11. Surat dari angkasa

8.2K 953 61
                                    

Surat dari angkasa..

Untuk anak kepala desa,
Dari goresan tinta ini, izinkan aku mengirim kata maaf karena telah melukai hatimu beberapa waktu lalu.

Dari lubuk hati yang terdalam, jujur aku mengakui, paras nan ayumu membuat hati ini bergetar. Senyuman di bibirmu yang merekah bagai bunga, terasa damai hingga di hati ini.

Tetapi, diriku adalah pengembara. Semasa remaja, aku hidup berteman sepi. Ada keraguan di dalam diriku untuk memulai sebuah hubungan. Takut, jika aku menyakitimu, walau sudah kulakukan. Takut, jika aku tak mampu jadi seperti bayanganmu.

Kamu bagaikan bunga wijaya kusuma, yang begitu mekar di malamku yang gelap. Tetapi, aku tak berani menunjukkan sinarku padamu. Karena ku tahu, dirimu yang akan layu karena perbuatanku.

Sekali lagi, dari dasar hati yang terdalam, kiranya kamu memaafkanku.

......

Mayang mengusap wajahnya setelah membaca surat pertama yang angkasa kirim untuknya. Dadanya yang bergemuruh cepat, mendadak sesak membaca kata demi kata surat itu.

"Iki maksudnya aku di tolak lagi toh?" Gumam mayang menekuk wajahnya dengan heran.

Walau dalam suratnya angkasa memuji diri Mayang, tetapi Mayang dapat menyimpulkan bahwa itu bukanlah surat cinta. Tetapi penjelasan dari Angkasa mengenai penolakannya. Dan.. jawaban Angkasa tetap sama. Bahwa dirinya menolak perasaan Mayang.

"Untuk apa kirim-kirim surat kalau isinya cuma begini. Bikin dadaku nyesek aja. Aku udah berharap lagi," omel Mayang dengan lemah.

......

Untuk anak kepala desa,
Tak ada balasan surat darimu. Apakah kamu sangat marah hingga tak ingin mengatakan sepatah katapun?

Ini mungkin akan jadi surat terakhirku. Angin berhembus dan aku harus memutar arah kakiku. Saat surat ini sampai di tanganmu, aku sudah pergi menjauh. Berkelana ke negeri orang, karena amanah yang sudah di taruh di atas bahuku.

Beginilah hidup seorang abdi. Berkelana jauh tak mengenal tepi. Bagaimana lagi dengan abdi sepertiku, berkelana pun, tak ada yang merindu. Pergi pun, tak punya rumah untuk pulang.

Mungkin, karmaku sebentar lagi akan ku rasa. Seperti katamu, aku akan mengeriput, pensiun, lalu kesepian hingga menua.

......

Kali ini, air mata Mayang jatuh membaca kata-kata Angkasa. Karena surat ini, Angkasa tulis sesaat sebelum ia di pindah tugaskan.

Kata-kata Angkasa pun begitu menusuk hatinya. Mayang tak berniat mengucapkan sumpah serapah seperti itu dulu pada Angkasa. Ia hanya kalah malu karena angkasa sudah menolaknya. Karena itu, ia berucap sembarang.

Mayang tak sangka, Jika Angkasa begitu mendengar umpatannya. Mayang tak sangka, jika kata-kata sampahnya, telah melukai hati Angkasa.

"Maafin, aku Komandan," ucap Mayang dengan lirih. Ia menyesal telah menjadi egois kala itu.

Mayang menghelakan napasnya melihat 3 amplop yang belum terbuka. "Iki katanya surat terakhir, tapi kok masih ada 3?" Gumam Mayang heran.

"Ah, iki yang di Kirim dari manado toh." Gumam Mayang dan kembali membuka surat lain.

......

Untuk anak kepala desa,
Berada di negeri orang, menjadi asing di sekeliling, itu bukanlah hal yang menyedihkan. Tetapi yang menyedihkan, ketika aku menghubungi tempat tinggalku sebelumnya, dan tak ku temukan balasan surat darimu.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang