Rambut cokelat sepanjang punggung itu beterbangan tertiup angin seiring langkah kaki, pakaian resmi yang rapi membungkus tubuh dan sepatu heels rendah berwarna hitam menambah kesempurnaan dalam penampilannya hari ini.
"Iya Queen aku ada wawancara hari ini" Ia menjepit ponsel di antara pundak dan telinga, kedua tangan ia sibukkan membuka amplop cokelat memeriksa kelengkapan data lamaran kerja.
"Kamu mendapatkan pekerjaan hanya dalam waktu sesingkat ini? Sepertinya sudah ada rencana terselubung di balik pengunduran diri waktu itu"
Diana terkekeh pelan "Sudah hampir satu tahun aku menganggur Queen, lagipula aku baru akan melakukan wawancara, belum mulai bekerja"
"Hm, baiklah. Aku mengharapkan yang terbaik untukmu, Na"
"Terima kasih, Queen"
Sambungan panggilan diputuskan Queen setelah mengucapkan selamat tinggal, Diana meluruskan kepala melepaskan ponsel dari jepitan telinga dan pundak, tangan kanannya tangkas menangkap ponsel yang meluncur bebas melewati rambut cokelat panjang nan halus.
Ia meneruskan langkah kaki menuju bangunan tinggi dimana janji temu berada. Dari kejauhan matanya menangkap seorang lelaki yang berpakaian kasual melangkah terburu - buru di seberang jalan sambil berbicara dengan seseorang di telepon, walaupun tidak terdengar isi percakapan mereka namun bisa di lihat bahwa ia sedang marah terhadap lawan bicaranya.
He is cute.
Mengangkat bahu tidak acuh, Diana berdiri di Zebra Cross menanti lampu berganti warna agar bisa menyeberang. Lelaki berpakaian kasual itu berbelok ke bangunan yang sama dengan yang ingin dituju Diana. Entah apa yang merasuki Diana, mata cokelatnya terus menatap punggung lelaki itu hingga menghilang di sebalik pepohonan yang berjejeran rapi di sepanjang trotoar.
Ia mengakui bahwa lelaki yang ia perhatikan tadi memiliki wajah tampan dan sorot mata tajam. Profesi yang cocok untuk dia adalah pemimpin, Diana menggelengkan kepala menghilangkan imajinasi aneh tentang sosok itu, ia fokus kembali ke dunia nyata menghadapi wawancara yang akan ia jalani sebentar lagi.
Lampu penyeberangan telah berubah warna menjadi hijau, Diana berjalan di atas aspal bergaris putih bersama dengan pengguna jalan lainnya, melangkah ke gedung tinggi yang ia tuju dan menghilang di sebalik pintu otomatis.
***
"Kenapa kami harus menerima anda untuk bekerja di perusahaan ini?"
Perempuan berambut hitam dengan potongan bob itu menatap mata Diana sembari menunggu jawabannya. Dia yang mewawancarai Diana sedari lima belas menit yang lalu, perempuan itu bernama Jessica dari perkenalan Diana tadi.
Diana tersenyum menampakkan gigi rapinya "Karena saya mempunyai pengalaman di posisi yang sedang di butuhkan perusahaan ini"
Jessica menganggukkan kepala "Jika posisi yang anda inginkan tidak ada, apakah anda bersedia di tempatkan di posisi lain?"
Diana berpikir sejenak sebelum menjawab "Tujuan saya melamar pekerjaan di sini hanya ada satu yaitu menjadi pelatih, jadi saya minta maaf sebelumnya. Saya tidak bisa menjanjikan kepastian untuk hal ini"
Jessica menunduk membaca sekilas data diri Diana "Anda pernah menjadi pengawal dan menjalankan pelayanan sudah enam tahun lamanya. Kemudian menjadi sekretaris" perempuan itu menaikkan alis mata kemudian mengangkat wajah menatap Diana "Bisa anda jelaskan kenapa kedua karir ini bertolak belakang?"
Diana masih tersenyum, walau sudah tidak selebar sebelumnya "Saya ingin menguji diri saya sendiri apakah mampu melakukan hal yang berbeda"
Jessica terlihat memikirkan sesuatu "Jika begitu bukankah tidak ada masalah bila kami memposisikan anda di tempat yang berbeda dari yang diinginkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Between Us (End)
RomanceSpin off dari cerita Dengarkan Suaraku. Diana Aikawa, kembali ke Los Angeles setelah satu tahun menghabiskan waktu bersama keluarganya di Jepang. Ia melamar pekerjaan di World Shelter sebagai pelatih, yang dimana mempertemukannya dengan Michael Walt...