Twenty One : Confession

21 1 0
                                    

Jantung Diana berdebar keras menyadari posisi mereka berdua yang cukup intim, namun tidak dapat dipungkiri dia menikmati apa yang di lihatnya. Manik cokelat Michael yang menggelap beradu dengan manik cokelat miliknya. Janggut yang tercukur rapi di sekitar rahang yang tajam, bibir yang seksi terangkat ke atas membentuk senyuman maut hanya untuknya.

Gigi putih dan berjejer rapi membuat Diana ingin menenggelamkan lidah di sana merasakan ketajaman di setiap gigitan mesranya. Dan jujur saja Diana baru menyadari betapa kokoh tubuh yang ia peluk, otot dan urat di lengan Michael mampu membuat Diana merasa aman hanya dengan mendekapnya.

Belum lagi otot perut Michael yang terbentuk sempurna, Diana ingin sekali menyentuh setiap kotak, mengecup dan menjilat kulit yang terlihat nikmat di manik matanya.

Menyadari khayalannya sendiri sudah terlalu berlebihan, Diana mengalihkan tatapan dari Michael dan menjauhkan tubuhnya dari belitan lengan Michael yang erat di pinggangnya.

Namun Michael mengeratkan dekapannya sehingga Diana kembali terduduk di pangkuan Michael saat ingin melepaskan pelukan intim mereka.

Ceruk leher Diana terasa hangat saat hembusan napas Michael menggelitik kulit lehernya. Benar, perasaan ini yang Diana dambakan, bahkan tanpa ragu Diana akan memberikan lebih lagi dari hanya sekadar pelukan hangat.

"Biarkan seperti ini sebentar" suara Michael terdengar kecil namun seksi. Napasnya membuat Diana tidak mampu merangkai kata selain anggukan.

"Aku menyukai wangi tubuhmu, hangat dekapanmu dan segala yang ada pada dirimu, Nana" Michael mendekap Diana lebih erat dan wajahnya tenggelam dalam ceruk leher Diana.

Kedua tangan Diana melingkar di leher Michael, ia mengistirahatkan dagu di pelipis Michael. Jantungnya berdebar tidak karuan, namun ia tersenyum saat menyadari ternyata jantung Michael juga berdetak keras di sana.

Mungkin ini adalah waktu terbaik untuk menyatakan perasaannya yang baru ia sadari dari hasil berobat kepada Queen. Dan ia telah berhutang atas penantian Michael.

Diana berdehem, ia menyiapkan hati untuk pernyataannya, setelah di rasa yakin ia mengambil napas "Saya juga menyukaimu" Diana berbisik kecil, setelah itu ia mengeratkan pelukannya.

Sedangkan Michael, ia mematung saat mendengar bisikan halus itu. Kepalanya tidak lagi bertengger di leher Diana "Katakan sekali lagi", Michael menahan kedua pundak Diana memberi jarak di antara mereka.

Diana menggeleng, ia sendiri merasakan wajahnya menghangat dan jantungnya berdebar semakin kencang. Ia masuk ke ceruk leher Michael menyembunyikan rona merah di pipinya.

"Nana, katakan lagi. Aku ingin memastikan apakah telingaku benar - benar tidak bermasalah tadi" Michael mendorong sedikit tubuh Diana sehingga kembali menciptakan jarak di antara mereka.

Diana menunduk menghindari tatapan Michael, namun rona merah muda di pipinya sudah terlihat jelas di mata Michael.

Sungguh, perasaan Michael saat ini adalah ingin menerjang Diana agar berada di bawah kungkungan tubuhnya dan mencium wajah itu sepuasnya. Namun ia masih menahan gejolak itu, ia benar - benar berharap tidak salah mendengar ucapan Diana tadi. Apalagi masalah dua hari lalu begitu menyakiti Diana, ia tidak berani berharap Diana menyatakan perasaan secepat ini. Ia tidak ingin merayakan terlalu cepat, bagaimana jika tadi ia benar - benar salah dengar.

Michael menangkup kedua pipi Diana agar membalas tatapan matanya "Nana" detik - detik ini terasa berjalan lambat dan menegangkan bagi Michael, Diana membalas tatapan Michael yang menuntut jawaban. Ia menggeser letak tangannya ke dada kiri Michael. Debaran itu tidak kalah heboh dengan debar jantungnya.

Diana melirik ke posisi tangannya yang berada di dada kiri Michael kemudian kembali menatap Michael, ia menelan ludah kasar.

"Saya menyukaimu" bisik Diana lirih.

Love Between Us (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang