Fifteen : Feeling Something

20 1 0
                                    

"Ayah dan Ibu sudah meninggal sejak kami kecil, mereka terlibat kecelakaan beruntun saat pulang dari merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke sembilan belas" Michael memandang jauh, ekspresinya yang tidak terbaca membuat Diana khawatir, sepertinya dia memang sudah salah bertanya.

Diana melepaskan pegangan tangan mereka, ia berdiri melangkah mendekati Michael yang masih duduk, Diana menarik kepala Michael untuk bersandar di dadanya "Queen bilang, terkadang seseorang hanya butuh pelukan di saat dia sedang sedih" Diana menepuk - nepuk punggung Michael.

Michael benar - benar tidak menyangka Diana akan memeluknya, tetapi ia tidak keberatan sama sekali. Wangi tubuh Diana dan hangat dekapannya membuat Michael ingin berlama - lama di sana "Terima kasih"

Diana menjauhkan tubuhnya, ia menangkup kedua sisi rahang Michael yang tajam dan mengecup dahi Michael "Your lucky charm" ujar Diana.

Michael mendengus geli, wanita di depannya ini memang luar biasa, selalu mampu mengejutkannya dengan tindakan yang sama sekali tidak bisa ia prediksi.

Michael kembali menarik tubuh Diana dan menanamkan kepalanya di ceruk leher Diana sambil menghirup dalam wangi di leher, membuat Diana menggeliat geli dan menjauhkan tubuhnya sedikit namun sia - sia, Michael melingkari pinggangnya erat.

"Kamu wangi sekali" Michael bergumam pelan, ia memejamkan kedua mata menikmati momen ini. Dulu ia selalu benci jika di tanyakan masalah orang tuanya, tetapi Diana adalah pengecualian. Dia akan menjawab apapun yang ingin Diana ketahui.

Diana semula diam tidak tahu harus bagaimana, tetapi kini kedua tangannya ia angkat menyentuh punggung Michael yang lebar. Diana melingkarkan pelukannya semakin erat menghabiskan jarak antara mereka.

Senyuman kecil terbit di bibir Michael.

***

"Bagaimana kalau besok kita pergi piknik" Michael memberi saran.

"Piknik?" Tangan Diana sibuk membersihkan kertas yang sudah di tanda tangani, berserakan di atas meja Michael.

Michael mengangguk, ia membiarkan Diana sibuk sendiri "Iya, masih banyak yang harus aku ketahui tentang dirimu"

Diana mengedipkan mata sekali "Kamu boleh menanyakan kapan pun, Mike. Tidak perlu menyiapkan hari khusus untuk itu" Diana terkekeh.

Michael menggeleng "Aku ingin fokus saat mencari tahu tentangmu, Nana. Jika aku menanyakanmu seperti di saat ini, aku pasti akan menanyakan hal yang sama berkali - kali"

Diana mendengus geli, ia mengecek kembali kertas yang di tanda tangani Michael, melihat apakah ada yang terlewati.

"Besok hari sabtu, hari kamu istirahat. Bagaimana?" Michael masih mengejar Diana untuk rencananya.

"Oh baiklah, besok pagi kita pergi piknik" Diana menegakkan punggungnya setelah selesai mengecek "Saya permisi" Diana membungkuk sedikit kemudian pergi meninggalkan ruangan Michael.

Michael menggelengkan kepala, Diana benar - benar berbeda saat di kantor dan di rumah, walaupun yang ia rasakan kini Diana sudah mulai menghangat kepadanya.

"Sedang memikirkan apa hah" bentak seseorang mengetok keras meja Michael.

Michael berdecak tidak suka melihat Kendall yang menggodanya dengan menaik turunkan alis tebalnya.

"Mau apa kesini? Bagaimana perkembangan hotel?" Nada suara yang tidak bersahabat menjadi jawaban atas bentakan jahil Kendall.

Kendall menaikkan kedua bahunya dan duduk di kursi yang tersedia di depan meja Michael "Bisnis hotel berjalan lancar dan aku ke sini karena calon kakak ipar mempersilahkan aku langsung masuk, tada, di sinilah aku"

Love Between Us (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang