Twelve : Move

26 2 0
                                    

Diana berdiri sambil mengelus kepala Alaska di pelukannya. Sudah satu minggu berlalu sejak kedatangan Michael ke apartemennya, dimana Michael menyatakan rasa suka kepada Diana dan meminta Diana untuk pindah ke apartemennya hari itu juga.

Diana mati - matian menolak saat itu dan berdalih sedang tidak enak badan yang pada kenyataannya dia memang sedang demam. Michael pun setuju untuk menunda keinginannya.

Tetapi, hari ini Michael telah menyewa jasa pindah rumah ke apartemen Diana untuk memulai pindahannya. Hanya dalam kurun waktu satu minggu, bayangkan. Well, Diana juga sudah tahu akan hari ini, makanya dia hanya bisa memandang mereka bekerja tanpa suara.

Sebagian barang Diana telah selesai di pindahkan, barang pribadi Diana sudah di bawa pergi duluan oleh Michael kemarin malam, hari ini adalah hari terakhir dia menginjakkan kaki di apartemen yang sudah menemaninya lima bulan ini.

Kendall melangkah mendekati Diana dengan senyuman yang menyebalkan menurut Diana.

"Ekhem, kakak ipar"

Diana mendelik, Kendall terkekeh dan mengangkat kedua tangan setinggi bahu "Maaf, terlalu cepat seharusnya calon kakak ipar"

Diana memutar bola matanya bosan "Dimana Michael?"

"Ternyata sudah tidak sabar untuk satu rumah" Kendall terkekeh kecil mengejek Diana.

Diana menghembus napas lelah menghadapi Kendall "Iya, aku sudah sungguh sangat tidak sabar untuk satu rumah dengan Michael"

Tiba - tiba sepasang tangan melingkar di perut Diana dari belakang, membuat Diana sedikit berjengit kaget.

"Aku juga sudah tidak sabar, Diana" suara rendah Michael berbisik di telinga Diana namun masih bisa di dengar oleh Kendall, Michael kemudian mengecup pipi Diana dan berpindah berdiri ke samping dengan tangan masih melingkari pinggang Diana.

Diana merasakan wajahnya menghangat, ia yakin pipinya sudah seperti kepiting rebus.

"Wah, ada yang tersipu seperti pantat Babun"

Diana memukul lengan Kendall dengan keras, siapa yang tidak kesal wajahnya di samakan dengan pantat Babun.

Michael bukannya membela malah ikut tertawa dengan Kendall. Alaska yang merasa terganggu langsung melompat turun dari pelukan Diana.

Diana memasang wajah cemberut sambil bersedekap.

"Sudah, jangan cemberut. Kenyataannya memang seperti itu bukan" Kendall kembali tertawa, Diana mencebik dan melepaskan diri dari rangkulan Michael meninggalkan mereka berdua di tempat ia berdiri tadi.

Michael memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"Kamu tidak mengejarnya, bro?" Kendall menepuk bahu Michael dan menunjuk ke Diana dengan dagunya.

Michael menggeleng "Dia bukan wanita yang berpikiran pendek, dia tidak membutuhkan aku untuk membujuknya dalam hal kecil seperti ini"

"Aku masih tidak menyangka kamu akan menyatakan cinta secepat ini"

Michael berdehem "Aku penasaran dengan dia. Aku menyukai dia yang bisa begitu tenang menghadapi segala situasi"

Kendall mengangguk menyetujui "Mungkin dia pernah menemui hal yang jauh lebih menegangkan daripada yang pernah kita lalui"

"Entah lah" Michael menerawang, "Aku akan mencari tahu tentang dirinya lebih dalam lagi"

"Wah, kata - katamu tabu, bro. Apa maksudmu lebih dalam" Kendall menaik - naikkan alis mata menggoda Michael.

Love Between Us (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang