16. Berpisah

8.7K 802 13
                                    

Mayang melirik Angkasa yang berjalan di sebelahnya. Wajah Mayang terlihat begitu sendu. Dan berulang kali ia menghelakan napas dalam. Dimana saat ini, ia dan Angkasa sedang berjalan memasuki bandara, untuk mengantar kekasih hatinya itu.

"Manado jauh, ndak?" Tanya Mayang yang menggenggam erat tangan Angkasa.

Angkasa tahu betul bagaimana perasaan wanita itu saat ini. Karena itu, ia pun tak mau mencari masalah dengan membuat mayang kesal saat ini. "Tidak," jawab Angkasa singkat.

Cukup lama mereka terdiam bersama perasaan masing-masing. Sampai Angkasa pun kembali bersuara. "Kamu mau datang ke Manado?" Tanya Angkasa.

Mayang lantas mendongakkan kepalanya menatap Angkasa, kemudian ia menggeleng dengan pelan. "Ndak mau," jawabnya sendu.

"Kenapa?" Tanya Angkasa mengangkat alisnya heran.

"Aku ndak berani naik pesawat. Takut jatuh." Jawab Mayang tertunduk dalam. "Lagi pula, ongkos nya kan mahal. Mana ada duit aku." Jawab Mayang dengan jujur. Bibir wanita itu manyun dan matanya yang sendu itu menatap ke bawah.

Mereka telah sampai di depan batas di mana Mayang tak lagi dapat lewat bersama Angkasa. Dimana keduanya saling berhadapan. Angkasa menatap Mayang, sementara Mayang tertunduk dalam.

"Nanti, kalau kamu sudah libur semester, saya akan kirim tiket pesawat. Biar kamu bisa datang ke sana." Ucap Angkasa.

Ucapan Angkasa malah membuat Mayang semakin sedih, ia mengangkat kepalanya, dimana matanya telah berkaca-kaca. "Komandan," ucapnya dan tak lagi mampu menahan perasaannya.

Mayang mengangkat kedua tangannya dan langsung memeluk Angkasa. Dimana Angkasa langsung balas memeluk Mayang dan mengecup di atas ubun-ubunnya.

"Aku pasti rindu," rengek Mayang sambil menangis. "Sekarang juga sudah rindu,"

Angkasa menghelakan napasnya dalam. Entah kenapa, setelah bertemu wanita ini, kakinya jadi berat untuk melangkah kemana pun. Tak seperti dulu, berkelana begitu ringan kakinya melangkah. Tak ada yang di rindu, tak ada tempat untuk kembali pulang. Tetapi kini, ia sudah punya. Punya tempat untuk pulangnya. Punya orang yang merindukannya saat pergi.

"Saya pergi," ucap suara beratnya itu, membuat tangan Mayang semakin kuat tak ingin lepas.

......

Hari ini Mayang kembali berkuliah. Di pagi hari itu, ia melangkahkan kakinya menuju gerbang kampus. Dimana, jarak kampus dan rumah yang ia tinggali begitu dekat hingga memudahkannya untuk mengakses tempat kuliahnya itu.

Mayang telah sampai di pelataran kampus. Saat itu, masih terlalu pagi. Dan suasana kampus pun masih terlihat sunyi. Hanya ada beberapa satpam yang duduk di pos satpam dan satu dua mahasiswa yang baru memasuki gerbang kampus.

Mayang lantas melangkahkan kaki menuju gedung fakultas tempat ia menempah ilmu. Tetapi, saat ia melangkah menuju ke ruang kelasnya, langkahnya di jegat oleh 3 senior wanita.

"Kenapa ya?" Tanya Mayang heran.

"Kenapa kenapa.. situ kemarin ngapain pergi sama Reza?! Hah?!" Dengan kasar, senior wanita yang ada di tengah mendorong bahu Mayang.

"Iih, jangan kasar, kak! Kan, kak Rezanya yang mau." Balas Mayang.

"Situ jadi perempuan jangan keganjenan! Reza itu kekasih saya! Situ pasti goda-goda Reza sampai Reza mau pergi sama situ!" Seru wanita itu. Membuat Mayang melongo menatap wanita itu.

Jika Reza memang kekasihnya, lalu mengapa saat itu Reza meminta Mayang untuk menjadi kekasihnya. Apa Reza ingin mempermainkan mereka, atau mungkin wanita ini hanya mengaku-ngaku.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang