Thirty : Dilemma

16 2 0
                                    

Michael mendudukkan Hillary di ruang tunggu setelah keluar dari ruang Psikolog, adik perempuannya baru saja selesai menjalani proses relaksasi. Michael sangat berterimakasih saat dokter mengatakan Hillary tidak mengalami trauma berat hanya sedikit terkejut akan penculikan yang terjadi. Adik perempuannya hanya butuh ketenangan dan juga istirahat yang cukup mengingat ia mengaku mengalami insomnia selama terkurung.

Michael menunduk mensejajarkan mata dengan Hillary "Kamu tunggu di sini, Kakak pergi urus biaya administrasi sebentar ya?"

Hillary tersenyum tipis dan mengangguk. Michael menegakkan tubuh bibirnya terangkat sedikit melihat Hillary baik - baik saja. Ia menepuk kepala Hillary, kemudian pergi mengurus pembayaran dan pengambilan obat.

Sembari menunggu pengambilan obat, Michael mengetuk jemari ke meja pembatas setinggi dada dan menoleh melihat Hillary yang memperhatikannya. Michael tersenyum kecil kepada Hillary, kemudian mengalihkan kepala menyapu pandangan ke sekeliling ruangan. Michael tidak acuh dengan orang yang berlalu lalang di sekitar dengan kepentingan masing - masing. Tapi, ada sepasang manik ungu yang pernah Michael lihat menarik perhatiannya.

Langkah pemilik manik ungu itu terhenti tepat di depan Michael, senyum sopan merekah di bibir perempuan itu tanda dia juga mengingat Michael "Hai, Michael. Kamu masih ingat dengan saya bukan?"

Michael membalas dengan anggukan kepala, ia memperhatikan Queen yang menggendong seorang bayi yang masih kecil dan di sampingnya berdiri seorang lelaki yang pernah ia temui.

Seketika otak Michael teringat akan Diana, apakah wanita itu menemui Queen setelah pergi dari apartemennya? Meski Diana telah menyakiti hatinya, serpihan kecil di dalam Michael penasaran akan keadaan Diana.

"Bagaimana kabar Diana?"

Pertanyaan Queen menjawab keingintahuan Michael secara tidak langsung. Berarti Diana tidak mencari Queen atau kakak laki - laki Queen, "Kami sudah berakhir" jawab Michael di sela kesibukan otaknya.

Diana mengernyitkan dahi tampak berpikir "Kamu tidak bisa menunggu balasan perasaannya?"

Michael menggeleng "Diana yang memutuskan hubungan dengan saya"

Queen tampak tidak percaya dengan jawaban Michael, namun Queen sadar ia tidak bisa mencampuri urusan kedua orang itu "Oh begitu, mungkin bukan jodohmu" senyum kecil menghiasi bibir Queen "Tapi aneh, saya tidak mendengar kabar dari Diana?"

Michael tidak bisa menjawab pertanyaan Queen, karena mereka berdua tidak berakhir dengan baik - baik. Ada amarah dan pengkhianatan pada saat itu.

"Saya coba hubungi Diana" Queen menyerahkan bayinya kepada lelaki yang berdiri di sampingnya "Eh, maaf saya lupa mengenalkan kalian lagi. Dia adalah suami saya James Knight dan bayi kecil ini anak kami Jaqueline" Queen menunjuk kepada James dan anaknya.

Queen kemudian mengenalkan Michael kepada James yang mengulurkan tangan kanannya menjabat Michael, kemudian kembali menahan tubuh Jaqueline dalam dekapan hangatnya.

Michael ingin segera pergi setelah menyelesaikan administrasi, namun kedua kakinya seakan tertancap di tempat ia berdiri. Sebagian kecil dirinya ingin tahu kabar Diana. Beberapa hari ini ia di khawatirkan dengan Hillary sehingga tidak sempat mengurus masalah perasaannya sama sekali.

Queen menjauhkan ponsel dari telinga kemudian kembali mencoba menelepon Diana. Alis Queen beradu "Aneh, ponsel Diana tidak aktif"

Tiba - tiba Jaqueline menangis membuat Queen membatalkan niat menelepon Diana lagi. Queen segera mengambil Jaqueline dari pelukan suaminya, mereka berdua meninggalkan Michael yang menatap kepergian keluarga kecil mereka dengan masih berusaha menenangkan Jaqueline.

Love Between Us (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang