Setelah kemarin menghabiskan waktu di dalam ruangan sekretaris, Diana kembali menemui Jessica mendiskusikan kembali posisi kerja yang dia inginkan dari awal pertama melamar di perusahaan World Shelter, namun hasilnya nihil.
Diana tidak mendapatkan pekerjaan sesuai posisi yang di inginkan, atau lebih tepatnya Jessica tidak ingin menanggapi segala pertanyaan Diana. Namun satu yang mampu ia tangkap, sekretaris itu mengundurkan diri secara mendadak karena di pecat langsung oleh pemilik perusahaan dan sekarang mereka benar -benar membutuhkan pengganti secepatnya.
Kenapa Diana yang terpilih? Hanya waktu yang bisa menjawab. Satu kesimpulan dari Diana, Tidak jelas.
Dan Diana pun menjabat posisi sekretaris dengan enggan. Kini ia berjalan santai setelah turun dari bus menuju penyeberangan jalan. Seakan mendapatkan de javu, Diana kembali melihat sosok tampan yang sedang menelepon dalam keadaan penuh emosi berjalan lebar ke arahnya.
Tetapi kali ini, mungkin karena saking emosinya, sosok itu tidak melihat kanan kiri lagi kakinya terus melangkah maju, tangannya masih sibuk menggenggam telepon di telinga. Ia tidak menyadari ada sebuah mobil berwarna hitam melaju dengan kecepatan tinggi.
Diana yang melihat hal itu bergerak tidak kalah cepat menarik tubuh lelaki itu dengan refleks yang sudah terasah bertahun - tahun. Kejadian itu berlangsung sekedip mata, mobil hitam itu sempat memperlambat kecepatannya namun dengan segera menancap pedal gas kembali dalam sepersekian detik.
Dan sekarang, di pembatas jalan untuk pejalan kaki, Diana terlentang dengan tubuh lelaki itu berada di atasnya. Tubuh lelaki yang cukup tinggi dan berotot di tambah postur tegap membuat Diana harus menggunakan seluruh berat tubuh untuk menarik lelaki itu.
Para pejalan kaki mengelilingi keduanya, sebagian memastikan keadaan mereka dan sebagian besar mengacungkan ponsel masing - masing, entah untuk mengambil foto atau video Diana tidak tahu lagi.
"JANGAN MENGAMBIL FOTO SEMBARANGAN" Sosok lelaki itu berteriak dengan keras sambil bangun dari tubuh Diana. Beberapa pengguna jalan lari terbirit - birit mendengar suara menggelegar itu, sebagian menyimpan ponsel dan sebagian lagi menggerutu tidak jelas mungkin menyumpah serapahi lelaki itu.
Dan Diana segera bangun dari terlentangnya dan memilih duduk di tempat yang sama setelah lelaki itu bangun, kepalanya terasa sedikit pusing.
"Nona, anda baik - baik saja?" lelaki itu berjongkok di depan Diana sambil melihat Diana yang memegangi kepala.
Diana menggeleng mendengar pertanyaan itu, tentu saja dia tidak baik, kepalanya pusing dan dia masih harus bekerja, sedangkan pakaian kerja miliknya telah robek di bagian rok dan blazer.
***
Diana duduk di sofa sendirian sambil memperhatikan sekeliling ruangan, ia di tinggal sendirian setelah di papah masuk ke kantor tempatnya bekerja. Yang artinya lelaki tampan itu juga bekerja di gedung ini.
Ia tidak tahu pasti ruangan ini di gunakan untuk apa, karena hanya berisikan sofa dan meja kecil, Diana mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar ruangan ini adalah ruang tunggu.
Ia tidak bisa kemana - mana karena sebelum lelaki itu meninggalkan Diana sendirian di ruangan ini, dia telah bertitah agar Diana duduk diam dan menunggunya di sini.
Sudah sepuluh menit berlalu, Diana merasakan kebosanan yang teramat sangat. Ponsel yang seharusnya bisa menemani waktu kosong pun telah mati kehabisan baterai, ia lupa mengecas ponselnya semalam. Sungguh sial sekali, baru beberapa hari yang lalu ia merasa beruntung, kini kesialan menghantamnya bertubi - tubi.
"Maaf menunggu lama" Diana menoleh ke arah suara, melihat lelaki tampan itu melangkah masuk menenteng sebuah kotak kecil putih yang mempunyai sebuah bentuk 'plus' warna merah. Diana tersenyum tipis dan tetap duduk diam seperti yang di titah lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Between Us (End)
RomanceSpin off dari cerita Dengarkan Suaraku. Diana Aikawa, kembali ke Los Angeles setelah satu tahun menghabiskan waktu bersama keluarganya di Jepang. Ia melamar pekerjaan di World Shelter sebagai pelatih, yang dimana mempertemukannya dengan Michael Walt...