Sebenarnya arwah tersesat bukan urusan Jev, tapi melihat hal seperti itu dibiarkan berkeliaran tanpa diperhatikan tentu harus dilaporkan juga
Dengan cepat kakinya kembali turun dari bis, sedangkan supirnya sudah mulai mengomel. Beberapa orang dibelakang Jev juga ikut mengomel karena laki-laki itu kembali menyesaki tempat saat hendak keluar
Jev mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor telepon khusus.
*1*2*3*4*5*678910#
Sambil menguntit arwah tersesat itu, Jev terus menunggu suara deringan berganti dengan suara yang dia inginkan. Di dering ke 34, akhirnya ada yang menjawab. "Siapa ini?"
"Jev," jawabnya singkat. Saking konsentrasinya dengan arwah penasaran, dia lupa bahwa dunianya tidak mengetahui nama manusianya sama sekali. Halo itu membuat penjawab kebingungan. "Maaf, saya tidak kenal Jev. Sepertinya anda salah sambung."
Menyadari dia salah sebut nama, Jev langsung menggantinya. "Aduh, maksudku, aku Melchiah Aitan. Aku mau melaporkan adanya arwah tersesat di dekatku. Tolong kirimkan malaikat maut siapapun itu."
Tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai lokasi, orang yang dihubungi sudah menjawab terlebih dahulu, "Baik, kami akan segera kesana."
Biasanya mereka akan melacak keberadaan penelepon sehingga tempat yang detilnya tidak perlu diberitahu. Dan cukup 5 detik, sudah ada malaikat maut disamping Jev dan ikut berjalan kemana kaki Jev melangkah. "Dimana arwahnya?"
Jari telunjuk Jev terarah pada arwah yang kira-kira 27 kaki didepannya.
Setelah menunjuk, Jev menoleh untuk melihat siapa malaikat yang serba baju abu-abu ini. Niatnya dia mau sok keren karena dia menemukan arwah tersebut. Tapi bukannya sok keren, Jev malah kaget. "Loh, kok kamu!?"
Ternyata yang menjadi malaikat mautnya adalah Joachim, rekan satu kerjanya sebagai Penjaga Manusia. Sambil berjalan cepat, Jev menepuk temannya. "Wah, kenapa kamu sok-sok an jadi malaikat maut gini."
Agak tersinggung, Joachim langsung menoleh. "Aku ini bukan sok-sok an, Bambang. Aku sudah dipromosi minggu lalu jadi malaikat maut. Iri ya? Makanya jangan betah jagain orang terus dong."
"Astaga, buat apa aku iri denganmu? Lagian nama manusiaku Jev, bukan Bambang," koreksinya
"Aku tahu nama manusiamu, tapi kan orang di negara ini kebiasaan memanggil nama Bambang kepada siapapun. Harusnya kamu tahu, kan?"
Tentu saja Jev tahu dengan salah satu kebiasaan aneh itu. Oh iya, dunianya memiliki sistem kerja seperti bumi. Jika seseorang sudah melakukan tugasnya dengan baik + mendapat banyak keuntungan berdasarkan pekerjaannya, biasanya orang tersebut akan dipromosikan. Tapi orang itu bisa menolak seperti dirinya
Bukannya sudah terlalu nyaman menjadi Penjaga Manusia yang bisa dibilang pekerjaan yang membosankan dan lumayan menyusahkan. Menjaga manusia dan membahagiakannya? Apa yang menarik dari itu? Tapi bagi Jev, setidaknya itu lebih baik dibanding Penjaga Pintu.
Lagipula, dia bisa mempelajari makna kehidupan dari semua klien yang dia layani. Itu yang membuatnya tidak bisa merelakan pekerjaannya demi menjadi Malaikat Maut yang 'katanya' lebih keren dari pekerjaannya yang sekarang. Padahal kerjaannya hanya menjemput arwah dan menangkap arwah tersesat atau bandel dengan cara-cara yang tidak bisa Jev pahami.
Dalam sekejap Joachim hilang dan sudah berada di hadapan arwah tersesat itu. Baiklah, sepertinya Jev tidak harus mencampurinya lagi. Dia kembali ke terminal bis dan menunggu bis selanjutnya datang
Karena perkiraan bis datang seharusnya masih lama, jadi Jev benar-benar gabut. Noleh kanan kiri tidak ada sesuatu yang menarik. Main ponsel juga tidak ada yang menarik, kecuali melihat kamera belakangnya yang mirip minuman yang sedang terkenal sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/209015697-288-k605381.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
With My Way (✓)
Fiksi Remaja"Ada tugas baru buat kamu. Tolong jagakan perempuan ini di kehidupan akhirnya." --- Melchiah Aitan, atau Jev sebagai nama manusia adalah seorang Penjaga Manusia dan ditugaskan untuk menjaga Anindira Pratista dan memastikan agar perempuan itu bahagia...