Warning! This chapter contain mature theme and scene. Under 18 hush hush now!!!
Michael berjalan menuju ruangan pribadinya sambil menenteng kantong kertas berwarna cokelat berisi roti Matcha untuk Diana, ia mengernyitkan dahi melihat Kendall berdiri membelakangi pintu ruangannya sambil sesekali menoleh ke belakang dengan wajah cemas.
"Sedang apa kamu berdiri di sini?" Michael berdiri di depan Kendall melihat ke arah pintu dan kemudian kembali menatap Kendall
"Bukannya kamu bilang akan kembali mengurus bisnis hotel?"Kendall bergeming, antara ingin menjelaskan kronologi yang sebenarnya atau tidak. Ia sedang memikirkan bagaimana cara mengatakan kepada Michael tentang Diana yang sedang berendam di dalam bak mandi berisi es batu, walaupun mungkin di saat ini es itu pasti sudah mencair dan bagaimana hal ini terjadi tentu saja dia yakin Hillary adalah pelakunya, bahkan anak umur lima tahun yang setiap hari menyaksikan sikap Hillary terhadap Diana juga bisa menebaknya.
"Minggir" tidak ingin menunggu Kendall yang tidak kunjung berbicara, Michael mendorong tubuh Kendall ke samping membuka jalan agar ia bisa masuk ke ruangannya.
"Diana meminjam bak mandimu untuk berendam karena di pengaruhi obat perangsang" Kendall berujar cepat mengikuti langkah Michael masuk ke dalam ruangannya.
Michael berhenti melangkah, ia melempar bungkusan yang dia bawa ke atas meja kaca dan memutar tubuhnya menghadap Kendall "Apa?"
"Diana berendam di dalam air dingin untuk menghilangkan pengaruh obat perangsang" ucap Kendall sembari menghembus napas berat.
Berbagai pertanyaan muncul di kepala Michael, namun ia memilih melangkah menuju kamar mandi dan membuka pintunya dengan Kendall mengekor di belakang.
Michael melihat sekeliling dan berakhir di bak mandi yang lantainya basah, mata mereka tidak menangkap ada siapa - siapa di sana. Michael melangkah mendekat dan melongok ke dalam melihat isi bak mandi.
Sontak mereka berdua melebarkan kedua matanya dan berteriak bersamaan "DIANA"
Michael menarik tubuh Diana untuk duduk dari dalam bak mandi, permukaan kulit Diana terasa begitu dingin di telapak tangannya. Michael mengusap rambut panjang Diana yang basah ke belakang dan mendapati bibir Diana memucat dan pipinya terlihat seakan tidak ada aliran darah.
Dada Diana naik turun dengan cepat seperti tidak ada oksigen lagi yang masuk ke dalam paru - parunya. Giginya menggeretak karena rasa dingin yang menusuk kulit, walau sudah sampai tahapan itu Diana masih merasa tubuhnya tetap mendambakan sentuhan hangat.
"Le...lepaskan hhah..." Diana menghentakkan cengkeraman tangan Michael di lengannya dengan lemah. Bahkan untuk berbicara saja pun dia sudah tidak mempunyai tenaga.
Michael menahan amarah melihat keadaan Diana yang diantara setengah hidup dan setengah mati. "Kendall keluar dari ruanganku dan kunci, jangan biarkan siapapun masuk ke sini hingga aku keluar" ucap Michael tanpa menoleh melihat Kendall, kedua matanya terkunci menatap Diana yang melemah.
Kendall mengangguk gugup dan keluar dari kamar mandi di iringi bunyi debaman pintu tidak lama kemudian.
Michael melepaskan cengkeraman pada lengan Diana, menopang tubuh Diana dengan sebelah tangannya dia segera mencabut sumpel bak mandi membuang semua air yang berada di dalam bak. Diana menggapai - gapai ingin menghentikan tindakan Michael, sia - sia.
Michael menyandarkan tubuh Diana ke sisi kanan bak mandi, ia melangkah keluar kemudian kembali dengan membawa handuk tebal di tangannya. Diana menyipitkan mata melihat Michael dengan napas berat dan tersengal - sengal. Michael menarik lepas kaos dan celana Diana yang basah, kini kain yang menempel di badan Diana hanyalah tersisa sport bra dan celana dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Between Us (End)
RomanceSpin off dari cerita Dengarkan Suaraku. Diana Aikawa, kembali ke Los Angeles setelah satu tahun menghabiskan waktu bersama keluarganya di Jepang. Ia melamar pekerjaan di World Shelter sebagai pelatih, yang dimana mempertemukannya dengan Michael Walt...