jev.

"Aneh ya mereka?"

"Ih! Liat tuh! Anin ke mobil Mr. Jev, lho! Wah, beneran nih kayaknya ada something."

Something gundulmu! Gertak Jev yang hanya bisa tersimpan di batin saja.

Saat masuk ke mobil, Jev langsung menyalakan mesin dan keluar dari area sekolah. Bahkan satpam yang melihat mobilnya juga memberi tatapan penasaran.

With My Way (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang